Powered By Blogger

Profile

Foto saya
Just the notes to make my mind development as a journal.

Si Juhud dan Si Jihad

| Jumat, 23 Desember 2011 | 0 komentar |


Dalam suatu legenda diceritakan bahwa dunia memiliki beberapa generasi, ketika satu generasi dunia telah usai, maka generasi yang lain akan menggantikannya, dan begitu seterusnya, tanpa ada akhir. yang disebut dengan reinkarnasi dunia (bukan reinkarnasi manusia)


pada generasi dunia pertama hiduplah anak kembar di negara yang disebut oleh manusia pada generasi itu dengan nama “Gresik”, Si Juhud dan Si Jihad nama mereka.
Meskipun mereka kembar, tapi mereka memiliki karakter yang amat berbeda, dan karakter mereka masing-masing menuntun pada pola pikir dan jalan hidup yang berbeda.

Si Juhud menghabiskan hidupnya untuk Beribadah dengan tekun tanpa mengeluh sedikitpun pada Kehidupan. Hari-harinya dihabiskan untuk bersemedi dalam kamar untuk mendekatkan diri pada penciptanya yang dia sebut dengan “Tibeh”, dan kadang-kadang dia juga mengikuti doa bersama dalam tempat beribadah yang mereka sebut dengan “Tijitibeh”. Prinsip Hidup bagi Si Juhud, “Hidup di dunia ini Cuma sebentar, sudah seharusnya dihabiskan untuk menyembah Sang pencipta untuk mendapatkan Surga di kehidupan setelah mati kelak.”

Sedangkan Si Jihad menjalani hidupnya untuk membantu orang lain, dia juga menyembah pada Tibeh, tapi sangat jarang. Karena Si Jihad disibukkan dengan melakukan hal yang bisa bermanfaat untuk orang lain, bukan untuk Tibeh. Prinsip hidup Si jihad, “Hidup di dunia ini cuma sebentar, sudah seharusnya dihabiskan untuk hal yang bermanfaat untuk orang lain.”, Si Jihad tak memikirkan nasibnya setelah mati, apakah dia akan masuk surga atau neraka. Yang ia pikirkan adalah hidupnya saat ini.

Setelah keduanya meninggal, dan Generasi dunia pertama sudah tamat, Tibeh Sang pencipta membacakaan putusan nasib saudara kembar ini. Kedua-duanya dicap oleh Tibeh sebagai hamba yang baik, namun mereka dapat memilih diantara dua pilihan, yaitu;

1. Masuk sorga dan hidup kekal berdampingan dengan Tibeh Sang Pencipta.

2. Dihidupkan kembali di dunia generasi ke-dua sebagai apa yang mereka inginkan.

Karena karakter mereka yang berbeda, maka pilihannya pun berbeda.
Si Juhud memilih untuk masuk sorga dan hidup kekal berdampingan dengan Tibeh sang pencipta, karena inilah tujuan hidupnya selama ini.

Si Jihad memilih untuk dihidupkan kembali di dunia generasi ke-dua sebagai orang yang kaya raya dan bermanfaat bagi orang lain. Karena baginya, hidup bermanfaat bagi orang lain lebih indah dari pada kehidupan kekal di sorga bersama Tibeh sang pencipta.


Yang mana tujuan hidupmu?
Yang mana yang lebih bermakna bagimu?

Bertuhan tanpa Agama

| | 0 komentar |


A: Saya kasihan pada orang-orang yang berada di lingkungan Kristen, Katolik, Yahudi, Hindu, Budha, dan Agama selain Islam. Karena menurut Al-Qur'an, Islam lah agama yang direstui Allah.


B: Salah sendiri, kenapa mereka tidak mempercayai Islam. Padahal di Al-Qur'an sudah dijelaskan kalo hanya Islam lah Agama yang akan membawa kita ke Surga.


A: Lalu bagaimana jika mereka tidak tahu tentang isi Al-Qur'an itu? Karena sudah tentu yang mereka ketahui adalah dogma-dogma tentang agama mereka sendiri.


B: Mereka bukan tidak tahu, akan tetapi mengingkari kebenaran Al-Qur'an. Bukankah Allah telah mengutus Nabi Muhammad untuk menyempurnakan Agama-Agama sebelumnya, namun mereka masih saja kafir (mengingkarinya).


A: Lalu bagaimana mereka tahu tentang kebenaran Islam, kalau mereka tidak pernah sedikit pun belajar tentang Agama Islam?


B: Sesungguhnya di dalam hati setiap manusia terdapat fithroh, dan dalam alam bawah sadarnya manusia memiliki kepercayaan pada Allah. Akan tetapi manusia tidak pernah berpikir dan menggunakan hati nuraninya. Apakah kau ingat dengan kisah seorang ilmuan yang akhirnya memeluk Islam dikarenakan dia mengetahui kebenaran Al-Qur'an mengenai pengetahuan?


A: Akan tetapi kenyataannya, tidak semua orang bisa sampai pada pemahaman setingkat itu. Apa yang akan terjadi bila seorang kristen hidup di dunia yang hanya mengajarkan tentang kekristenan, namun dia menjadi kristen yang taat beribadah sebagaimana muslim yang taat beribadah?


B: Kebaikan seorang nonmuslim tidak akan diterima oleh Allah, karena yang diperhitungkan oleh Allah adalah tingkat keimanan seseorang.
Ingatlah, Nilai suatu perbuatan dilihat dari niatnya. Dan Allah hanya menghitung perbuatan yang didasari oleh niat karena Allah.


A: Kalau Allah maha kuasa, mengapa Allah tidak membuat iman semua manusia sama (beragama Islam semua), dan tinggal menilai perbuatannya saja, apakah dia baik atau tidak. Kalo begitu kan adil.


