tag:blogger.com,1999:blog-19771290203414497342024-03-13T10:29:31.705-07:00Syafi'i Adnan BlogJangan Membaca Judul SajaSyafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.comBlogger119125tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-34770356162208540262012-03-23T02:29:00.003-07:002012-03-23T02:31:23.720-07:00KEBOHONGAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><br />
Pria baru dalam hidup Anda bersumpah bahwa dia sudah melupakan mantannya, namun Anda tahu bahwa dia menyimpan foto wanita itu di dalam dompetnya atau di jok motornya atau di laci mobilnya. Insting kewanitaan Anda memberi tahu adanya sesuatu yang tidak beres, namun Anda tidak bisa membuktikannya.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><strong><span style="background: black; color: red; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Siapa yang bohong?</span></strong><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Setiap orang bohong. Hampir semua kebohongan terjadi pada jumpa pertama di mana setiap orang ingin menampilkan diri mereka dengan sebaik-baiknya. Hampir semua kebohongan yang kita katakan adalah <strong><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">Bohong Putih</span></strong> <em><span style="font-family: "Palatino Linotype","serif";">(meminjam istilah Allan Pease)</span></em>. Kebohongan jenis ini dinyatakan sebagai cara agar kita dapat hidup bersama tanpa kekerasan dan agresi karena seringkali kita lebih suka mendengar distorsi yang halus dari suatu kebenaran dari pada fakta-fakta yang nyata dan pahit.Bila Anda punya hidung yang sangat besar, Anda tidak ingin mendengar kebenaran tentangnya - Anda lebih suka mendengar bahwa hidung itu tampak bagus, bahwa tak ada seorang pun yang memperhatikannya, atau bahwa itu adalah ukuran yang tepat untuk wajah Anda.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><strong><span style="background: black; color: red; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">"Selalu katakanlah yang sebenarnya - dan kemudian larilah."_ PERIBAHASA</span></strong><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Bila Anda pernah mengatakan kebenaran absolut kepada setiap orang yang Anda ajak berinteraksi sepekan kemarin, maka di manakah Anda berada sekarang? Di rumah sakit? Mungkin di penjara. Bila Anda mengucapkan kata-kata yang tepat melintas di benak Anda sewaktu Anda sedang memikirkannya, bagaimana tanggapan mereka? Satu hal yang pasti: Anda tidak akan punya teman, dan mungkin akan berakhir sebagai pengangguran.Bayangkan percakapan ini:</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">"Hai, Joko Gendut. Kamu kelihatan payah sekali deh. Kenapa tidak pakai kutang saja untuk menopang kedua susumu yang melorot seperti punya wanita tua itu?</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">"Hai, Yuli. Kenapa kamu nggak mendatangi dokter ahli penyakit kulit untuk membereskan semua bitik-bintik hitam jelek di wajahmu itu? Dan mengapa tidak kau rapikan bulu-bulu di hidung besarmu itu?</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">"Hai, Anton. Kamu ini jelek sekalii. Kenapa kau tidak berpikir untuk merapikan pakaianmu untuk menutupi kejelekan di wajahmu itu?</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Contoh-contoh ini adalah kebenaran. Kebohongan bisa berupa, "Hai, Joko. Badanmu kelihatan segar sekali" atau "Hai, Yuli. Kamu memang cewek keren" atau "Hai, Jagad. Kamu memang lelaki pekerja keras".</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Kapan terakhir kali Anda berbohong? Mungkin Anda tidak benar-benar berbohong, namun cuma membiarkan seseorang membuat asumsi yang salah berdasarkan apa yang Anda katakan atau tidak katakan kepada mereka, atau hanya sedikit berbohong untuk menghindari menyakiti perasaan mereka. Mungkin itu hanya sedikit bohong putih - Anda bilang bahwa Anda suka potongan rambut mereka, warna cat rumah atau pasangan baru mereka padahal sebenarnya tidak - atau Anda tidak ingin mereka mendengar kabar buruk dari Anda. Mungkin Anda melebih-lebihkan hal yang kecil untuk menampakkan diri Anda lebih baik demi mendapat simpati atau pekerjaan yang Anda inginkan.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Tatkala Anda menjual motor Anda, mungkin Anda lupa mengatakan adanya kebocoran oli yang terus terjadi pada mesinnya sewaktu Anda bilang betapa bagusnya kondisi Motor itu. Mungkin Anda mencat warna rambut Anda agar tampak lima tahun lebih muda atau menyisir beberapa helai rambut yang tersisa untuk menutupi bagian kepala Anda yang botak, dengan pikiran bahwa Anda dapat membuat orang lain mengira bahwa Anda masih memiliki kepala yang penuh rambut bagus. Pernahkah Anda memakai sepatu hak tinggi agar supaya kaki Anda tampak lebih tinggi dari keadaan yang sesungguhnya, bantalan bahu agar terlihat otoritasnya, atau mungkin berbohong tentang umur dan berat badan anda?</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Kita terus-menerus berbohong satu sama lain. Para orang tua berbohong kepada anak-anak mereka tentang seks dan para remaja berbohong kepada orang tua mereka tentang masalah bahwa mereka sudah pernah berhubungan seks. Sebutlah itu apa saja sesuka Anda - Semua itu adalah kebohongan.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><strong><span style="background: black; color: red; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">"Hanya musuh saja yang mengatakan kebenaran. Teman-teman dan para kekasih berbohong tiada habisnya."_STEPHEN KING</span></strong><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Namun, terlepas dari semua itu. Manusia hanya bisa hidup dengan kebohongan. Karena kebohongan yang diperlukan, sebenarnya juga merupakan kejujuran. Karena kebenaran itu selalu tampil dalam INTERPRETASI (Ferry: 2012). Ada yang nampaknya betul tapi tidak benar.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Kalau anak kecil itu menjadi "gila seks" pada masa dewasanya hanya karena diberi "penjelasan seks" sedemikian rupa sehingga ia salah menginterpretasikannya - entah karena terlalu jelas atau terlalu merangsang - sekalipun benar dari segi ilmu, tapi salah dari sudut pandang yang lebih luas, yakni kemanusiaan.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background: black; color: yellow; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">Syeh Siti Jenar mengajarkan semacam atheisme pada santri-santri dan masyarakatnya yang berakibat pada kekacauan tatanan sosial saat itu (malas, jahat, amoral, dsb). Bukan karena yang diajarkannya keliru, melainkan karena yang diajari BELUM SIAP untuk menerima "kebenaran" itu, sehingga Wali Songo mengatakannya sebagai "keliru" karena "membocorkan rahasia ilahi". Yang benar, mestinya ia BERBOHONG saat itu dan BERSTRATEGI dalam mengajarkan sesuatu sesuai dengan tingkat kedewasaan yang diajari.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><strong><span style="background: black; color: red; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;">"Sebetulnya yang diperlukan oleh manusia untuk mempertahankan Kemanusiaannya bukanlah kejujuran melainkan harmoni."_FERRY WARDIMAN.</span></strong><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 13.0pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div class="MsoNormal"><br />
</div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-84629043960327151322012-03-18T11:10:00.002-07:002012-03-18T11:11:29.174-07:00RESENSI BUKU "AGAMA BUKAN UNTUK PUBLIK"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc;"><br />
