Powered By Blogger

Profile

Foto saya
Just the notes to make my mind development as a journal.

Apakah Sosialisme Anti Agama?

| Selasa, 21 Juni 2011 | 0 komentar |
Tidak !!!.

Sosialisme tidak anti agama. Agama adalah urusan setiap pribadi dan setiap orang bebas untuk menentukan kepercayaannya, termasuk untuk tidak percaya pada suatu kepercayaan sekalipun. Sejak kecil kita sudah diajarkan di sekolah, bahwa ‘agama’ adalah hubungan paling personal antara seorang individu dengan Tuhannya, karena itu tidak ada orang yang dapat mengatur, menentukan, dan mengendalikan hubungan itu.

Yang tidak diinginkan adalah, keadaan di mana manusia menjadi diperbudak oleh agamanya. Manusia menjadi lupa tentang hidupnya sebagai manusia di bumi, lupa akan permasalahan sosial yang melanda kehidupannya dan kehidupan sesamanya, dan hanya ingat untuk mengejar surga. Akibatnya seseorang menjadi pasifis, seseorang tidak peduli pada keadaan sosialnya, masyarakat menjadi semakin mudah dieksploitasi oleh orang-orang yang berkuasa secara politik dan ekonomi.


Karl Marx mengatakan bahwa agama adalah candu masyarakat, Marx juga mengatakan agama adalah keluhan para mahluk tertindas. Di sinilah hal ini berlaku. Agama menjadi semacam penghiburan bagi masyarakat yang tertindas oleh sistem, menjadi pelarian dan pelampiasan segala beban kehidupan yang dihasilkan dari penindasan secara ekonomi dan politik. Tetapi candu ini menjadi berbahaya ketika manusia semakin larut berputar-putar di dalamnya, manusia melupakan permasalahan sebenarnya bahwa masyarakat tertindas oleh sistem, dan cenderung terus menerus berkutat di permasalahan surga-neraka.

Dalam beberapa kasus, masyarakat bukan hanya larut dalam urusan surga-neraka, melainkan menjadi fanatik terhadap agamanya. Muncul kebencian terhadap kepercayaan lain, bahkan mewujudkan kebencian itu dalam tindakan nyata. Hal ini semakin menguntungkan pihak penguasa politik dan ekonomi. Fanatisme bahkan dapat digunakan dengan sengaja oleh penguasa untuk menciptakan konflik antar kepercayaan. Masyarakat tertindas semakin larut dalam urusan agama dan tidak lagi peduli pada kehidupan nyata dan permasalahan-permasalahan sosialnya, dan kemudian mereka menjadi terpecah belah berdasarkan agama. Semakin jauh dari usaha untuk memperbaiki kehidupan sosial, apalagi usaha untuk merombak sistem penindas.

Karena itu masyarakat harus dibangunkan dari tidur panjangnya. Setiap orang bebas beragama, tetapi setiap orang juga harus memperjuangkan kehidupan nyatanya yang benar-benar ada di depan mata saat ini: Memperjuangkan kehidupan yang lebih baik, membongkar sistem penindasan yang sekarang berkuasa.

Apakah Sosialisme Mempunyai Moralitas?
Tentu saja.
Agama adalah sumber standar moralitas yang utama, alat penentu kebaikan dan kebenaran pada masyarakat kita. Baik, benar, atau salah ditentukan dengan membandingkannya dengan apa yang dikatakan oleh agama, apa yang dikatakan oleh tokoh-tokoh agama, apa yang tertulis dalam buku-buku agama.

Tetapi moralitas agama tidak akan mungkin berlaku benar-benar universal pada kehidupan manusia karena ada berbagai macam agama dan tiap agama memiliki standar-standar moralitasnya masing-masing, yang walaupun masih ada titik temunya tetap akan terdapat perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Tidak mungkin dan tidak adil untuk menilai benar atau salah perbuatan seorang beragama A dengan standar moralitas agama B.

Lebih lagi, di masa sekarang, seringkali agama telah digunakan oleh pihak yang berkuasa sebagai tameng, sebagai alat pengekang, dan sebagai alat pemecah-belah untuk melemahkan perjuangan sosial kelas tertindas, membuat mereka terbuai mimpi indah surgawi setelah mati nanti. Orang yang melawan dan memberontak terhadap penguasa dikatakan tidak bermoral dan dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama yang mengajarkan manusia harus selalu bisa menerima keadaan, menerima takdir, dan menganggap kesulitan hidup sebagai cobaan dari Tuhan.
Moral dan tolak ukur kebaikan dan kebenaran telah ditentukan oleh penguasa. Apa-apa yang dapat membahayakan penguasa adalah tidak bermoral, jahat, dan salah; sementara apa yang mendukung dan memperkuat posisi penguasa adalah bermoral, baik, dan benar. Standar moral yang ‘gila’ seperti ini tidak dapat terus menerus digunakan jika manusia memang ingin melepaskan diri dari lingkaran setan penindasan dan eksploitasi.