B: Allah hanya memberikan hidayahnya pada sebagian orang saja, tidak semua orang mendapat bagian. Apakah kau ingat dengan kisah Abu Thalib? Abu Thalib adalah paman Nabi sendiri, namun tidak mendapatkan hidayah dari Allah. Itu semua tak lain adalah rahasia Allah. Bukan urusan kita. Kamu jangan mempertanyakannya lagi, nanti kamu jadi kufur.


A: Saya hanya berusaha berpikir logis, tapi kalo Agama membatasi saya dalam berpikir tentang Tuhan, lebih baik saya bertuhan tanpa Agama.

Tuhan saya sendiri, yang tidak seorangpun sama dalam memahaminya.
Karena Tuhan menurut saya dan Tuhan menurut Agama sangatlah berbeda.

Tuhan menurut saya adalah Tuhan yang adil dan tak menilai perbuatan seseorang hanya berdasarkan niat karena-Nya.

Tuhan menurut saya adalah Tuhan yang menilai seseorang dari seluruh perbuatannya, dan membalas kebaikan seseorang berdasarkan perbuatannya.

Tuhan menurut saya adalah tuhan yang tidak menjerumuskan manusia dengan menjadikannya kafir, kemudian memasukkannya ke Neraka hanya karena tidak beriman kepadanya.


"Selamat tinggal Agama, Sambutlah kedatanganku Tuhan."
"Saya yakin Tuhan tidak melarang saya."

Postulasi Agama

| Minggu, 16 Oktober 2011 | 0 komentar |



Setiap Agama mempunyai dogma (postulat) tersendiri, yang wajib ditaati dan diimani para pemeluknya. Postulat Agama kadang (baca: kebanyakan) bertentangan dengan Akal sehat manusia, namun para pemeluknya yang sudah mempercayainya tak lagi berani mengkritisi hal-hal yang seharusnya dipertanyakan kebenarannya, bahkan memikirkannya pun mereka takut. Hal itu dikarenakan mereka telah dijinakkan oleh aturan-aturan Agama.

Beberapa strategi Agama dalam menjinakkan para penganutnya ialah:

1. Katahuilah bahwa Nabi yang kita anut adalah orang yang terpercaya (tidak pernah bohong, dan kata-katanya adalah kata-kata Tuhan), maka, apapun yang diucapkannya adalah kebenaran yang harus kita percaya dan taati.

Ketika kita telah percaya pada dogma pertama ini, maka secara psikologis kita akan menuruti apapun yang dikatakan oleh Nabi, dan barang siapa yang mengingkarinya maka dia adalah orang yang salah.

2. Kitab Agama kita adalah kitab yang sempurna, kalimat Tuhan, dan kata-kata di dalamnya akan dijaga keasliannya oleh Tuhan sendiri sampai akhir dunia.
Dalam dogma ke-dua kita dipaksa untuk mempercayai seluruh isi kitab, dan meyakini bahwa tak ada satu kata pun yang diubah oleh kepentingan manusia, karena Tuhan berjanji dalam kitabnya bahwa Dia akan menjaga kitabnya dari kekeliruan dan perubahan.

ketika kita telah mempercayai dogma ke-dua ini, maka kita akan menyalahkan segala hal yang bertentangan dengan Kitab tersebut, meskipun secara Logika kita meyakini kebenarannya, namun karena bertentangan dengan kitab kita terpaksa harus mengingkarinya, karena kalau tidak, maka kita telah menghina Tuhan yang bersabda dalam kitab tersebut.

3. Agama kita adalah satu-satunya agama yang benar, sedangkan Agama yang lain tidak benar. Karena dalam kitab telah dijelaskan oleh Tuhan. Orang yang mengimani Agama kita akan masuk surga, dan yang tidak mengimani Agama kita akan masuk neraka, meskipun mereka berbuat kebaikan di dunia, karena yang dinilai adalah iman mereka bukan perbuatan mereka.

Ketika kita mempercayai dogma ke-tiga, maka sebaik apapun seseorang jika dia tidak seagama dengan kita, maka kita menganggap dia adalah orang yang akan masuk neraka, dan kita harus membuat dia percaya dan masuk Agama kita.

Secara psikologis kita akan membenci orang yang tidak seagama dengan kita, karena mereka akan masuk Neraka.

Dogma-dogma itu telah menyesatkan pola pikir manusia. Membuat seseorang membenci orang lain hanya karena berbeda iman, Menyangkal kebenaran hanya karena tidak sesuai dengan Kitab Agama.


Konsep Lakum diinukum Waliyadiin (bagimu agamamu, bagiku agamaku) adalah bentuk slogan eksklusif, yang diucapkan ketika dialog Agama telah sampai pada puncaknya, yaitu absurditas (ketidak jelasan) karena ujung-ujungnya pasti saling mempertahankan keyakinan masing-masing.

Namun ketika dialektika berujung pada pemaksaan keimanan, maka yang terjadi adalah ekstrimisme atau aksi, bahkan main ancam.

Dalam proses diskusi, yang dibutuhkan adalah nalar dan logika. Namun ketika objek diskusinya Agama, kebanyakan dari kita tak bisa memisahkan logika dan iman, sehingga ujung-ujungnya adalah penyangkalan kebenaran akal, karena alam bawah sadar kita mengatakan bahwa akal kita terbatas untuk mediskusikan tentang rahasia di balik keyakinan kita, dan ada hal-hal yang tidak patut diperdebatkan.