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Agama adalah kenyataan terdekat dan sekaligus misteri terjauh dalam perjalanan hidup manusia. Seiring berkembangnya teknologi, agama masih menunjukkan eksistensinya yang kuat. Agama menjadi hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Ketika membahas tentang Agama di Indonesia, biasanya orang akan mengingat sila pertama, yaitu <i>ketuhanan yang maha esa</i>. Orang yang membaca teks pancasila secara tekstual akan beranggapan bahwa untuk menjadi warga Indonesia haruslah beragama.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Agama tidak lagi menjadi urusan pribadi seseorang, melainkan telah menjadi simbol dan parameter kewarganegaraan. Sampai-sampai agama harus dimasukkan ke lembaga pendidikan negeri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Realitas yang terjadi adalah, tidak semua warga Indonesia beragama. Tidak sedikit warga Negara yang tidak menganut agama dan tidak mempercayai Tuhan. Lalu apa status mereka? Apakah jika di kartu tanda penduduk mereka tidak tercantum Agama, maka mereka tidak dianggap sebagai warga Negara Indonesia? Apakah mereka yang tidak bertuhan berarti melanggar sila pertama?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Hal ini selalu menjadi perdebatan dalam diskursus tentang keyakinan dan kebudayaan Indonesia. Kaum liberal mendukung ateis untuk tetap diakui sebagai warga Negara Indonesia. Dengan alasan bahwa beragama merupakan hak, bukan kewajiban. Sedangkan kaum fundamentalis Islam tetap menentang hal itu, dengan dalih bahwa ateisme bertentangan dengan Pancasila, yang merupakan landasan Negara. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Terlepas dari polemik kewarganegaraan, di Indonesia telah sering terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh sentimen agama. Mulai dari pembakaran Gereja, pembakaran Masjid, kasus bom bunuh diri yang banyak memakan korban tak bersalah, penganiayaan Front Pembela Islam (FPI) kepada Jama’ah Ahmadiyah, kasus ditangkapnya PNS Minangkabau hanya karena pengakuan ateisnya, dan banyak kasus lainnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Konflik Agama semakin sering menjadi perbincangan publik, seakan menunjukkan sisi buram Agama yang selama ini dianggap sebagai pondasi moral bangsa.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seakan tidak merupah perspektif masyarakat Indonesia terhadap agama. Karena Agama telah dianggap sebagai <i>sisi lain</i> yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Agama dianggap sebagai kebutuhan spiritual yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Oleh karena itu, spiritualitas agama hanya bisa dirasakan oleh orang beragama. Dan hal itu mereka anggap sebagai penyempurna dari makna kehidupan manusia. Keyakinan spiritual tersebut sangatlah subjektif, sehingga tidak bisa dibahasakan, apalagi dilembagakan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc;"><span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Persoalannya </span><span class="apple-style-span"><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">adalah bahwa bangsa Indonesia dan </span></span><span class="apple-style-span"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">sebagian besar masyarakatnya</span></span><span class="apple-style-span"><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;"> tidak bisa lepas dari </span></span><span class="apple-style-span"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">pelembagaan </span></span><span class="apple-style-span"><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">agama</span></span><span class="apple-style-span"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">, d</span></span><span class="textexposedshow"><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">an banyak orang yang sangat berkepentingan dengannya. Termasuk kekuasaan.</span></span><span class="textexposedshow"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc;"><span class="textexposedshow"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Sehingga yang terjadi adalah realisasi keberagamaan yang tidak pada tempatnya. Karena yang seharusnya menjadi urusan privat kini telah terlembagakan. Kemudian mereka yang fanatik akan sangat mudah untuk dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkepentingan, yang akan melakukan apapun demi kepentingannya. Meskipun dengan menginjak hak asasi manusia. Meskipun dengan pertumpahan darah.</span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc;"><span class="textexposedshow"><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;">Sehingga seharusnya yang terlebih dahulu kita lakukan adalah menetralisir seminimal mungkin pengaruh agama di wilayah publik dengan memberikan penyadaran secara terus menerus kepada masyarakat akan pentingnya menjaga hubungan kewarganegaraan dibandingkan dengan hubungan keberagamaan.</span></span><span style="font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; font-family: 'Palatino Linotype', serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #fff2cc; font-size: 17px;"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; font-family: 'Palatino Linotype', serif;"><span class="textexposedshow"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #fff2cc;">Download ebook Agama Bukan untuk Publik di </span><a href="http://www.mediafire.com/?28xd553ppnkvr49"><span class="Apple-style-span" style="color: #9fc5e8;">sini</span></a></span></span><span style="color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;"><o:p></o:p></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-ofGAvrhu95s/T2YkFHgrljI/AAAAAAAAAUE/FuYGTDk8pcA/s1600/cover+anyar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc;"><img border="0" height="640" src="http://3.bp.blogspot.com/-ofGAvrhu95s/T2YkFHgrljI/AAAAAAAAAUE/FuYGTDk8pcA/s640/cover+anyar.jpg" width="441" /></span></a></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12.0pt; text-align: justify;"><span class="textexposedshow"><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 13pt;"><br />
</span></span></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-16545698679400291562012-03-17T06:39:00.004-07:002012-03-17T06:43:38.303-07:00TIDAK BERJUDUL<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><br />
Indonesia, Negara yang terkenal dengan keragaman<span class="apple-converted-space"> </span><i>suku, adat, ras, agama, dan budayanya</i><span class="apple-converted-space"> </span>terbentur dengan kenyataan pluralitas yang kompleks. Seakan penduduknya belum siap untuk menerima keragaman tersebut, sehingga dalam praktek bernegara sering diganggu oleh kepentingan golongan yang lambat laun semakin mengikis persatuan bangsa.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="background: black; color: red; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Pluralisme dan Pluralitas</span></b><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Pluralisme dipandang dari segi etimologis atau bahasa berasal dari kata “Plural”, yang bermakna banyak. Sehingga dapat dikembangkan ke dalam dua istilah: pluralitas dan pluralisme</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Pluratitas adalah suatu keadaan yang majemuk, berbeda-beda dan variatif. Pluralitas adalah das sein, sebagai relitas akan berkumpulnya berbagai macam warna dalam satu situasi dan kondisi, sehingga dibutuhkan suatu sikap antara menolak atau menerimanya. </span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Sedangkan pluralisme adalah suatu faham yang terwujud dalam suatu sikap penerimaan pluralitas. Sehingga pluralisme mengambil posisi sebagai das sollen, atau hukum yang direalisasikan melalui sikap positif untuk menerima kemajemukan.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="background: black; color: red; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Bhinneka Tunggal Ika dan Pluralisme</span></b><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Bhinneka Tunggal Ika adalah slogan NKRI yang lahir dari kenyataan yang plural (pluralitas), sehingga mengandung pengertian tentang semangat Nasionalisme yang terwujud dari penerimaan perbedaan serta upaya untuk mencari kesamaan di antara perbedaan untuk menjalin kerjasama demi terwujudnya kesatuan dan persatuan.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Namun, kasus yang terjadi di lapangan, Bhinneka tunggal ika sering digunakan untuk melegalkan pemaksaan toleransi, sehingga timbul istilah mayoritas dan minoritas; yang mana, minoritas harus bisa menyesuaikan diri dengan mayoritas, dengan alasan, hal-hal yang berbeda harus disamakan, untuk kemudian nilai-nilai yang dibawa oleh kaum mayoritas cenderung menjadi parameter. Sehingga yang terjadi adalah diskriminasi dan alienasi kaum minoritas.