Karena itu sosialisme-komunisme meletakkan standar moralnya bukan kepada agama, tetapi kepada kemanusiaan itu sendiri.
Adalah tidak bermoral untuk merampas hasil pekerjaan orang lain. Adalah tidak bermoral untuk mengeksploitasi nafsu konsumerisme orang lain, menindas pemikiran dan perjuangan, menggusur tempat hidup dan tempat mencari nafkah, membunuh orang lain. Adalah tidak bermoral untuk mendiskriminasi orang lain berdasarkan jenis kelamin, ras, dan agama. Adalah tidak bermoral untuk mempekerjakan buruh di bawah umur. Adalah tidak bermoral untuk menekan upah buruh seminim mungkin dan memecat mereka demi mencapai profit tertinggi. Adalah tidak bermoral untuk menempatkan PROFIT di atas KEMANUSIAAN. Dan lain-lain.

Itu adalah contoh-contoh moralitas dalam sosialisme. Kita mempunyai moral, yang tampaknya jauh lebih bermoral (bahkan bertolak belakang) dari standar moral para kapitalis.
Kaum kapitalis adalah pengguna standar ganda. Mereka menggunakan standar moral yang tinggi sekali – bahkan menggunakan standar moral agama – ketika menilai perbuatan manusia pada umumnya. Karena itu perbuatan menentang penguasa, ide untuk merombak dan memberontak dari keadaan hidup yang sulit dan melarat mereka anggap sebagai salah, tidak baik, dan tidak bermoral.

Tetapi sementara itu mereka akan menggunakan standar moral lain lagi ketika segala perbuatan-perbuatan tidak bermoral mereka mulai disinggung (penghisapan, penindasan, eksploitasi, dan berbagai macam hal yang dilakukan oleh kaum kapitalis terhadap kelas pekerja dan masyarakat melarat). Dalam membela tindakan tidak bermoral yang dilakukannya, kapitalis menggunakan dalih-dalih semacam “merampok atau dirampok”, “makan atau dimakan”, “hukum alam”, “yang kuat yang menang”, “hidup itu keras”, dan berbagai macam dalih dan alasan lainnya.
Tetapi kita – kaum sosialis – menjawab: “Bukankah akan lebih baik kalau manusia dapat hidup bersama-sama dalam kesetaraan? Mengolah alam ini bukan untuk profit segelintir orang, melainkan untuk pemenuhan keperluan dan kebutuhan bersama-sama? Mengambil dari tiap orang sesuai kemampuannya dan memberikan kepada setiap orang sesuai keperluannya?” Bukankah lebih baik kalau tidak perlu ada yang merampok dan dirampok? Bukankah lebih baik kalau dunia ini diabdikan bukan untuk profit, melainkan untuk kemanusiaan

Libido Ergo Sum

| | 0 komentar |

“Manfaat hidup yang terbesar adalah menggunakannya untuk sesuatu yang akan membuatnya berlangsung lebih lama.”
(William James)
Energi seksual (libido) tidak bisa diingkari, ditolak, atau ditekan sebagaimana mata air yang terus melimpah juga membutuhkan sungai untuk mengalirkannya. Sebagaimana energi bisa diubah dari bentuk yang satu ke yang lain, energi seksual pun bisa diubah ke bentuk-bentuk lain. Perubahan energi seksual menjadi aktivitas aktivitas yang lebih bernilai sering disebut sublimasi. Menurut teori psikoanalisis,
hasil-hasil yang dicapai kebudayaan manusia pun tak bisa lepas dari proses sublimasi karena ada norma dan moral yang membatasi manusia untuk bisa mengumbar energi seksualnya. Bagi kaum remaja dan mereka yang belum menikah, perlu kiranya melatih diri untuk melakukan sublimasi agar energi seksual yang sedang menggelora bisa tersalurkan dalam aktivitas-aktivitas yang bernilai.