Ketika dalam diskusi kita masih mengedepankan Iman, maka akhir diskusi adalah sikap eksklusif, penolakan kebenaran rasional. Sehingga kata-kata yang keluar adalah "ya sudahlah, itu keyakinanmu, tapi aku tetap yakin Agamaku benar (meskipun tak bisa dijelaskan secara rasional)"




Fiqih Lintas Budaya

| Kamis, 06 Oktober 2011 | 0 komentar |
Kita sudah sering mendengar istilah Fiqih kontemporer, Fiqih Eksklusif, Fiqih Moderat, Fiqih Sufistik, Fiqih Sosial, dan lain-lain. Banyak macam-macam Fiqih yang kita kenal, kita juga mengenal Fiqih Lintas Agama yang dipopoulerkan oleh aliran Islam Liberal. Namun agaknya Fiqih jenis ini banyak ditentang oleh para Kyai sepuh terutama di Provinsi Jawa Timur, yang kebanyakan dihuni oleh Islam Kanan.

Secara Bahasa, Fiqih Lintas Agama berarti suatu rangkaian hukum Islam yang diambil dari dasar cara pandang atau pola pikir inklusif atau perspektif terbuka pada Agama lain dengan mengenyampingkan postulat masing-masing agama dengan tujuan meminimalisir perbedaan, di samping itu juga mencari pokok-pokok persamaan agar dalam mengimplementasi hukum tetap berlandaskan pada mashlahatul ummat. Namun, dalam aplikasinya, Fiqih lintas Agama justru banyak meninggalkan praktek Islam pribumi yang terbentuk dari akulturasi budaya Indonesia dan Esensi Ajaran Islam, demikian juga Fiqih Lintas Agama juga dipelopori oleh aliran Liberal yang terlanjur mendapat stigma negatif dari kalangan Islam jawa dan kebanyakan Kyai sepuh. Oleh karena itu, Fiqih jenis ini kurang banyak diminati oleh mayoritas Muslim di Indonesia, meskipun secara implisit Gus Dur telah mengaplikasikannya dalam pergerakan Islam Pribuminya beberapa tahun yang lalu.

Agaknya Fiqih Lintas Agama terlanjur dianggap terlalu provokatif oleh mayoritas Muslim, baik dikarenakan redaksinya yang terlalu mencolok, atau kerena dipelopori oleh pihak yang telah mendapat raport merah dari korektor Muslim Indonesia, seperti MUI dan FPI.

Kini masyarakat dikenalkan dengan Fiqih Lintas Budaya yang cenderung lebih bersahabat dalam redaksinya, karena tidak lagi menyinggung Lintas Iman. Fiqih Lintas Budaya mengandung ideologi tentang eksistensialisme, yaitu prinsip di mana muslim diperkenankan untuk lebih Liberal dalam menerapkan hukum yang berkenaan dengan hal muamalah, serta mengkontekstualisasikan hukum Al-Qur'an dengan budaya setempat.

Fiqih Lintas Budaya lebih mengandung unsur kemasyarakatan dan hubungan hablun min an-naas dari pada hal-hal yang bersifat transeden (postulat), oleh karena itu Fiqih ini lebih bersahabat dan dapat diterima oleh kalangan muslim yang tidak telalu berani membincangkan, bahkan mempertanyakan tentang hal-hal transeden, yang mana hal itu adalah makanan shari-hari para penganut Aliran Liberal, dan dari sanalah Fiqih Lintas Budaya terlahir, meskipun banyak hal-hal yang disamarkan demi menarik minat masyarakat untuk mendalaminya.

Bersambung...!