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Pengertian tentang "Jihad" harus diluruskan. Dalam hal ini, kita merujuk pada satu hadist yang kurang lebih artinya "Cegahlah kemungkaran dengan tanganmu (perbuatan), kalau tidak bisa, maka dengan ucapanmu, namun bila masih tidak bisa, maka cukuplah mengingkarinya dalam hati. Yang demikian adalah serendah-rendahnya Iman.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Dalam hadist tersebut terdapat kata "kemungkaran" yang harus diartikan secara tepat agar tidak terjadi salah persepsi tentang deskripsi kemungkaran itu sendiri. Islam garis keras menganggap orang yang tidak melaksanakan ritual keagamaan muslim sebagai orang yang melakukan kemungkaran, sehingga mereka (para penganut Islam garis keras) merasa mempunyai hak untuk memaksa orang shalat, puasa dan zakat. Sehingga yang terjadi adalah<span class="apple-converted-space"> </span><i>claim truth</i><span class="apple-converted-space"> </span>dengan menjadikan nilai agama sebagai parameter hukum positif.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Sehingga ketika mengartikan "kemungkaran" seharusnya yang diambil adalah pemaknaan berdasarkan nilai-nilai sosial, bukan dari sudut pandang dogma agamanya.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="background: black; color: red; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Privatisasi dan Deprivatisasi Agama</span></b><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Ummat beragama, kadang disibukkan dengan pertanyaan, “Mana yang harus didahulukan antara ketuhanan dan kemanusiaan?”</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Keduanya adalah hal utama dalam praktek beragama. Dua aspek tersebut tak dapat dipisahkan. Hanya saja subjek (Agamawan) harus bisa mewujudkannya dalam dua ranah yang berbeda dengan porsi yang tepat.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Untuk mewujudkan faham pluralisme agama, diharuskan adanya pemisahan antara praktek beragama dalam ranah publik, dan beragama dalam ranah privat.<span class="apple-converted-space"> </span>Privatisasi agama berlaku untuk aspek transeden; ketuhanan, dogma, ritual. Sedangkan deprivatisasi agama lebih condong kepada toleransi dan penerimaan pluralitas yang berparadigma eskatologis (ketidakberpihakan).</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Sehingga statemen "Agama saya yang paling benar" bukan untuk dipublikasikan. Cukup diucapkan dalam hati (diyakini).<span class="apple-converted-space"> </span>Sedangkan statemen "Semua agama benar" adalah bentuk toleransi beragama sebagai perwujudan dari kesadaran dan penerimaan realitas yang plural (pluralitas) yang seharusnya diucapkan oleh setiap orang yang beragama dalam ranah publik.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background: black; color: #fff2cc; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 13.5pt;">Pluralisme Agama adalah faham yang menuntut ummat beragama untuk mengakui nilai-nilai universal yang dibawa oleh semua agama. Sehingga dalam hal ini, perspektif yang digunakan adalah inklusifisme; keterbukaan untuk menerima semua agama sekaligus menghindari<span class="apple-converted-space"> </span><i>claim truth</i>.</span><span style="color: black; font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 12.5pt; mso-bidi-font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <div class="MsoNormal"><br />
</div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-88242230749403741472012-03-17T06:34:00.004-07:002012-03-17T06:45:51.097-07:00AGAMA BUKAN UNTUK PUBLIK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><br />
Agama adalah kenyataan terdekat dan sekaligus misteri terjauh dalam perjalanan hidup manusia. Seiring berkembangnya teknologi, agama masih menunjukkan eksistensinya yang kuat. Agama menjadi hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia.</span><span style="color: black; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><o:p></o:p></span><br />
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><br />
</span></div><u1:p></u1:p> <br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">Ketika membahas tentang Agama di Indonesia, biasanya orang akan mengingat sila pertama, yaitu<span class="apple-converted-space"> </span><i>ketuhanan yang maha esa</i>. Orang yang membaca teks pancasila secara tekstual akan beranggapan bahwa untuk menjadi warga Indonesia haruslah beragama.</span><span style="color: black; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><o:p></o:p></span><br />
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><br />
</span></div><u1:p></u1:p> <br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">Agama tidak lagi menjadi urusan pribadi seseorang, melainkan telah menjadi simbol dan parameter kewarganegaraan. Sampai-sampai agama harus dimasukkan ke lembaga pendidikan negeri.</span><span style="color: black; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><o:p></o:p></span><br />
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><br />
</span></div><u1:p></u1:p> <br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">Realitas yang terjadi adalah, tidak semua warga Indonesia beragama. Tidak sedikit warga Negara yang tidak menganut agama dan tidak mempercayai Tuhan. Lalu apa status mereka? Apakah jika di kartu tanda penduduk mereka tidak tercantum Agama, maka mereka tidak dianggap sebagai warga Negara Indonesia? Apakah mereka yang tidak bertuhan berarti melanggar sila pertama?</span><span style="color: black; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><o:p></o:p></span><br />
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><br />
</span></div><u1:p></u1:p> <br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">Hal ini selalu menjadi perdebatan dalam diskursus tentang keyakinan dan kebudayaan Indonesia. Kaum liberal mendukung ateis untuk tetap diakui sebagai warga Negara Indonesia. Dengan alasan bahwa beragama merupakan hak, bukan kewajiban. Sedangkan kaum fundamentalis Islam tetap menentang hal itu, dengan dalih bahwa ateisme bertentangan dengan Pancasila, yang merupakan landasan Negara.</span><span style="color: black; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><o:p></o:p></span><br />
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><br />
</span></div><u1:p></u1:p> <br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">Terlepas dari polemik kewarganegaraan, di Indonesia telah sering terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh sentimen agama. Mulai dari pembakaran Gereja, pembakaran Masjid, kasus bom bunuh diri yang banyak memakan korban tak bersalah, penganiayaan Front Pembela Islam (FPI) kepada Jama’ah Ahmadiyah, kasus ditangkapnya PNS Minangkabau hanya karena pengakuan ateisnya, dan banyak kasus lainnya.</span><span style="color: black; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><o:p></o:p></span><br />
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><br />
</span></div><u1:p></u1:p> <br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">Konflik Agama semakin sering menjadi perbincangan publik, seakan menunjukkan sisi buram Agama yang selama ini dianggap sebagai pondasi moral bangsa.</span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"> </span><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 17px;">Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seakan tidak merupah perspektif masyarakat Indonesia terhadap agama. Karena Agama telah dianggap sebagai<span class="apple-converted-space"> </span><i>sisi lain</i><span class="apple-converted-space"> </span>yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Agama dianggap sebagai kebutuhan spiritual yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Oleh karena itu, spiritualitas agama hanya bisa dirasakan oleh orang beragama. Dan hal itu mereka anggap sebagai penyempurna dari makna kehidupan manusia. Keyakinan spiritual tersebut sangatlah subjektif, sehingga tidak bisa dibahasakan, apalagi dilembagakan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 17px;"><br />