Aktivitas Seni
Sesungguhnya setiap manusia terlahir sebagai seniman, bahkan manusia itu sendiri merupakan mahakarya (masterpiece) Sang Seniman Tertinggi. Persoalannya hanya bakat seni itu kurang dikenali dan ditumbuhkan dalam diri dengan alasan tidak berjiwa seni. Tubuhmu memiliki 200 tulang yang bentuknya berbeda-beda dan berfungsi secara menakjubkan. Mesin pompa tercanggih adalah jantung yang berdenyut nonstop 36 juta kali setahun dengan risiko kerusakan sangat kecil. Otak memiliki satu triliun sel, dengan kemampuan satu sel setara dengan satu PC. Jelas, tubuhmu sudah disiapkan: apakah mau menjadi seniman atau ilmuwan, terserah dirimu. Dengan potensi seni yang dimiliki setiap manusia, kau pun bisa melakukan sublimasi energi seksual ke dalam aktivitas-aktivitas seni. Cobalah pilih satu bidang seni, dan pusatkan perhatianmu untuk melatih dan menggumulinya: musik, drama, puisi, lukis, patung, dll. Seni berhubungan erat dengan perasaan terdalam maka dengan seni kau pun melatih diri untuk memiliki kehalusan dan kepekaan perasaan. Seni memberi kepuasan batin yang melampaui kepuasan yang didapat melalui seks maka dengan seni kau mampu mengendalikan dorongan seksual dan mendapat ganti yang tak kalah nikmat.
Aktivitas Fisik
Energi seksual lebih banyak bersifat psikis dan kimiawi maka melatih fisik dengan aktivitas-aktivitas lain seperti olahraga, tari, fitness, dll bisa menjadi sublimasi. Apalagi aktivitas fisik yang bersifat memenangkan atau menaklukkan sangat cocok sebagai bentuk sublimasi laki-laki karena serupa dengan karakter seksual laki-laki. Tari dan senam lebih pas dengan ritme seksual perempuan yang tidak meledak-ledak dan melibatkan seluruh tubuh. Dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur dan konsisten, bukan hanya tubuh yang sehat, tetapi kehidupan seksualmu pun lebih sehat dan terkontrol. Ingatlah, pasangan yang memiliki tingkat kepuasan seksual yang tinggi justru mereka yang mampu mengontrol dan mengendalikan nafsunya.
Memiliki Hobi
Menyedihkan sekali kalau orang tidak memiliki hobi atau kesukaan tertentu karena hobi adalah kesempatan untuk melakukan aktivitas tanpa terpaksa, bahkan tanpa target dan tujuan yang pasti. Energi seksual pun akan tersalur melalui hobi karena ketika orang sedang asyik dengan hobinya, ia bisa ekstase dalam arti lupa akan hal-hal yang lain, termasuk dorongan seksualnya. Ketika kau sedang melakukan hobi, lakukan dengan sepenuh hati tanpa menghitung untung dan rugi karena kau sedang memuaskan dorongan ego secara positif. Jika dibandingkan dengan aktivitas seksual, melakukan hobi serupa dengan onani (memuaskan dorongan seksual dengan diri sendiri), namun dalam tingkat yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, penting bagi setiap remaja dan pemuda untuk punya hobi tertentu agar libido bisa dialihkan atau dipuaskan ketika sedang asyik dengan hobinya.
Aktivitas intelektual
Bentuk sublimasi itu secara tidak sadar sudah kaulakukan ketika sedang tekun belajar di sekolah, hanya saja kegiatan belajar yang dilakukan secara terpaksa kurang efektif sebagai jalan sublimasi. Mempelajari sesuatu karena didorong rasa ingin tahu dan merasakan keasyikan dan kepuasan akan menjadi sublimasi yang efektif. Oleh sebab itu, situasi dan suasana belajar mengajar yang berlangsung di kelas yang mengesankan, menyenangkan sekaligus menantang juga bisa menjadi bentuk sublimasi yang baik. Aktivitas intelektual yang paling efektif untuk sublimasi, adalah membaca apa pun yang kau baca asalkan bukan bacaan yang mengekplotasi seks atau pornografi. Membaca membuat sel-sel otak aktif dan berkembang sehingga libido tak menguasai. Andai saja minat baca para muda cukup tinggi, buku-buku bisa didapat dengan mudah, maka persoalan-persoalan yang menyangkut kehidupan seksual mereka akan mendapat penyaluran yang efektif.
Aktivitas sosial
Mengalihkan perhatian pada kebutuhan orang lain atau kebutuhan bersama bisa menjadi sublimasi yang baik. Seks selalu egois, artinya terpusat pada kepuasan diri sendiri walaupun melibatkan orang lain. Seks tidak pernah untuk memuaskan orang lain, sebaliknya dengan aktivitas sosial kita melatih diri untuk membalikkan arah, yakni tertuju pada kepentingan orang lain. Kepuasan yang didapat melalui aktivitas sosial tingkatannya lebih tinggi daripada kepuasan yang didapat melalui dorongan seksual. Menjadi aktivis untuk kepentingan masyarakat banyak, atau gerakan kepedulian terhadap persoalan-persoalan masyarakat, akan menjadi sublimasi yang sangat bermanfaat. Terlibat dalam organisasi atau kepanitiaan juga bisa menjadi pengubah libido yang baik.
Aktivitas Spiritual
Manusia bukan sekadar makhluk yang berdimensi fisik dan psikis, namun juga spiritual. Artinya, di atas segala potensi yang dimilikinya, ada kekuatan tertinggi dalam dirinya, yakni ROH. Keberadaan Roh (Spirit) itu mesti terus-menerus disadari dan ditumbuhkan sehingga mampu menguasai pikiran dan perilaku kita. Akhirnya, tubuh kita bisa menyatu dengan roh. Aktivitas spiritual seperti berdoa, meditasi, refleksi atas keberadaan kita di alam semesta, di hadapan Sang Pencipta, akan melampaui desakan-desakan tubuh sekuat apa pun.
Latihan:
1. Apakah kau memiliki bentuk-bentuk sublimasi seperti di atas? Sekarang sadari bahwa hal itu akan membantu berdamai dengan libido.
2. Jika selama ini kau tidak memiliki bentuk sublimasi, cobalah pilih bentuk apa yang akan kaulakukan.
3. Sadari (jangan anggap remeh) bahwa dorongan seksual yang ada dalam dirimu begitu kuat, seperti mata air yang terus melimpahkan air. Salurkan melalui sublimasi.
Mantra:
Aku mampu menyalurkan
Dorongan libidoku sekuat apa pun
Libido bukan musuh atau ancaman
Melainkan kekuatan yang harus diarahkan
Dan aku pasti bisa
(Smart Sex)