Strategi Berpikir

| | 0 komentar |
Model Konvergen dan Divergen
Saya yakin kedua istilah tersebut telah dimengerti dengan baik, konvergen dan divergen. Bahasan ini bertujuan menyegarkan ingatan kita supaya kita bisa menyadari saat menggunakannya. Hal ini dianggap perlu lantaran kita biasanya cenderung memiliki kecondongan kepada satu pola berpikir saja. Padahal pola berpikir tersebut hanya cocok untuk situasi tertentu dan tidak produktif untuk situasi lainnya. Akibatnya, kecenderungan kepada salah satu pola berpikir akan membatasi diri kita sendiri.
Seperti dikemukakan di atas, pada saat kuliah kita sering mendengar cara berpikir konvergen dan divergen. Tapi sayang sekali kita tidak pernah dilatih untuk menggunakannya. Kelemahan sekolah-sekolah kita adalah mereka tidak pernah mengajarkan kepada kita cara berpikir. Mereka hanya mencekoki kita apa yang harus kita pikirkan ( apa yang harus dipelajari ) dan dinilai melalui ujian. Sedangkan bagaimana kita berpikir diserahkan kepada masing-masing individu. Akibatnya, secara tak sadar kita terjebak pada satu pola yang kita sukai saja sepanjang hidup kita. Dan pengambilan satu pola ini yang menyebabkan kita seringkali berbenturan dengan banyak orang dan menyulitkan kita mengikuti berbagai perubahan yang cepat.
Mengutip S.p.Reid dalam bukunya Berpikir Strategis, pemikiran konvergen dikaitkan dengan fokus dan mengarah pada jawaban tertentu. Terpusat pada sasaran akhir merupakan keinginan dasar dari jenis berpikir ini. Di sisi lain, pemikiran divergen dikaitkan dengan eksplorasi dan kreativitas, terbuka dan bergerak menjauh.
Masing-masing model berpikir tersebut memiliki aturan-aturan masing-masing yang saling berseberangan satu sama lain. Yang perlu dipahami, ke duanya tidak bisa dicampuradukkan. Masing-masing model cocok untuk situasi tertentu, dan seringkali tidak cocok untuk situasi lainnya.
Bayangkan, di sebuah UGD ada seorang pasien yang gawat. Dalam situasi seperti itu sangat dibutuhkan jawaban spesifik yang jelas , langkah-langkah yang pasti dan cepat untuk menangani pasien tersebut. Pemikiran-pemikiran kreatif dan imaginatif, dalam kondisi demikian, akan dipandang sebagai perilaku tidak bertanggung-jawab dan kurang ajar. Dalam situasi kritis yang membutuhkan langkah segera yang pasti, model berpikir konvergen sangatlah tepat.
Sebaliknya, ketika kita diminta membuat visi, di mana setiap person diminta pemikiran prediktifnya sangatlah tidak mungkin menggunakan pola berpikir konvergen ini. Andai saat akan menyusun visi yang akan dicapai bersama, kemudian pimpinan mengatakan,
“Silakan Anda mengembangkan ide-ide kreatif dan pikiran imaginatif sehingga akan diperoleh gambaran visioner yang kaya. Tapi mohon diingat, jangan sekali-sekali membuat gambaran yang tidak cocok dengan keadaan kita saat ini. Itu akan membuang-buang waktu dan pikiran saja.”
Atau “Silakan membuat visi yang kreatif, tapi mohon tidak melampaui visi yang telah saya buat.”
Atau ketika ada sebuah program baru yang hendak dijalankan. Lalu pimpinan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk melaksanakan program tersebut. Dalam pelatihan itu, peserta hanya diberikan contoh-contoh pelaksanaan program tersebut. Pimpinan tidak pernah memberi kesempatan peserta untuk menyampaikan pemahamannya terhadap program tersebut.
Dalam situasi seperti itu, tidak akan mungkin lahir ide-ide kreatif. Semuanya hanya diarahkan kepada satu kemungkinan jawaban yang dianggap benar oleh pimpinan.
Seperti dikemukakan di atas, pola berpikir konvergen tidaklah mesti buruk, tapi menjadi kontraproduktif jika kita hanya cenderung menggunakan satu pola saja ( konvergen ) untuk segala situasi. Budaya yang berlaku di negara kita sangat kuat berkecenderungan pada satu pola ini. Sejak sekolah, oleh para guru kita hanya diperbolehkan kita menjawab satu jawaban yang dianggap benar saja, misalnya sesuai dengan pendapat guru atau texbook. Jawaban yang tidak cocok dengan pendapat guru atau texbook pasti dianggap salah. Dan kita dinilai goblog karena memberi jawaban yang tidak sesuai. Akibatnya lebih jauh, murid-murid tidak akan membaca buku atau mencari pengetahuan lain di luar yang disarankan guru, meski pun dari disiplin ilmu yang sama. Kalau membaca buku dari disipilin yang sama saja sudah enggan, apalagi membaca wacana dari disiplin ilmu yang lain, tentu mustahil.
Di dunia kerja juga berlaku hal yang demikian. Selama bertahun-tahun dunia kerja kita dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang memberlakukan pola pikir konvergen ini. Siapapun yang dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan protap dan juknis yang telah digunakan selama bertahun-tahun akan dianggap sebagai pekerja yang baik. Dan siapapun yang mempunyai pikiran-pikiran yang keluar dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku akan dicap pembangkang. Semuanya berkewajiban untuk tunduk patuh kepada aturan-aturan dan program-program yang telah ditetapkan oleh pimpinan. Menyampaikan program alternatif dipandang sebagai perlawanan terhadap pimpinan.
Sebagai akibat dari pembudayaan pola berpikir konvergen dalam waktu lama, maka tercipta budaya bisu. Di mana pun kita akan mudah mendapati orang-orang yang tidak berani berbeda pendapat dengan pimpinan, orang-orang yang tidak mampu menelurkan ide-ide baru, orang-orang yang suka ‘nggrundel’ ketika tidak menyetujui kebijakan pimpinan tapi tidak berani mengutarakan kepada pimpinannya, orang-orang yang tidak siap dengan perubahan, orang-orang yang selalu menolak hal-hal ( informasi ) baru dan masih berderet lagi sikap-sikap yang dihasilkan dari pembudayaan berpikir konvergen ini.
Padahal, jika dilihat dari kecenderungan-kecenderungan  yang berlaku di masyarakat saat ini sangat dibutuhkan person-person yang selalu mampu untuk melihat kemungkinan-kemungkinan lain untuk menjawab tantangan-tantangan baru yang ada, yang tidak lagi bisa dihadapi dengan cara-cara lama.
Dengan kenyataan tersebut, mau tidak mau kita juga harus mulai mengembangkan alternatif model berpikir yang lain, yakni model berpikir divergen. Namun perlu sekali lagi dipahami bahwa keharusan ini bukanlah disebabkan oleh jeleknya model konvergen. Seperti dicontohkan di atas, konvergen cocok diterapkan untuk situasi tertentu. Misalnya untuk situasi yang kritis dan mendesak, diperlukan langkah-langkah cepat untuk menanganinya.
Model berpikir divergen frekuensinya sangat terbuka lebar, berbeda dengan konvergen yang terfokus. Pola berpikir divergen selalu bergerak, mengarah keluar, mencari sesuatu yang menarik di sepanjang perjalanan. Keuntungan menggunakan pola pikir divergen yang baik adalah mereka seringkali piawai dalam menghasilkan ide dan alternatif. Tapi sayangnya, mereka tidak suka mengakhiri sesuatu dan mereka tidak suka bekerja dalam suatu sistem yang teratur. Lebih parah lagi, seringkali kelompok ini tidak bisa konsisten mengikuti sebuah program kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu lagi kelemahan kelompok ini adalah tidak begitu memiliki ketrampilan menggunakan logika-logika formal. Padahal, dalam sebuah kerja tim seringkali ditemui masalah-masalah yang membutuhkan penyelesaian yang terfokus.
Di tangan pemikir divergen jarang sekali diperoleh hasil yang tuntas. Adalah berbahaya menyerahkan tanggung-jawab pelaksanaan program kerja yang membutuhkan hasil yang jelas. Perlu dipahami bahwa pemikir divergen murni hampir tidak pernah memikirkan pencapaian hasil, mereka hanya menikmati proses yang terbuka. Dalam arti, dalam perjalanan pelaksanaan program, bisa jadi rencana yang telah disepakati akan diabaikan. Mereka membuat perencanaan baru yang tidak jelas arahnya.
Dari uraian di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa masing-masing pola berpikir memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Orang yang berpikir konvergen menyukai pendekatan logika, sementara orang divergen menyukai pikiran-pikiran yang terbuka dan kreatif. Masing-masing akan cocok untuk situasi tertentu dan tidak cocok untuk situasi lainnya. Ada situasi tertentu yang membutuhkan logika terstruktur, dan ada juga situasi lain yang membutuhkan pemikiran yang elastis dan terbuka.
Atas dasar kenyataan di atas, maka tidaklah mungkin kita hanya mengembangkan salah satu pola berpikir saja. Keduanya harus kita kembangkan secara seimbang. Yang dimaksud mengembangkan adalah seringkali menggunakan kedua pola berpikir tersebut dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kita hadapi. Menggunakan kedua pendekatan berpikir ini tidak sama dengan mencampuradukkan keduanya. Pencampuradukkan akan menghasilkan kekacauan berpikir.
Menurut S.P. Reid, ada orang yang terlahir “cemerlang” dan ada pula orang-orang hebat yang cukup beruntung dapat belajar sejak dini dari kehidupan bagaimana menguasai kiat memanfaatkan ketrampilan konvergen dan divergen tersebut. Mereka sering tampil di hadapan kita sebagai wirausahawan intuitif, pemimpin inovator dengan visi besar, atau sebagai genius. Selain itu, mereka dapat menjadi manajer luar biasa yang mampu menyelesaikan masalah-masalah paling kompleks dan multi aspek secara lebih cepat daripada kebanyakan orang. Kabar baiknya, pola tersebut dapat dipelajari dan ditingkatkan pada usia berapa pun juga.
Selanjutnya, menurut S.P. Reid, apakah dengan memiliki peta sederhana tentang proses intelektual berarti kita bisa  belajar menjadi genius di sebuah lokakarya atau kursus ? Jawaban singkatnya : tidak, banyak bukti menunjukkan bahwa meskipun ketrampilan berpikir itu dapat dipeoleh, masih diperlukan waktu setidaknya 10 tahun kerja keras untuk mewujudkan karya inspiratif dan mencerahkan yang dapat digolongkan “cemerlang” dalam bidang seni dan ilmu. Jadi, mengembangkan pola berpikir yang secara intuitif digunakan seorang genius takkan mengubah Anda menjadi seorang cemerlang dalam waktu semalam. Kabar baiknya adalah, begitu Anda mengetahui adanya dua pola berpikir yang sangat berbeda, keduanya dapat dikembangkan terus menerus di dalam diri Anda dan rekan Anda.