</span></div><u1:p></u1:p> <br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">Persoalannya<span class="apple-converted-space"> </span></span><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">adalah bahwa bangsa Indonesia dan<span class="apple-converted-space"> </span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">sebagian besar masyarakatnya</span><span class="apple-converted-space"><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"> </span></span><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">tidak bisa lepas dari<span class="apple-converted-space"> </span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">pelembagaan<span class="apple-converted-space"> </span></span><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">agama</span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">, d</span><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">an banyak orang yang sangat berkepentingan dengannya. Termasuk kekuasaan.</span><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"> </span><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 17px;">Sehingga yang terjadi adalah realisasi keberagamaan yang tidak pada tempatnya. Karena yang seharusnya menjadi urusan privat kini telah terlembagakan. Kemudian mereka yang fanatik akan sangat mudah untuk dimanfaatkan oleh orang-orang yang berkepentingan, yang akan melakukan apapun demi kepentingannya. Meskipun dengan menginjak hak asasi manusia. Meskipun dengan pertumpahan darah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 17px;"><br />
</span></div><u1:p></u1:p> <br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #fff2cc; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;">Sehingga seharusnya yang terlebih dahulu kita lakukan adalah menetralisir seminimal mungkin pengaruh agama di wilayah publik dengan memberikan penyadaran secara terus menerus kepada masyarakat akan pentingnya menjaga hubungan kewarganegaraan dibandingkan dengan hubungan keberagamaan.</span><span style="color: black; font-family: 'Palatino Linotype', serif; font-size: 12.5pt;"><o:p></o:p></span></div><u1:p></u1:p> <br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-91399693787608482542012-03-17T04:14:00.001-07:002012-03-17T04:14:57.756-07:00Siapa saja orang ateis di Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span><br />
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Artikel ini adalah terjemahan dari salah satu artikel Soe Tjen Marching yang dimuat di “Jakarta Globe” dengan judul<span class="apple-converted-space"> </span><strong>Who are the atheists in Indonesia</strong><o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><strong><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">--------------------------------------------------------------------------------------------------</span></strong><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Beberapa waktu yang lalu, pada awal tahun 2012, Alexander Aan ditahan oleh polisi di Sumatera Barat karena tulisannya, di halaman facebook miliknya, “God does not exist” (Tuhan itu tidak ada). Alexander, yang juga menjadi administrator group atheis di jejaring sosial ini, menyatakan bahwa ia tidak mempercayai adanya malaikat, setan, surga, neraka dan “mitos” lainnya. Singkatnya, ia adalah seorang atheis.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Saya tidak tahu apakah sebelumnya Alex telah melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata itu yang menyebabkan ia layak ditangkapi, akan tetapi insiden tersebut membuat saya bertanya mengapa atheis sangat dimusuhi di Indonesia. Apakah seseorang yang berkata bahwa ia tidak percaya pada Tuhan dianggap melecehkan agama? Apakah hanya orang atheis yang tidak percaya pada Tuhan? Tuhan yang mana? Terdapat begitu banyak agama dan Tuhan yang berbeda.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Sebagai contoh, ummat Muslim memiliki kitab suci dan Tuhan sendiri, begitu juga dengan ummat Kristen. Ummat Muslim dan Kristen menganggap Tuhan dalam bentuk gajah dan monyet (Tuhan ummat hindu Ganesha dan Hanuman) hanya sekedar mitos. Agaknya ummat Hindu akan keberatan jika harus menyembah Allah atau juru selamat, Yesus Kristus.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Artinya, jika anda beriman pada Tuhan agama tertentu, maka anda akan mengingkari Tuhan-tuhan agama lainnya. Dengan kata lain, ummat beragama adalah orang-orang atheis jika dihadapkan pada Tuhan agama yang lain.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Bahkan, satu agama dengan aliran berbeda mempunyai keyakinan yang barlainan. Sebagaimana dua aliran Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlotul Ulama. NU percaya bahwa tahlil (mendoakan orang mati) sangatlah islami, karena tahlil merupakan dzikir (mengingat dan menghormat pada Tuhan). Namun hal tersebut dianggap sesat oleh Muhammadiyah. Yang satu menganggapnya sebagai salah satu cara mendekatkan diri pada Tuhan, yang satu malah menganggapnya sesat.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Dalam agama Kristen juga terdapat berbagai aliran; Protestan dan Katholik, misalnya. Ummat Protestan tidak menyembah pada Perawan Maria. Mengapa? Karena mereka percaya Al-Kitab menyatakan bahwa hanya Yesus yang menjadi perantara untuk menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Mereka mengutip bagian dari Al-Kitab yang berbunyi; “Hanya ada satu Tuhan, dan hanya satu penghubung antara Tuhan dan manusia, dia adalah Yesus Kristus” (1 Timothy 2:5). Sehingga, ummat Protestan menganggap pemujaan ummat Katholik pada Perawan Maria sebagai penyembahan berhala.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Sebaliknya, ummat Katholik percaya bahwa sejak Tuhan memilih wanita ini menjadi ibu dari Yesus, penghormatan ummat Katholik untuknya sama dengan penghormatan pada Tuhan.Umat Katolik yakin bahwa cara Tuhan memilih seorang ibu, menjadi jaminan bahwa Maria layak untuk mendapat tempat khusus dalam agama Katholik.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Terdapat banyak contoh dalam perbedaan aliran, salah satu yang krusial adalah kepercayaan pada surga dan neraka. Ummat Katholik percaya bahwa sebagian besar manusia akan masuk surga setelah mati. Namun, bagi sebagian orang yang belum cukup layak tidak bisa mendapatkan tempat yang indah itu. Mereka harus terlebih dahulu masuk ke “purgatory” (api penyucian) – tempat untuk menyucikan dosa – sampai mereka suci dari dosa.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Namun, tidak ada api penyucian dalam kepercayaan Protestan, mereka berkeyakinan bahwa manusia hanya bisa masuk di antara surga atau neraka, tak bisa keduanya. Dengan demikian, dalam satu agama, Tuhan mempunyai aturan yang berbeda.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Memang, satu agama bahkan aliran dapat menganggap sesat pada yang berlainan dengannya. Jika kita bicara tentang agama-agama di dunia, bisakah anda bayangkan betapa banyak hal yang berbeda? Betapa banyak macam surga, neraka, dan Tuhan di sana.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Ribuan tahun yang lalu, kaum Politheisme Roma pada umumnya sangat toleran kepada kepercayaan lain. Mereka mempercayai banyak Tuhan, dan sering mengadopsi Tuhan orang lain. Kepercayaan pada satu Tuhan, faktanya, dianggap aneh oleh penduduk kuno di laut tengah. Oleh karena itu, banyak orang Mesir, Roma, dan Yunani yang melihat kedatangan agama baru Kristen dengan penuh kecurigaan.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Pada tahun 64 sesudah masehi, pada saat kekuasaan Kaisar Nero (37-68), api memporak poranda Romaselama 6 hari. Pada puncak kemarahannya, mereka menyalahkan kaisar atas tragedi tersebut. Nero dengan segera menunjukkan jarinya pada ummat Kristen, yang dianggap sebagai orang “atheis” karena hanya percaya pada satu Tuhan. Nero memerintahkan agar supaya orang atheis ini ditangkap kemudian disiksa. Namun pada saat perang salib di Eropa sekitar tahun (1100-1600 M), giliran ummat Kristen menyiksa kaum Politheisme. Rupanya, di masa dan tempat yang berbeda, kepercayaan pada satu Tuhan atau beberapa Tuhan bisa berbeda tingkat popularitasnya. Siapa yang dianggap atheis dan yang tidak – pun bisa berbeda, tergantung dari mayoritas dalam populasinya. Dan juga, pada saat perang salib (abad 11-13 M) ummat Kristen menyatakan perang terhadap ummat Muslim.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Pada intinya, di masa dan tempat yang berbeda, Tuhan yang dianggap paling asli juga akan berbeda. Orang yang dianggap atheis dan tidak juga akan berbeda. Dengan satu atau beberapa alasan, kita semua bisa disebut sebagai atheis oleh system kepercayaan yang berbeda dengan kita. Sebagaimana Stephen Roberts yang menyatakan dirinya atheis: “Menurut saya kita sama-sama atheis, saya hanya percaya pada lebih sedikit Tuhan dari pada yang anda percayai.”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal"><span style="background-color: black; color: #ffe599;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Baca juga teks aslinya dalam bahasa Inggris <a href="http://www.thejakartaglobe.com/opinion/who-are-the-atheists-in-indonesia/494741">di sini</a></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><br />