Fallacy Devision

| | 0 komentar |

Kebalikan dari fallacy of compositionfallacy of division adalah kesesatan ketika kamu mengira bahwa setidaknya ada satu komponen yang bersifat seperti itu.
Bentuk
X terdiri dari x1, x2, … xn X bersifat p ∴ x1, x2, … xn setidaknya ada satu yang bersifat p.
Paduan suara itu bagus sekali. Pasti ada setidaknya satu orang yang ahli.
Johan tinggal di rumah yang besar sekali. Enak ya. Kamarnya pasti luas.
Mungkin kamu agak sukar membedakan antara kedua fallacy di atas dengan kesesatan generalisasi. Perbedaan utamanya adalah, kesesatan generalisasi menekankan pada masalah populasi, sedangkan kedua kesesatan di atas menekankan pada komponen yang menyusun sesuatu.

Fallacy of Compisition

| | 0 komentar |


Heri
Siapa aja yang akan main nanti?
Yoyok
Ada Boni yang pintar main bass. Jono yang pintar main keyboard, ada juga Hendri yang pintar main drum. Semuanya orang-orang pintar dan paling jago di sekolah. Pasti akan jadi band yang hebat!
Betulkah? Seringkali kita melakukan kesalahan semacam itu. Kesalahan ini disebutfallacy of composition, yaitu ketika kita mengira bahwa sifat keseluruhan adalah seperti sifat bagian-bagiannya.
Bentuk
X terdiri dari x1, x2, … xn x1, x2, … xn sebagian besar atau seluruhnya bersifat p ∴ X pasti bersifat p
Kalau kamu kurang setuju dalam contoh di atas, pertimbangkan contoh berikut:
Susu rasanya enak. Coklat rasanya enak. Ayam bakar rasanya enak juga. Mangga juga enak. Sambal terasi enak juga, lho. Mari kita buat masakan super enak dengan mencampur susu, coklat, ayam bakar, mangga, dan sambal menjadi satu. Pasti uenak!

Fallacies - Akibat Keterbatasan Bahasa

| | 0 komentar |
Setiap kalimat yang kita ucapkan adalah berasal dari pikiran kita. Tetapi karena keterbatasan bahasa yang kita gunakan, juga kesulitan kita dalam mengutarakan sesuatu, maka seringkali yang orang lain mengerti berbeda dengan yang kita maksudkan.