Berpikir HolistikYang dimaksud dengan berpikir holistik adalah model berpikir yang menggunakan model berpikir divergen dan konvergen secara bertahap. Kemampuan menggunakan kedua model berpikir tersebut, ditambah kemampuan “melihat” hubungan antara ide-ide atau informasi-informasi yang sebelumnya tidak terhubung merupakan dasar bagi berpikir cerdas.
Untuk bisa menguasai cara berpikir seperti itu, kita harus membiasakan pikiran kita menggunakan kedua model berpikir. Dunia kita saat ini hampir selalu mementingkan fokus dan kepastian sehingga berakibat    kemampuan otak kita untuk berpikir kreatif        ( divergen ) menjadi lemah. Oleh karena itu, untuk menguasai cara berpikir holistik seperti diuraikan di atas, kita harus sering melatih ke dua-duanya.
Pimpinan-pimpinan yang dianggap memiliki kinerja otak yang tinggi tampaknya mampu menggunakan sumber daya intelektual yang beragam. Kemampuan mereka dalam menganalisis situasi yang mereka hadapi dengan tajam dan memberikan solusi-solusi yang tepat menunjukkan kepiawaian mereka menggunakan berpikir divergen dan dilanjutkan dengan menggunakan cara berpikir konvergen. Jika seseorang terbiasa menggunkan pola berpikir dua tingkat seperti itu, maka otaknya akan secara konsisten bekerja seperti itu.
Yang perlu kita mengerti adalah begitu kita memahami arah dan penggunaan dari kedua cara berpikir tersebut, maka kita dapat memperoleh manfaat yang besar dari penggunaan cara berpikir holistik tersebut. Semakin sering kita mempraktekkannya, maka secara otomatis kualitas berpikir kita akan meningkat.

Lakum Diinukum Waliyadiin

| Rabu, 14 September 2011 | 0 komentar |
"Katakan kepada saya," kata seorang atheis, "apakah Allah itu
sungguh-sungguh ada?"

Jawab Sang Guru, "Jika kamu menginginkan saya
sungguh-sungguh jujur, saya tidak akan menjawab."

Para murid penasaran mengapa ia tidak menjawab.

"Karena pertanyaannya tidak dapat dijawab," kata Sang Guru.

"Jadi, Guru juga atheis?"

"Tentu saja tidak. Orang atheis membuat kesalahan karena
menyangkal kenyataan yang tidak mungkin dijelaskan."

Setelah diam sejenak, ia menambahkan, "Dan orang theis
membuat kesalahan karena mencoba menjelaskannya."

Anthony De Mello

Atheis Ala Theis

| Selasa, 06 September 2011 | 0 komentar |

Pengkerdilan Manusia akan Agama dimulai dari pencitraan Agama sebagai Penjelasan bukan sebagai petunjuk,
"Kepercayaan agama," kata Sang Guru, "bukanlah pernyataan
akan Realitas, tetapi sebuah petunjuk, yang mengarahkan pada
sesuatu yang tetap merupakan suatu misteri. Misteri itu
melampaui pemahaman akal budi manusia. Pendeknya,
kepercayaan agama hanyalah sebuah jari yang menunjuk pada bulan.