</div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-36130775678353584392012-03-17T04:08:00.001-07:002012-03-17T04:08:54.302-07:00Muna dan Fiki = ISLAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black;"><br />
</span><br />
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Mana yang salah? Islam atau budaya Indonesia?<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Dulu Islam diterima dengan terbuka oleh masyarakat Indonesia, meskipun budaya Islam sangat berbeda dengan budaya pribumi.Dari kebaya menjadi kerudung, dari keris menjadi sajadah.<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Kini masyarakat ekumenis tersebut berubah menjadi tertutup. Kini mereka menutup diri dari penerimaan budaya baru. Dan bodohnya, mereka menganggap budayanya saat ini adalah budaya aslinya.<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Apakah Islam datang di Indonesia dengan kekerasan, pasti tidak. Kalau mereka datang dengan kekerasan, pasti sudah ditolak oleh orang-orang Indonesia. Justru karena elastisnya, Islam bisa masuk menjadi salah satu bagian dari Indonesia. Namun, kini setelah Islam sudah memiliki banyak ummat setia, ia menjadi bringas dan sombong.<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><strong><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="color: orange;">Apakah Islam seperti itu? Iya.....</span></span></strong><span style="color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;"><o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Bandingkan dengan peradaban Islam di Arab. Pada permulaan Islam, yang disampaikan adalah kelenturan tanpa paksaan. "Untukmu agamamu, untukku agamaku". Namun ketika Islam sudah tersebar dan besar, tiba waktunya bagi Islam untuk menunjukkan wajah aslinya, yang beringas dan penuh dengan paksaan. "Kejar dan bunuhlah mereka dimanapun kau temukan mereka".<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Dalam perjalanannya, Islam di Indonesia pun memiliki dua wajah, ada yang masih berorientasi pada esensi "Islam is peace" juga yang menganggap "Jihad sebagai Perjuangan yang sesungguhnya".<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Sehingga mereka yang menganut "Islam damai" menganggap ayat Makkiyah [lakum diinukum waliyadiin] "bagimu agamamu, bagiku agamaku" masih berlaku. padahal Pejihad bersurban itu berdalih bahwa ayat tersebut telah di "Naskh" (diabrogasi/diamandemen) oleh ayat madaniah "Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah".<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Analoginya:<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><strong><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><i><span style="color: #ea9999;">Andaikan kita sedang mau mengecat rumah... ayah anda mengatakan: "Saya mau rumah ini kita cat warna kuning" .... sejam kemudian ayah anda kembali lagi dan mengatakan: "Saya mau rumah ini kita cat warna merah" ... Setelah itu apa warna rumah ini?</span></i></span></strong><span style="color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;"><o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Orang yang menganggap "Islam is Peace" akan menjawab = tetap kuning lah...<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Sedangkan kambing bersurban dan komplotannya akan menjawab = merah dong...<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Justru kalau menurut saya, orang-orang yang menyuarakan takbir sambil obrak abrik diskotik itulah yang mengerti esensi Islam. Karena itulah Tujuan akhir dari penyebaran Islam yang dilakukan Muhammad. Sedangkan orang2 yang menjalankan Islam sebagai Agama damai adalah orang-orang yang memahami metode persuasif sebagai esensi... sangat keliru,, itu adalah tipu muslihat yang lumrah dilakukan seorang politisi.<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: #ffe599;">Dikotomi dalam satu tubuh ini memang membingungkan. Namun jelas bagi kita yang cukup menganggap Muhammad sebagai Politikus, bukan Utusan Tuhan.<o:p></o:p></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span style="background-color: black;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 12pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><span style="background-color: black; color: orange;">Lalu apa itu Islam?</span></span></strong><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: Tahoma, sans-serif;"><o:p></o:p></span></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-79923276793223897652012-02-13T11:11:00.000-08:002012-02-13T11:32:15.587-08:00Polemik Fundamentalisme dalam Realitas Multikultural<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: #ffd966;">Indonesia, Negara yang terkenal dengan keragaman <i>suku, adat, ras, agama, dan budayanya</i> terbentur dengan kenyataan pluralitas yang kompleks. Seakan orang-orangnya belum siap untuk menerima keragaman tersebut, sehingga dalam praktek bernegara sering terjadi ketimpangan social yang disebabkan oleh kepentingan golongan dan diskriminasi terhadap kaum minoritas yang lambat laun semakin mengikis persatuan bangsa.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Ketimpanagan tersebut banyak disebabkan oleh banyak hal, salah satu hal yang mempengaruhi adalah sistem pendidikan di Indonesia yang tidak bisa melepaskan diri dari belenggu fundamentalisme kelompok, dalam hal ini agama. Ketika kita telisik UU SISDIKNAS (sistem pendidikan nasional) Bab I pasaal 1 ayat pertama kita akan menemukan penjelasan bahwa tujuan penddikan adalah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan <b><i>spiritual keagamaan</i></b>. Bunyi penggalan undang-undang tersebut menunjukkan kepada kita secara eksplisit bahwa Negara telah ikut campur dalam urusan spiritual keagamaan yang seharusnya menjadi privasi masing-masing individu. Karena urusan kepercayaan tidak bisa diukur dan dinilai dengan hukum Negara. Sehingga jika agama dipaksakan untuk menjadi bagian dari urusan Negara, maka hukum dan dogma agama yang diajarkan disekolah akan mempengaruhi pola pikir anak didik dan akan berpotensi untuk menjadi tandingan hukum dan konstitusi Negara.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Hal tersebut jelas tidak kita inginkan, bagaimana mungkin Negara hukum dan demokratis diatur oleh hukum agama yang tidak lain adalah kitab suci. Namun kenyataan yang terjadi adalah, agama menjadi objek penting dalam aturan hidup di Indonesia. Agama wajib diajarkan di lembaga pendidikan formal sejak dini dengan alasan Indonesia adalah Negara beragama, sehingga sudah seharusnya Negara turut andil dalam pelestarian agama. Agama dianggap penting untuk terlibat dalam program pembangunan moral bangsa, dengan asumsi bahwa semakin agamis suatu masyarakat, semakin luhur pula budi pekertinya. Namun kenyatannya, tidak sedikit penyimpangan dan kerusuhan yang dilatarbelakangi oleh kepentingan agama.