Ekuivokasi




Kesesatan ekuivokasi terjadi ketika kamu menggunakan kata yang sama untuk dua maksud yang berbeda.
Kemarin ketika hari belum malam1 saya bermain malam2.
“Malam” yang pertama artinya malam hari, sedangkan “malam” yang kedua artinya mainan serupa lilin yang bisa dibentuk macam-macam.
Biasanya ekuivokasi yang dikatakan oleh dua orang dapat menjadi perdebatan konyol yang tak dapat diselesaikan.
Bomi
Agar sukses, kita harus menjadi orang yang bermimpi.
Mila
Mana bisa, kalau bermimpi artinya tidak berbuat apa-apa.
Bomi
Justru dengan bermimpi, kita akan terpacu untuk mencapai mimpi itu, sehingga kita bekerja keras.
Mila
Kalau orang lagi mimpi, sudah jelas dia nggak bisa ngapa-ngapain, ya jelas dia nggak mungkin kerja keras, goblok!
Ini perdebatan yang bodoh. Bomi dan Mila berdebat tentang “mimpi”, sementara “mimpi” yang dimaksud Bomi dengan “mimpi” yang dimaksud Mila berbeda. Yang dimaksudkan Bomi adalah cita-cita, sementara yang dimaksudkan Mila adalah mimpi ketika tidur.
Perdebatan semacam ini sering terjadi. Karena itu sebelum perdebatan dimulai, sepakatilah dahulu definisi-definisi istilah yang akan dipakai.

Amfiboli
Berbeda dengan ekuivokasi, kalau kamu mengatakan sesuatu yang bisa ditafsirkan berbeda-beda (ambigu), itu akan bisa memunculkan kesimpulan yang jauh dari yang kamu harapkan. Ini disebut kesesatan amfiboli.
Bentuk
Si x mengatakan P Si y mengira P adalah P’ ∴ P’ dan bukan P
Marilah kita menghapuskan semua peraturan sekolah yang tidak berguna itu.
Apa yang akan dihapuskan? Semua peraturan sekolah? Atau hanya peraturan sekolah yang tidak berguna? Atau peraturan dari sebuah sekolah yang tidak berguna?
Suatu ketika, Croesus, raja Lydia, ingin menaklukkan Cyrus, raja Persia. Ia berkonsultasi dengan seorang peramal terkenal di Delphi. Sang peramal mengatakan, “Kalau Croesus melawan Cyrus, sebuah tentara besar akan dihancurkan!” Setelah ia melawan Cyrus, ternyata tentaranya hancur semua. Ia telah menarik kesimpulan yang salah.

Fallacies - Kesesatan Pola Pikir

| | 0 komentar |


Papa
Budi, Mulai besok kamu tidak boleh main basket lagi.
Budi
Lho! Kenapa Pa?
Papa
Papa lihat nilaimu belakangan mulai turun. Kamu terlalu banyak main basket.
Budi
Pa, saya main basket cuma seminggu dua kali. Seminggu ini memang saya hampir tiap hari main, tetapi itu kan karena minggu depan mau lomba. Nilai saya turun kan sudah dari sebulan yang lalu.
Papa
Pokoknya kamu nggak boleh main basket lagi!
Pembicaraan yang tidak asing di telingamu?
Hoho. Papanya Budi – seperti halnya papa-papa yang lain – telah melakukan kesalahan logika yang beliau tidak sadari. Papanya Budi menghubung-hubungkan antara nilai yang turun dengan main basket. Padahal belum tentu ada hubungan, bukan?
Kesalahan-kesalahan seperti itu disebut fallacies atau kesesatan dalam penalaran. Fallacies adalah penalaran-penalaran yang sering seolah-olah benar, tetapi sering juga ternyata mengandung kesalahan yang sangat serius. Karena kedengarannya seperti benar, maka kita pun tidak menyadari bahwa itu salah.
Di bawah ini kamu akan mendapati daftar kesesatan-kesesatan yang umum dibuat ketika orang menalar. Sebenarnya ada banyak sekali kesesatan yang mungkin dibuat orang, tetapi hanya sebagian kecil yang dapat ditulis di sini. Tidak semua kesesatan merupakan hal yang pasti salah. Kadang-kadang bisa memunculkan kesimpulan yang benar, kadang-kadang salah. Juga, tidak berarti kita harus mutlak menghindari kesesatan. Mengapa? Karena pengetahuan kita terbatas. Contohnya, percaya bahwa “saya adalah anak ibu saya” sering hanya berdasarkan kepercayaan terhadap kata-kata orang tua, atau hanya berdasarkan rasa sayang terhadap ibu. Ini adalah sebuah fallacy, tetapi cukup baik untuk dipakai. Kita tidak mungkin menghindari fallacy sama sekali.