Beberapa orang beragama tidak pernah beranjak lebih jauh
dari mengamati jari belaka.
Yang lain malah asyik mengisapnya.   
Yang lain lagi menggunakan jari untuk mengucek mata. Inilah
orang-orang fanatik yang telah dibutakan oleh agama.
Sangat jarang penganut agama yang cukup mengambil jarak dari
jari mereka untuk dapat melihat apa yang ditunjuk. Mereka
inilah yang, karena melampaui kepercayaan mereka, justru
dianggap sebagai penghujat.
---Anthony de Mello---

Petani dan Pendeta

| Minggu, 14 Agustus 2011 | 0 komentar |
Alkisah, seorang petani Hindu buta huruf tengah bermeditasi sambil memusatkan perhatiannya pada sebuah Kitab bergambar Dewa2.

seorang pendeta Kristen mendekatinya sambil bertanya, "Siapa yang berkalung ular?" Petani itu menjawab, "Ini adalah Tuhanku, Lord Shiva."

Pendeta pun bertanya lagi, "Kalau yang bermuka gajah itu siapa?" jawab petani itu, "Tuhanku, Lord Genesha." "kalau yang bermuka monyet itu siapa?" "Tuhanku, Lord Hanuman."
Pendeta geleng2 kepala sambil mencibir, "wah, tuhanmu banyak amat, jelek2 pula. Tuhan kok kayak isi kebun binatang semua." petani itu terdiam.



Mulailah si Pendeta Berkhotbah, "Punya banyak Tuhan rugi, Bro! Coba bayangin, seandainya kamu mau dibunuh orang, trus kamu teriak panggil2 Tuhanmu, 'Lord Shiva, help me!' Waktu Shiva mau datang nolongin kamu, kamu kok ketakutab, trus kamu teriak lagi, 'Lor wisnu, help me..!', Shiva korek2 kupingnya sambil mikir, 'kuping gue udah congek kali ya? Yang dipanggil Vishnu, tuh. Bukan gue. Shiva pun pulang. 'Begitu pula dengan Vishnu, ia pun pulang ketika dengar nama Tuhan lain dipanggil.

Nah, beda dengan Tuhanku yang ganten dan cuma satu2nya ini. Kalau saya mau dibunuh, saya tinggal teriak, 'Lord Jesus, help me!' Jesus pun akan nolongin saya.

Nah lu pindah aja, ikut Agama gue. Gimana? enak to? manteb to?"
 

Petani itu mikir sambil garuk2 kepala, trus dia tanya, "pak Pendeta, kalau punya Tuhan cuma satu apa ndak repot, Pak?

Kalau istri Bapak yang lagi shoping di London tiba2 mau diperkosa orang di sana, sementara anak Bapak yang lagi sekolah di New York juga mau diperkosa orang, trus dua2nya teriak, 'Lord Jesus, help me..!' Lha Jesusnya kan bingung, mau ke London apa ke New York. Bisa2 malah anak dan istri Bapak dua2nya diperkosa."

Sekarang giliran si Pendeta yang garuk2 kepala.



By Krishna Chang   http://www.facebook.com/krishna.chang

Bahaya Agama Tanpa logika

| | 0 komentar |

Logika berasal dari kata Yunani Kuno Logos yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran. Logika adalah pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir, menyimpulkan dan mempertimbangkan. Logika mutlak diperlukan dalam ilmu filsafat, matematika, dan sains.

Di jaman yang semakin berkembang dan semakin maju ini, tak bisa dielakkan, logika bukanlah milik filsafat, matematika dan sains lagi. Tanpa kemampuan akal pikiran untuk bisa mengetahui apa yang benar, apa yang palsu, kita akan diombang ambingkan dan disesatkan dalam kehidupan oleh orang orang yang mencoba menarik keuntungan untuk dirinya sendiri.

Logika mutlak diperlukan supaya bisa menjalani kehidupan secara “sehat” dan “normal”. Tidak terkunci dan menutup diri kita dengan sebuah paham, kepercayaan dan pandangan. Salah satu paham, kepercayaan dan pandangan yang berbahaya adalah apa yang diajarkan dan ditanamkan oleh Agama. Bila kita hanya mengandalkan “iman” “hati” “perasaan” dan intuisi subyektif belaka, maka agama bisa menjadi paham, kepercayaan, dan pandangan yang sangat keliru.

Agama memerlukan logika, bukan hanya kotbah dan nyanyian dari orang orang SAKTI MANDRAGUNA bertitel Pdt, KH, Pandita, Biksu, Bikhuni, etc. Sudah saatnya meninggalkan segala dongeng, takhayul dan cerita cerita isapan jempol belaka dan berpaling kepada akal budi dalam menghadapi fenomena kehidupan.

Segala macam sumbangan, perpuluhan, bayar karma, bayar dosa, iuran pengampunan, THR sorga dan akherat, sebaiknya disikapi dengan lebih bijak dan tidak membabi buta. Berikanlah serela dan seiklasnya dari kita dengan menyadari bahwa Agama memang membutuhkan “dana” dan “uang” untuk mengembangkan ajarannya, membangun lebih banyak lagi gedung dan tempat ibadah, dan biaya perawatan untuk mempertahankan eksistensinya. Jangan memberi karena TAMAK dan BERHARAP pada imbalan yang dijanjikan berpuluh kali lipat bahkan berjuta kali lipat dari pemberian kita. Mengorbankan sebagian uang tabungan, menarik uang arisan, dan memaksakan diri pada saat kondisi kita sedang sulit, hanya supaya bisa mendapatkan pahala 1.000.000 kali.