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://zidniagus.files.wordpress.com/2011/03/anti_ahmadiyah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://zidniagus.files.wordpress.com/2011/03/anti_ahmadiyah.jpg" width="274" /></a></div>Hal ini dapat kita temukan dalam beberapa kasus seperti teror bom di beberapa tempat umum, <i>vandalism</i> atau perusakan rumah-rumah ibadah, diskriminasi pada sekte-sekte yang dianggap sesat seperti <i>Ahmadiyah</i>, dan banyak lagi penyimpangan sosial yang dilatarbelakangi oleh sentimen agama. Bahkan jika kita mengingat kasus ditangkapnya Alex Aan (PNS atheis dari kota Padang Sumatera Barat) pada awal Januari tahun ini, hanya karena kepercayaannya, atheism, dianggap sebagai penodaan sila pertama, maka semakin jelas bahwa legitimasi Negara atas fundamentalisme agama begitu mempengaruhi banyak aspek dalam kelangsungan hidup bernegara, bahkan ranah hukum.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://mediapmkri.files.wordpress.com/2011/02/ahmadiyah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://mediapmkri.files.wordpress.com/2011/02/ahmadiyah.jpg" width="320" /></a></div>Dengan demikian, asumsi bahwa <i>semakin agamis suatu masyarakat, semakin luhur pula budi pekertinya</i> telah terbantahkan dengan beberapa kasus tersebut. Namun upaya pemerintah hanyalah sekedar penanggulangan dengan menggerakkan badan hukum yang dibuat khusus untuk menangani kasus-kasus tersebut, seperti Densus 88, bukannya menggali ke akarnya, yaitu mengkoreksi kembali sistem pendidikan yang berperan penting dalam pembentukan kepribadian bangsa. Karena jika kita pernah mencicipi pendidikan agama di sekolah, maka aspek yang diajarkan adalah aspek hukum atau dogma agama dan akidah, yang notabene sangatlah rentan dengan eksklusifisme dan fundamentalisme yang intoleran. Padahal, pendidikan adalah aspek terpenting dalam proses pemembentukan kepribadian bangsa. Apa jadinya bila pendidikan dikotori oleh fundamentalisme dan semangat-semangat kelompok yang lambat laun akan membentuk kepribadian bangsa yang puritan dan eksklusif.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://kesalahanquran.files.wordpress.com/2012/01/alex-aan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="208" src="http://kesalahanquran.files.wordpress.com/2012/01/alex-aan.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Penangkapan Alex Aan (Atheis Minangkabau)</td></tr>
</tbody></table></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Namun, hal itu rupanya telah dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu demi kepentingan politik. Karena semakin fundamentalis suatu masyarakat, semakin tinggi pula keinginannya untuk menjadikan hukum keyakinan mereka menjadi hukum Negara, atau paling tidak, bisa ikut andil dalam menentukan hukum dan aturan hidup di Indonesia. Dan hal ini merupakan modal besar bagi politikus untuk meraih jabatan di kursi kekuasaan. Kaum fundamentalis adalah pendukung setia yang siap mengangkat seorang politikus yang dianggap bisa melaksanakan apa yang menjadi keinginan mereka. Sehingga upaya yang dilakukan oleh politikus tersebut adalah melestarikan fundamentalisme mulai dari kalangan paling bawah sampai teratas. Dan dunia pendidikan dianggap sebagai ladang subur untuk melestarikannya.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Dengan kata lain, jika fundamentalisme agama dilegitimasi oleh Negara dengan penyelenggarakan pendidikan agama di lembaga pendidikan formal, maka, Negara juga harus siap ketika konstitusi diintervensi oleh dogma agama yang dibawa oleh orang-orang dari kalangan fundamentalis. Sehingga bukan tidak mungkin apabila undang-undang nantinya akan dikuasai oleh kepentingan-kepentingan agama yang tidak lain adalah agama mayoritas.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
Hal tersebut merupakan konsekwensi yang harus ditanggung Negara. Namun korbannya tak lain adalah rakyat. Dalam hal ini kaum minoritas jelas menjadi korban utama. Jika kita mengingat polemik RUU pornografi beberapa tahun yang lalu, maka itulah salah satu produk dari campur tangan agama dalam menyusun peraturan yang diberlakukan untuk seluruh warga Negara Indonesia. Jika saja RUU tersebut ditetapkan, maka yang dirugikan adalah para pecinta seni dan orang-orang yang menggeluti bidang intertaimen.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Jika kita mengingat kata “kedaulatan” maka di Indonesia hanya ada <i>kedaulatan di tangan rakyat</i>, hanya rakyat yang berdaulat di Indonesia. Namun intervensi agama selalu saja membawa Tuhan dalam kedaulatan Negara, sehingga dalam praktik penegakan hukum banyak terjadi diskriminasi terhadap kaum minoritas yang tidak cukup mempunyai kekuatan politik untuk ikut serta dalam menentukan kebijakan konstitusi.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Berkembang pesatnya Partai politik Islam di Indonesia menunjukkan betapa banyak masyarakat Indonesia yang lebih percaya kepada pemimpin yang pro fundamentalisme dan melestarikan hubungan keberagamaan dari pada pemimpin yang nasionalis dan menjaga hubungan kewarganegaraan. Hal ini tidak lain adalah salah satu dampak dari proses pendidikan agama yang diajarkan di sekolah-sekolah formal. Politik islam sudah tentu akan menghasilkan produk hukum ala islam dan dampaknya sudah tentu adalah fundamentalisme dan penggolongan masyarakat secara hirarkis berdasarkan agamanya.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://lifeinlegacy.com/2003/0201/HaddenJeffrey.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://lifeinlegacy.com/2003/0201/HaddenJeffrey.jpg" /></a></div>Jefrey K. Hadden mengatakan dalam <i>Profetic Religion and Politic </i>(86) <i>“Kebangkitan politik islam pada umumnya merupakan gejala telah lahirnya global fundamentalism yang siap melakukan penghadangan dan resistansi terhadap globalisasi, liberalisasi, serta kepentingan-kepentingan barat”.</i> Dengan demikian kebangkitan politik islam berpotensi untuk menghambat terwujudnya bangsa yang adil dan sejahtera disebabkan oleh kebijakan-kebijakan politik yang akan cenderung memihak kelompok islam. Oleh karena itu kebangkitan politik islam di Indonesia harus diantisipasi dengan semangat multikultural sebagai perwujudan dari penerimaan realitas kebangsaan yang multi suku, adat, ras, agama, dan budaya. Untuk mewujudkannya tidak lain adalah dengan menyelenggarakan pendidikan berbasis multikultural dan pluralisme yang menanamkan kesadaran akan keanekaragaman SARA dan menuntun anak didik untuk bisa hidup berdampingan dengan bermacam-macam perbedaan.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Dengan demikian upaya yang seharusnya dilakukan oleh Negara adalah menjalankan program pendewasaan masyarakat dengan merekontruksi sistem pendidikan di sekolah formal ke arah pengutamaan kesadaran multikultur dan mereduksi atau paling tidak meminimalisir hal-hal yang menyebarkan bibit fundamentaisme. Jika hal itu adalah pelajaran agama di sekolah, maka seharusnya Negara membatasi aspek yang disampaikan dalam pelajaran agama di sekolah hanya dalam hal sejarah dan peradabannya, itu pun harus mencakup semua agama yang diakui di Indonesia sekaligus menyampaikan kemungkinan-kemungkinan adanya agama-agama atau kepercayaan yang belum diakui di Indonesia mengingat begitu pesat perkembangan budaya di Indonesia, tanpa harus memasukkan hukum dan doktrin kepercayaan agama tertentu yang pada akhirnya akan menjadi bibit fundamentalisme dan pemahaman yang sempit tentang nilai.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Pada intinya, Negara harus berupaya untuk memisahkan diri dari agama (menerapkan sekularisasi) secara utuh. Namun jika pelembagaan agama sebagai sarana dakwah atau pelestarian agama di masyarakat masih dianggap perlu bagi sebagian kelompok, maka biarlah itu diatur oleh lembaga otonom agama, dengan catatan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat dan tidak keluar dari hukum dan norma bernegara. Dan tugas Negara hanyalah untuk melayani lembaga-lembaga tersebut sesuai dengan proporsinya masing-masing tanpa pandang bulu.