Kesesatan Generalisasi

| | 0 komentar |


Anton
Semua orang pasti suka kalau diberi uang.
Badi
Kok tahu? Kamu sudah tanya semua orang?
Anton
Belum.
Badi
Lha kok tahu?
Anton
Tahu dong. Dari saya kecil sampai hari ini, setiap orang yang saya temui suka kalau diberi uang.
Badi
Kamu sudah ketemu semua orang? Kan belum.
Anton
Memang belum. Tapi saya pikir semua orang pasti seperti itu juga.
Banyak sekali kepercayaan kita yang sebenarnya adalah hasil dari penalaran semacam itu. Penalaran semacam itu disebut sebagai generalisasi. Generalisasi artinya, kita menyimpulkan sifat keseluruhan berdasarkan sifat sebagian saja.
Misalnya, kamu bisa yakin bahwa semua kuda pasti suaranya meringkik. Mengapa? Karena selama ini kuda yang kamu dengar suaranya meringkik. Jadi penalaranmu berbentuk:
Waktu itu saya dengar kuda suaranya meringkik.
Di waktu yang lain juga.
Di waktu yang lain lagi juga.
Berarti semua kuda suaranya meringkik. (generalisasi)
Lho, bukankah ini belum tentu benar? Memang belum tentu benar. Tetapi karena keterbatasan kemampuan kita (kamu tidak mungkin mengamati semua kuda di dunia), maka menarik kesimpulan dengan cara seperti ini masih oke-oke saja, dengan beberapa pertimbangan tertentu.
Pertimbangan apa? Pertama, banyaknya pengamatan yang kamu buat haruslah cukup besar (tidak perlu sampai semuanya, yang penting cukup besar). Yang kedua, pengamatan yang kamu buat tidak boleh bias. Ini akan dijelaskan kemudian.
Nah, ketika kamu tidak hati-hati, kamu bisa tidak jatuh dalam kesesatan-kesesatan berikut ini.

Kesesatan Statistik

| | 0 komentar |

- Dialog: Tidak semua laki-laki -
Mila: Memang semua laki-laki buaya! Andri: Enak aja, aku laki-laki. Kalau semua laki-laki buaya, kenapa kamu curhat denganku? Mila: Iya, maksudku semua laki-laki selain kamu. Andri: Semua laki-laki selain aku? Bagaimana dengan papamu? Mila: Iya, selain kamu dan papaku. Andri: Kakakmu? Mila: Iya, dia juga tidak. Andri: Pak Burhan? Mila: Iyaaa iyaaa, cuma Jono yang buayaaaaa! Puass?

Ingatkah kamu dengan satu atau dua pembicaraan dengan temanmu yang mirip dengan situasi di atas?
Mila, karena disakiti oleh satu orang, yaitu Jono, akhirnya menyimpulkan bahwa semua laki-laki memiliki sifat seperti Jono. Ini adalah kesalahan Mila yang pertama. Jono hanyalah satu orang dari trilyunan laki-laki yang pernah hidup di muka bumi. Hanya dengan mengetahui sifat satu orang, kita tidak bisa menyimpulkan sifat trilyunan orang lainnya. Mengapa Mila mudah sekali menyimpulkan seperti itu? Karena Mila sedang sakit hati sehingga tidak dapat berpikir jernih.
Karena itu sahabatnya, Bomi, berusaha menyadarkannya dengan membuktikan bahwa hal itu salah (seorang sahabat yang baik akan mampu berpikir jernih ketika kamu tidak mampu, tidak akan tenggelam bersamamu). Dalam sekejap Mila disadarkan bahwa ia salah. Tetapi ia tidak langsung mengakuinya. Ia berusaha membuat dirinya tampak benar dengan mengungkapkan hal itu sebagai kasus pengecualian. Tetapi sayang, kasus pengecualiannya menjadi sangat banyak! Akhirnya Mila harus dengan enggan mengakui bahwa ia mengambil kesimpulan itu hanya karena rasa sakit hatinya terhadap Jono.
Nah, ada banyak sekali kesalahan-kesalahan umum yang kita buat sehari-hari, seperti yang dibuat Mila. Kadang-kadang kesalahan itu hanya akan membuatmu malu atau merasa lucu di antara teman-temanmu. Tetapi di saat yang lain bisa sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kerusuhan massa yang membinasakan ribuan orang, atau bahkan perang dunia. Karena itu, sebaiknya kamu mengenali kesalahan-kesalahan umum yang sudah dicatat dan diberi nama ini.