Dengan logika, kita bisa menyaring, menyimpulkan dan mempertimbangkan DATA DATA yang diberikan oleh agama. Mempelajari dan membedah semua data yang ada, mengambil hal hal yang baik dari pesan, ajaran, cerita yang disampaikan. Agama banyak menyajikan kisah kepahlawan dan kisah kesaktian pahlawannya berdasarkan pandangan dari komunitasnya sendiri saja. Kisah kepahlawanan dan kisah kesaktian itu diusung, dibukukan dan dijadikan kisah baku yang harus dipercayai dan DIIMANI begitu saja oleh para pengikutnya. Tanpa pertanyaan, penolakan dan keraguan.

Logika akan sangat membantu kita memberi makna pada kehidupan kita. Memberikan pengertian bahwa untuk mendapatkan kehidupan yang baik, diperlukan juga perbuatan dan tindakan penuh kebaikan. Kesuksesan didapatkan dari perencanaan yang matang, ikhtiar, kesabaran, ketekunan, kerja keras dan ITIKAD BAIK. Mulailah dengan satu ONS berbuat, bukan dari berjuta juta TON DOA.

Untuk memiliki keluarga yang bahagia, sahabat baik, jodoh/pasangan yang setia, mulailah dengan membuang ke-AKU-an dan ke-EGOIS-an dalam diri kita.

Apapun yang kita lakukan dan perbuat dalam kehidupan ini, semua hasil dan imbalannya didapatkan oleh kita, hari ini, di sini, di bumi tercinta ini. Bukan di akherat, nirwana, taman firdaus, surga atau neraka. Akherat, nirwana, taman firdaus, surga atau neraka hanyalah label label dagang yang dijual dengan harga mahal oleh para pedagang Agama.


Dan semua perbuatan dan tindakan kita itu harus dilandasi dengan ilmu pengetahuan akal pikiran yang kita sebut dengan LOGIKA. Dengan semakin sering menggunakannya, kecerdasan kitapun akan semakin terasah.

Sugiarto Djie    

Golden Rule

| | 0 komentar |


BUDHA:
"...suatu keadaan yang tidak menyenangkan bagiku, bagaimana aku dapat melakukan hal yang sama terhadap orang lain ?" Samyutta Nikaya v. 353
Jangan sakiti orang sebagaimana itu akan menyakiti dirimu." Udana Varga 5:18

HINDU:
"Inilah kesimpulan Dharma: Jangan perlakukan orang lain sehingga menyakitkanmu jika itu dilakukan padamu." Mahabharata 5:1517

KRISTEN:
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Mateus 7:12.

KONG HU CU:
"Ze-Gong bertanya, 'Apakah ada satu kata yang bisa merangkum prinsip kelakuan manusia?' Konfucius menjawab, 'Kata 'XU' -- resiprositas. Jangan berlakukan terhadap orang lain apa yang kau sendiri tidak suka.'" Doctrine of the Mean 13.3


five-dollar sin

| | 0 komentar |


The head priest at a certain church was out for the day, so he asked the deacon to do confession for him. The deacon agrees, and the first person that comes says, "Forgive me, for I just gave a guy a blow job." He says, "You have sinned."

Then he looks at the sheet on the wall that had punishments for certain sins on it, but blow job was not on there, so he went out to ask one of the altar boys what he usually gives for a blow job. The altar boy answered, "Oh, about five dollars."

Is God Real?

| | 0 komentar |
An atheist professor was teaching a college class at Alahama and he told the class that he was going to prove that there is no God. He said, "God, if you are real, then I want you to knock me off this platform. I'll give you 15 minutes!" Ten minutes went by.

He kept taunting God, saying, "Here I am, God. I'm still waiting." He got down to the last couple of minutes and a big 240 pound football player in the class walked up to the professor, hit him full force in the face, and sent him flying from his platform. The professor struggled up, obviously shaken and yelled, "What's the matter with you? Why did you do that?"


The football player replied, "GOD WAS BUSY; HE SENT ME!"

Compare with our country and FPI


Visit indonesian Year

| | 0 komentar |


Get to know this beautiful country where you can KILL people of a different religion, and GET FREE PASS out of JAIL when you get caught. 
And dont FORGET, in this country, the more you kill others by behalf a God of Majorities, the less punishment will be imposed to you 

CONTACT your nearest FPI offices for brochures on HOW to kill Christians.
To kill Moslems check out your nearest HKBP offices.
IT'S A BLOOD CURLING SENSATION LIKE NO OTHER!

INDONESIA
is also GREAT country for corruptors!! 
so, DONT miss the chance to CHEAT the people's money and LIVE to tell about it, for this HOLIDAY SEASON ONLY! ALSO you will get a FREE ticket to BALI & watch TENNIS MATCHES!

To get tips on HOW to CHEAT MONEY in Indonesia contact---> Mr. Jayus Tamblungan
To get tips on HOW to be FUGITIVE and Media Provocateur , contact -----> Mr. Nazarrudin 

Not to forget... GREAT football matches where you can have the first hand experience of RIOT and EXCELLENT LOOTING all outside your FRONT DOOR when you step out of your HOTELS!

Don't miss the BUS RIDE as well. CRAZY BUS DRIVERS are a great experience that you should not MISS!

And for YOUTHS and KIDS:
Dont miss your chance to attend RIOTS, TIRE BURNING, FLAG BURNING, MOUTH SEWING all ORGANIZED by our Indonesian STUDENTS outside governments buildings! It's just GREAT!
and don't ever miss the will to learn how to make A BOMB CIRCUIT in BOOKShell, it will be an interesting one for a new curriculum of TERROR-MATIC ( beyond mathematic ) too...

GET an unforgetable EXPERIENCE with the MEDIA too while you visit this BEAUTIFUL COUNTRY! STEAL some COCOA in our own COCOA plantation, and then WATCH the COCOA company go NUTS. While the media and the Indonesian people (YES! THE FRIENDLY INDONESIAN CITIZENS) all behind you and supporting your actions!!