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Dengan begitu, kita berharap masyarakat bisa menerima realitas multikultural secara utuh. Penerimaan yang dimaksud tentu bukan sekedar toleransi, namun kesadaran untuk menerima dan menghormati orang lain yang berbeda dengan kita. Sehingga tercipta keharmonisan dan persatuan dalam perbedaan, seperti semangat sumpah pemuda untuk <i>berbahasa satu,bertanah air satu, dan berbangsa satu – Indonesia.</i> Sebagaimana yang disampaikan oleh Rocky Gerung – salah satu dosen besar di Universitas Indonesia Jakarta – dalam salah satu pidatonya <i>“perbedaan kita tidak boleh menghalangi kita untuk berkata sama di depan ayat konstitusi, bukan ayat-ayat suci (kitab suci agama)”</i>.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Dengan sistem sekuler (pemisahan Negara dari agama), bukan berarti Negara menjadi anti terhadap agama, namun justru sekulerisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan karena dalam menentukan kebijakan, terutamanya yang politis, akan didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan. Sehingga Negara akan kembali pada tujuan utamanya yaitu untuk melindungi hak setiap warga Negaranya, dan warga Negara bisa lebih bebas untuk menganut agama dan kepercayaannya masing-masing tanpa harus diatur oleh Negara. Serta konflik yang dilatarbelakangi oleh agama dapat dicegah, karena sejak dini masyarakat telah dididik dengan semangat kebhinnekaan. Kalaupun masih ada penyimpangan sosial yang dilatarbelakangi oleh agama, paling tidak hukum yang berlaku akan bertindak tegas terhadap konflik-konflik yang terjadi di masyarakat tanpa mempertimbangkan hirarki keberagamaan, sehingga diskriminasi terhadap agama minoritas tidak lagi terjadi dan keutuhan hubungan kewarganegaraan akan terjaga.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; color: #ffd966; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-UbXsi7HVJgc/TzlgOIf9sLI/AAAAAAAAATE/k4E4bSMF8q8/s1600/SEKULER.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="http://1.bp.blogspot.com/-UbXsi7HVJgc/TzlgOIf9sLI/AAAAAAAAATE/k4E4bSMF8q8/s640/SEKULER.jpg" width="640" /></a></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-22094999832528688362012-01-28T02:18:00.001-08:002012-01-28T02:18:23.439-08:00Filsafat dan Liberalisme<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="mbl notesBlogText clearfix" style="color: #ffd966;"><div>Banyak di antara kita yang belajar filsafat sekaligus mendalaminya, namun hanya sedikit dari kita yang menaruh empati dan mempraktekkan apa yang kita pelajari dalam kehidupan kita. Filsafat seakan hanya menjadi sarana untuk menganalisis produk pemikiran seseorang atau hanya digunakan untuk alat berpikir jernih, namun dalam kenyataannya praktek berfilsafat selalu dibatasi oleh ideologi masa lalu yang telah mendarah daging dalam diri kita.<br />
<br />
Kita terlalu berat untuk meninggalkan postulasi agama demi kebebasan berpikir kita, padahal tujuan kita berfilsafat adalah untuk kebebasan berpikir dan pada gilirannya akan tiba saatnya untuk membuka tabir kepalsuan di balik postulat-postulat yang membius kita selama ini. Namun, dosis yang kita minum terlalu berlebih, sehingga kita ketagihan akan postulat agama yang menenangkan batin kita dan sekaligus membunuh akal sehat kita. Kita berat untuk meninggalkannya karena kita terlanjur ketagihan oleh ketenangan yang diberikannya. Yang ada dalam pikiran kita adalah, “Hanya Agamaku lah yang dapat memberikan yang ku butuhkan”. Jika demikian yang terjadi, maka tidak ada lagi obat sebaik apapun yang dapat menggantikannya. Berfilsafat tidak lagi berguna jika diterapkan pada orang-orang semacam itu.<br />
<br />
Filsafat hanya untuk orang-orang yang bersedia membuka pikiran dan meninggalkan apa saja yang menghalanginya untuk berpikir bebas, karena itulah tujuan berfilsafat yang sebenarnya. Namun yang banyak kita temui adalah orang-orang yang berfilsafat untuk mencari kebenaran Agamanya dari sudut pandang logika (dalil aqli) namun mengingkari kebenaran yang bertentangan dengan agamanya. Yang demikian adalah proses berfilsafat yang didahului oleh tujuan-tujuan apologetis (mencari alibi untuk agamanya sendiri) sehingga tidak akan sampai pada perspektif inklusif atau kesadaran pluralis.<br />
<br />
Perspektif inklusif atau keterbukaan hanya dimiliki oleh orang-orang dengan kecerdasan liberal (bukan kecerdasan spiritual). Karena dengan kecerdasan liberal, kita bisa berpikir luas melebihi apa yang kita anggap benar. Bagi saya paham liberal adalah hakikat kehidupan sosial, yaitu bebas dari segala belenggu kemanusiaan. Bebas dari belenggu tiranik. Bebas dari belenggu diskriminatif. Bebas dari belenggu ideologi, politik, agama dan setersunya. Hikmat liberalisme adalah pada nilai-nilai azazi kemanusiaan. Tak ada satu orang pun yang boleh merampasnya.<br />
<br />
Sedangkan kecerdasan spiritual hanya menjaga ketenangan batin ketika kita dilanda derita atau sedang mengalami kesusahan, fungsi kecerdasan spiritual hanya untuk menstabilkan keadaan kita agar tetap berupaya untuk tenang dan positif thinking (bukan berpikir realistis), karena kecerdasan spiritual tak ada bedanya dengan khotbah jum’at atau kuliah shubuh yang tujuannya hanya untuk menguatkan iman kita dan selalu percaya pada tuhan yang mengatur jalan hidup kita.<br />
<br />
Dengan kata lain, ESQ yang dipromosikan oleh Ginanjar adalah bentuk teori apologetik Islam yang dikemas lebih modern, dengan tujuan agar bisa dikonsumsi oleh orang-orang yang bosan dengan khotbah jum’at atau kuliah shubuh di televisi yang pada hakikatnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu dakwah Islam.<br />
Oleh karena itu, filsafat belum sampai pada tujuannya bila belum sampai pada liberalisme.</div></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-60573623465317913072012-01-28T02:12:00.000-08:002012-01-28T02:15:45.466-08:00Saya Benci Membaca Al-Qur'an<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: #ffd966;"><span>Perasaan ini timbul ketika saya menyaksikan sebuah realitas yang paradoks dalam keberagamaan saya sendiri. Ketika saya membaca Al-Qur’an, yang saya temukan adalah sindiran-sindiran yang tertuju kepada saya, terasa isi kandungannya mendiskreditkan saya selaku pembaca setianya. Betapa tidak, Ayat-ayat yang semula ditujukan untuk kaum kafir dan orang-orang munafik sama persis dengan praktik beragama yang saya lakukan. </span></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;"><span>Saya suka mengkultuskan seseorang yang menjadi idola saya, sehingga saya tidak lagi mempertimbangkan benar-tidaknya apa yang menjadi pikiran idola saya, yang penting kalau dia yang bicara saya percaya, kritik logis tidak lagi saya butuhkan untuk menilai statemen idola saya. Yang demikian disebut dalam al-Qur’an sebagai penyekutuan Tuhan, karena kebenaran Tuhan terlalu kompleks bila harus dituangkan dalam porsonofikasi statemen seorang manusia.</span></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;"><span>Selain itu saya juga suka mengingkari kebenaran yang datang dari orang yang berbeda pemikiran dengan saya, karena cara berpikir saya terlalu simpel, yaitu segala hal yang berkenaan dengan keyakinan saya adalah kebenaran yang tidak akan saya ingkari dan saya akan selalu membantah segala hal yang membuat "status quo" yang menjadi kayakinan saya terancam tereduksi. Yang demikian dikatakan dalam Al-Qur’an sebagai kemunafikan, yang dinyatakan bahwa “kebenaran hanya milik Allah” dan bisa datang melalui siapa saja yang dikehendaki-Nya, termasuk orang yang berbeda pendapat dengan kita, dan tidak menutup kemungkinan juga dari musuh kita.</span></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;"><span>Berbagai paradoksi tersebut mengguncang batin saya, sampai-sampai saya berupaya untuk mengingkari semua realitas itu untuk mencari posisi aman dari predikat kafir dan munafik. Namun akhirnya saya sadar, saya tak boleh menambah satu kesalahan lagi dengan mengingkari kekafiran dan kemunafikan saya, yang harus saya lakukan adalah berhenti mengkambing hitamkan Al-Qur’an yang jelas-jelas telah menganggap prilaku saya sebagai prilaku golongan kafir dan munafik, dan juga berupaya semaksimal mungkin untuk mengganti prilaku-prilaku kekafiran dan kemunafikan dengan prilaku muslim yang sebenarnya, yang tak mudah mengingkari kebenaran di luar kepercayaannya dan yang tidak mudah membenarkan semua yang datang dari orang lain, betapa pun orang itu kita anggap shalih dan kita yakini, karena Tuhan menganugerahkan akal kepada manusia untuk menganalisa dan mengkoreksi hal-hal yang semula dianggap benar sebagai kesalahan di masa depan untuk kemudian digantikan dengan kebenaran yang relevan dari pencarian-pencarian yang tak sekedar taqlid buta.</span></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-15470299542127272762012-01-14T21:23:00.000-08:002012-01-14T21:23:30.713-08:00Pendidikan Agama di Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List" style="color: #ffd966;"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" style="color: #ffd966;"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" style="color: #ffd966;"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" style="color: #ffd966;"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:21.0cm 842.0pt;