Denying the antecedent

| | 0 komentar |

Bacalah terlebih dahulu affirming the consequent.
Kalau yang dinyatakan bukan konsekuen tetapi negasi dari anteseden, dan dari situ disimpulkan pasti konsekuennya salah, itu juga merupakan penalaran yang tidak logis. Namanya denying the antecedent (menyangkal anteseden).
Denying the antecedent
A → B ¬ A ∴ ¬ B
Contoh:
Kalau saya tidur, mata saya tertutup. Saya tidak tidur. Berarti mata saya tidak mungkin tertutup.
Ketika saya mengatakan “kalau saya tidur, mata saya tertutup”, saya tidak sedang mengatakan apa-apa tentang “kalau saya tidak tidur”. Jadi sebenarnya kita tidak tahu apa-apa (berdasarkan premis) mengenai apa yang akan terjadi ketika saya tidak tidur.
Kesesatan ini sering dipakai untuk melucu di antara teman-temanmu:
“Lu bisa nggak ulangan tadi?”
”Ga bisa, soalnya yang gua pelajarin ga ada yang keluar.” (kalau yang saya pelajari tidak keluar, saya tidak bisa)
”Memangnya kalau yang lu pelajarin keluar, lu bisa?” (yang kamu pelajari keluar, berarti kamu bisa)
”Nggak bisa juga. Hehehe.” (ternyata tidak bisa)
Contoh lain yang sering membuat orang tersesat adalah:
“Nak, kalau kamu tidak naik kelas, Papa tidak belikan kamu motor.”
Beberapa bulan kemudian, sang anak datang pada papanya. “Papa, saya naik kelas! Mana motornya!”
Papanya menjawab, “Lho, siapa yang mau ngasih motor?”
“Papa jahat! Papa bohong! Papa pengkhianat bangsa dan negara!”
Silahkan kamu analisa sendiri sebenarnya siapa yang salah.

Affirming a consequent

| | 0 komentar |

Dalam sebuah implikasi aba disebut sebagai anteseden, dan b disebut sebagaikonsekuen. Penarikan kesimpulan yang logis dari setiap implikasi dapat berbentuk:
Modus Ponens
A → B A ∴ B (modus ponens)
atau
Modus Tollens
A → B ¬ B ∴ ¬ A (modus tollens)
Kedua bentuk penalaran ini adalah logis. Tetapi bentuk berikut ini adalah tidak logis, yaitu dengan menyatakan bahwa konsekuennya benar (affirming the consequent).
Affirming the consequent
A → B B (konsekuen benar) ∴ A
Contohnya:
Kalau Bomi malas, ia pasti akan tidak naik kelas. Ia tidak naik kelas, berarti ia malas.
Kalau Bomi seorang gay, ia akan menderita AIDS. Ia menderita AIDS. Berarti ia seorang gay.
Jelas bahwa dengan menyatakan “kalau Bomi seorang gay, ia akan menderita AIDS” masih menyisakan kemungkinan bahwa Bomi bisa menderita AIDS dengan cara lain.
Bedakan dengan penalaran ini:
Jika dan hanya jika Bomi seorang gay, ia akan menderita AIDS. Ia menderita AIDS. Berarti ia seorang gay.
Di sini tidak ada kemungkinan lain yang menyebabkan Bomi menderita AIDS.
Kesalahan fatal yang biasanya terjadi dalam ilmu pengetahuan sering berbentuk kesesatan ini. Contohnya:
Kalau teori evolusi benar, maka ketika kita menggali tanah, kita akan menemukan fosil paling sederhana ada di lapisan paling bawah, kemudian semakin ke atas semakin rumit. Sampai hari ini penggalian-penggalian menunjukkan hasil seperti itu. Berarti teori evolusi pasti benar.
Itu adalah bentuk kesesatan. Ketika yang terjadi seperti itu kita hanya dapat menyimpulkan “teori evolusi mungkin benar.” Kecuali pernyataan implikasinya diganti sebagai biimplikasi, “Jika dan hanya jika teori evolusi benar, maka… bla… bla…”. Tetapi sikap seperti itu terlalu berani dalam ilmu pengetahuan, karena tidak ada yang dapat menjamin hal itu.
Albert Einstein (1879-1955) memberikan teladan yang sangat bijak. Ketika ada orang yang berhasil membuat percobaan yang cocok dengan teorinya, ia mengatakan, “Seribu eksperimen yang cocok dengan teori saya, tidak membuktikan kebenaran dari teori itu, tapi adanya satu eksperimen saja yang bertentangan dengan apa yang diturunkan dari teori saya, akan merobohkan teori itu.” Jadi orang sering membuat kesalahan seperti ini:
Teori
Jika teori A benar, maka B Percobaan menunjukkan B ∴ A benar