THIS COUNTRY IS terribly GREAT!

So what are you waiting for? 

GRAB THIS CHANCE OF A LIFETIME and VISIT INDONESIA!

Rencana Indah

| | 0 komentar |
Sering kali kita mendengar kata "rencana Tuhan indah pada waktunya", dan banyak yang mengangguk-angguk setuju akan hal ini. Tetapi pernahkah kita pikirkan lagi mengenai kata "Rencana Indah" ini ?


Contoh nyata :


- Ada seorang pria yang kehilangan istri dan kedua anaknya, rumah dan seluruh hartanya sewaktu jebolnya tanggul Situ Gintung, dan orang yang menghiburnya mengatakan "Sabar ya pak, Tuhan punya rencana indah untuk mereka (dan bapak)".


- Kelaparan yang melanda negara-negara di afrika (Somalia, Ethiopia, dll) yang tidak berkesudahan. Rencana indah apa dari Tuhan untuk mereka?


Berikut adalah diskusi dari theist dan atheist yang saya singkat dengan (T)heist dan (A)theist.


T : Manusia tidak berhak mengatakan Tuhan kejam, analoginya adalah sebagai berikut: Apakah setiap pengemis yang datang meminta uang kepadamu, pasti kamu kasih? Saya yakin pasti tidak, ada yang tidak kamu kasih dan sebagian yang kamu kasih. Apakah kamu dipersalahkan jika kamu tidak memberikan mereka uang? Tentu tidak kan? Kamu bebas memberi, kamu bebas tidak memberi dan kamu tidak bisa dipersalahkan."


A : Premis di atas akan terasa tidak logis, apabila kita padankan dengan atribut maha kuasa dan maha kasih yang disematkan pada Tuhan karena jika saya maha kuasa dan maha kasih, there wouldn't even be a beggar at the first place. Let's talk bigger. Konon, suatu hari Yesus menyembuhkan mata orang buta. Karena KASIH? Mengapa tidak sekalian menghilangkan KEBUTAAN pada manusia?


T: Tuhan tidak mempunyai kewajiban untuk itu. Seperti halnya Bill Gates, andai pun Anda sekaya diapun, Anda tidak dapat dipersalahkan jika tidak memberi. Tuhan TIDAK wajib menghilangkan kebutaan.


A : Tepat sekali! Saya punya 1000 kursi roda. Tidak terpakai. Ditaruh begitu saja di halaman. Lantas datang seorang suami yang memanggul istrinya karena istrinya lumpuh ke rumah saya. Ia memohon saya memberikan satu saja dari kursi roda itu. Saya TIDAK MAU memberikan! Apakah saya bisa dipersalahkan? TIDAK! Hak saya mau kasih atau tidak!
Itu juga kursi roda milik saya! Apakah saya wajib memberikan? TIDAK!
Kenal aja nggak. Ngapain saya sampai ada kewajiban?


Sampai di sini pembelaan saya pada diri saya sendiri sama persis dengan pembelaan kamu pada Tuhan kamu itu. Nah sekarang:


Saya wajib memberikan kursi roda itu? TIDAK.
Bersalahkah saya karena tidak melakukannya? TIDAK
Apakah keengganan, penolakan saya memberikan 1 saja dari 1000 kursi saya itu kepada wanita lumpuh itu membuat saya terlihat brengsek dan membuat saya menjadi seorang asshole? Sudah pasti.


Saya TIDAK menyalahkan Tuhan Anda karena ia lebih suka mengabulkan doa orang dapat jodoh, dapat pekerjaan, membuat Anda lulus ujian daripada memberi makan jutaan anak berbalut tulang di Somalia. Saya juga TIDAK
bilang Tuhan kamu WAJIB melakukan ini dan itu. Tapi keengganannya, ketidakmauannya dan penolakannya itulah yang membuat ia terlihat brengsek dan kejam di mata saya. Paham sekarang?


Nah sekarang, bagaimana bila tiba-tiba ada fans berat saya datang, menghadang di depan pintu, lalu berkata pada sepasang suami istri malang itu bahwa saya punya rencana indah dengan tidak mau memberikan 1 dari 1000 kursi roda itu? Kedengaran menggelikan sekali, bukan?


----- END OF DISCUSSION -----


Memang, terkadang tampak seperti ada berkah di balik musibah. Blessing in disguise. Seorang pemuda patah kaki ketika berburu sehingga harusdi rawat berminggu-minggu di rumah dan menjadi tidak produktif. Kemudian, tiba-tiba saja ada pengumuman raja sedang mewajibkan para pemuda menjadi serdadu. Pemuda ini selamat dari menjadi serdadu paksaan karena para serdadu yang menjemput ke desanya melihat kakinya yang patah.


Hanya saja "Rencana Indah" ini penggunaannya semakin di-abuse. Tidak pandang bulu lagi, kata ini dihambur-hamburkan tanpa memandang perasaan orang lagi. Pokoknya, musibah = rencana indah dibaliknya. Mau ngap karena tsunami kek, mau gepeng ketimpa beton gempa bumi kek, mau kehilangan suami/istri/anak kek, semuanya rencana indah.


Pada contoh korban Situ Gintung di atas, maukah Anda mendapatkan rencana indah dengan syarat harus kehilangan suami/istri + seluruh anak + rumah + harta? Makhluk macam apa yang memberikan sesuatu yang lebih "indah" lagi dengan cara menenggelamkan istri dan anak-anaknya?


So, setiap kali saya mendengar "rencana Tuhan akan indah pada waktunya", saya tidak bisa tahan untuk tidak berpikir: Mengapa suatu sosok yang serba tahu perlu punya rencana?


Surjanto Kwe  http://www.facebook.com/surjanto.kwe