Affirming a disjunct

| | 0 komentar |

Ketika kamu mengatakan, “saya bisa ke sekolah atau ke warnet.”, apakah yang kamu maksud:
Saya bisa ke sekolah saja, atau saya bisa ke warnet saja, tetapi tidak mungkin pergi ke kedua tempat tersebut;
Ataukah yang kamu maksud:
Saya bisa ke sekolah saja, bisa juga ke warnet saja, tetapi bisa juga sekaligus pergi kekedua tempat tersebut (misalnya, warnetnya terdapat di dalam sekolah).
Nah, kata “atau” di sini bisa memiliki arti eksklusif maupun inklusif. Karena ketidakjelasan arti “atau” di sini, sering orang salah menyimpulkan sesuatu, seperti yang terjadi pada percakapan berikut:
Bomi
Enjel, kamu lihat Mila tidak?
Enjel
Tidak, tapi sepertinya sedang di WC, atau mungkin dia sedang membersihkan sesuatu.
Kongi
Mila lagi di WC.
Bomi
Oh, kalau begitu ia tidak mungkin sedang membersihkan sesuatu.
Nah, Bomi melakukan kesalahan. Jelas, kalau Mila sedang di WC, sangat mungkin ia sedang membersihkan sesuatu juga (silahkan tebak). “Sedang di WC” dengan “sedang membersihkan sesuatu” bisa terjadi bersamaan, atau tidak bersifat eksklusif.
Lain halnya dengan contoh ini:
Bomi
Mila, hamstermu mana?
Mila
Dari kemarin menghilang. Sekarang mungkin masih hidup atau sudah mati.
Kongi
Pasti masih hidup, ia kan kuat.
Bomi
Oh, kalau begitu ia tidak mungkin sudah mati.
Contoh barusan logis, karena “masih hidup” dengan “sudah mati” tidak bisa terjadi bersamaan, atau bersifat eksklusif.
Bentuk umum dari kesalahan ini adalah:
Bentuk
A ∨ B A ∴ ¬ B
Bandingkan dengan silogisme disjungtif, silogisme disjungtif adalah logis:
Silogisme disjungtif (logis)
A ∨ B ¬ A ∴ B (silogisme disjungtif)
demikian juga yang bersifat eksklusif:
Silogisme disjungtif (eksklusif)
A  B A ∴ ¬ B (silogisme disjungtif - eksklusif)

Poisoning the well

| | 0 komentar |

But words are things, and a small drop of ink, Falling like dew upon a thought, produces That which makes thousands, perhaps millions, think.
- Lord Byron (1788 - 1824)
Posoning the well atau meracuni sumur adalah istilah untuk kesesatan berbentuk:
Bentuk
Pernyataan P menjatuhkan x ∴ Semua perkataan x salah
Biasanya dikatakan kepada banyak orang, agar mereka punya asumsi negatif terhadap orang/kelompok tertentu.
Contoh:
Suatu hari ada kampanye calon ketua OSIS. Aming di akhir kampanyenya mengatakan,
Aming
Sebelum saya persilahkan calon berikutnya, yaitu Bomi, saya ingatkan pada kalian semua, bahwa acara tahun lalu gagal karena dia.
Maka semua program yang dibicarakan Bomi tidak ditanggapi dengan baik oleh pendengar.
Berhati-hatilah ketika curhat. Mengapa? Karena ketika kamu curhat dengan si A mengenai si B, kamu punya asumsi tertentu tentang si B, bukan? Sehingga si A yang mendengarkan kamu akan punya asumsi yang belum tentu benar terhadap B.
Enjel
Mami, saya sebel sama guru saya. Masak nilai saya jelek terus sama dia. Sudah gitu waktu saya protes saya malah dimarahi.
Mami
Apa? Guru macam apa itu! Besok mami ke sekolah.
Sekarang maminya Enjel punya pandangan negatif terhadap guru itu. Padahal, mungkin guru itu juga curhat dengan guru lain seperti ini:
Guru itu
Si Enjel ini gimana ya, kok nilainya jelek terus. Padahal sudah dikasih nilai tambahan banyak sekali.
Guru lain
Dia yang itu protes nilai itu ya?
Guru itu
Iya, dia protesnya ga sopan sih. Jadi saya marahi.
Jadi berhati-hatilah ketika curhat dengan orang lain. Pastikan ia cukup bijaksana sehingga tidak terpengaruh oleh asumsi kamu. Kalau kamu jadi orang yang “dicurhati”, lebih baik tetap berpikiran netral, dan kalau bisa coba dengar kisah dari kedua belah pihak.