margin:4.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";}
</style> <![endif]--> <div style="color: #ffd966;">Kegelisahan ini timbul hanya ketika ku membaca alam yang megah di luar diriku sendiri, terpaku di atas tanah pertiwi, terdiam terbata dan terbatas oleh fakir asa, fakir bahasa.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Kulihat apa yang kurasa, yang kubaca dan kumengerti akan <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region> pertiwi. Kuingat dasar negara dengan kedaulatan di tangan rakyat, namun rekayasa politik selalu saja membawa Tuhan dalam kedaulatan Negara, sehingga dalam Undang-Undang tentang tujuan pendidikan sampai dikatakan bahwa "<em>Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan akhlaq anak didik</em>" bukannya "<em>mencerdaskan kehidupan bangsa</em>" seperti yang termaktub dalam konstitusi.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;"><st1:city style="color: #e69138;"><st1:place><strong>Ada</strong></st1:place></st1:city><strong style="color: #e69138;"> apa dengan </strong><st1:country-region style="color: #e69138;"><st1:place><strong>Indonesia</strong></st1:place></st1:country-region><strong style="color: #e69138;">?</strong><o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region>, Negara yang mempunyai sumpah pemuda; "Bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu". Di dalamnya tak ada sumpah untuk <em>beragama satu atau bertuhan satu</em>. Tapi mengapa agama begitu menjadi hal yang dianggap penting hingga bisa memainkan alur politik, pemikiran dan kebudayaan di <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Dalam konstitusi, secara eksplisit dikatakan bahwa <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region> adalah negara sekuler. Karena <em>Tuhan tak berdaulat di </em><st1:country-region><st1:place><em>Indonesia</em></st1:place></st1:country-region>, Negara <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region> hanya <em>berdasarkan kedaulatan rakyat</em>. Tak seharusnya agama dijadikan sebagai parameter kewarganegaraan. Beragama adalah hak yang boleh diambil, boleh juga tidak. Sehingga makna dari sila pertama tidak harus diartikan sebagai keharusan warga <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region> untuk memeluk agama.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Sayang sekali bila kepentingan hubungan kewarganegaraan dikesampingkan hanya demi kepentingan hubungan keberagamaan. Dan ironisnya kaum fundamentalis agama sering kali menggunakan sila pertama sebagai justifikasi untuk kekuatan dan kepentingan kelompok dalam eksistensinya di ranah public politic, itu pun diakibatkan oleh penafsiran pancasila yang eksklusif, subjektif dan disesuaikan dengan masing-masing ideologi yang dibawa, dalam hal ini agama.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Kenyataan yang terjadi adalah, agama menjadi objek penting dalam aturan hidup di <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region>. Agama wajib diajarkan di lembaga pendidikan formal sejak dini. Sedangkan aspek yang diajarkan adalah aspek hukum agama dan akidah, yang notabene sangatlah rentan dengan eksklusifisme dan fundamentalisme. Padahal, pendidikan adalah aspek terpenting dalam membentuk kepribadian bangsa. Apa jadinya bila pendidikan dikotori oleh fundamentalisme dan semangat-semangat kelompok yang lambat laun akan membentuk kepribadian bangsa yang puritan dan eksklusif.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;"><strong style="color: #e69138;">Pendidikan Agama di Sekolah</strong><o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;">Pendidikan agama di sekolah sebagaimana yang dirumuskan dalam kurikulum pendidikan agama sangatlah berorientasi pada <em>keimanan dan ketakwaan</em>, sehingga ukuran keberhasilan pendidikan agama adalah ketika anak didik telah mampu mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari. Bahkan, ada upaya dari Departemen agama untuk mengembangkan kurikulum pendidikan agama dengan menitikberatkan pada aspek psikomotorik anak didik, sehingga diharapkan pelajaran agama dapat terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan pendidikan keseluruhan mata pelajaran dengan proses pendidikan terpadu. Hal ini sangat mengancam semangat Nasionalisme dalam jiwa anak didik. Bagaimana mungkin mata pelajaran yang dilandaskan pada kepercayaan dijadikan sebagai acuan proses pembelajaran di sekolah. Sedangkan yang disampaikan dalam pelajaran agama adalah masalah iman dan ritual keberagamaan. Anak didik diajarkan untuk memprioritaskan percaya pada doktrin agama, tanpa harus mempertanyakannya, dan kita tahu bahwa dalam ajaran agama diajarkan yang namanya <em>claim truth</em>, yaitu percaya bahwa agama kita lah yang paling benar, kemudian diajarkan ritual-ritual keberagamaan yang indikatornya tidak hanya mengarah pada aspek kognitif, namun juga psikomotorik, sehingga anak didik tidak cukup menjadikannya sebagai pengetahuan, namun juga harus bisa mempraktekkannya.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Kurikulum semacam itu selain membunuh daya kritis anak didik, juga seakan-akan bertujuan untuk mengutamakan keberagamaan dan meletakkan kepentingan kewarganegaraan pada ranah sekunder. Hal ini sangat bertentangan dengan tujuan utama kewarganegaraan dan realitas kemajemukan <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region>, sehigga <em>output</em> dari proses pendidikan semacam itu tidak bisa diharapkan untuk bersikap adil dan bijak ketika dihadapkan dalam realitas kemajemukan di <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Realitas multikultural seakan hanya menjadi wacana tanpa arah, karena sejak dini masyarakat telah dicekoki oleh nilai-nilai parsial, dalam hal ini moral agama, sementar nilai-nilai universal yang berpedoman pada hukum positif dan sejajar dengan rasionalitas sama sekali tidak diutamakan. Pendidikan semacam itu hanya akan menciptakan manusia-manusia dengan perspektif sempit tentang nilai dan moral.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Tak heran jika di <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region> banyak terjadi konflik yang melibatkan ummat beragama, karena sejak dini masyarakat telah dididik untuk eksklusif, intoleran, dan hidup secara individual. <o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Jika agama dianggap perlu untuk dimasukkan dalam kurikulum sekolah, maka seharusnya yang diajarkan adalah sejarah-sejarah peradabannya, bukan aspek hukum dan akidahnya, itu pun harus mencakup seluruh agama yang diakui di <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region>. Sehingga pendidikan agama di sekolah tidak dimonopoli oleh agama mayoritas.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Seharusnya yang lebih diprioritaskan adalah pendidikan berbasis multikutural dengan mengenalkan keberagaman SARA di Indonesia sekaligus cara bijak untuk menyikapinya. Sehingga pluralitas dapat diterima dengan terbuka oleh setiap warga Negara, dan keutamaan hubungan kewarganegaraan bisa terjaga.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Dengan demikian seharusnya negara tidak melegitimasi pendidikan yang berimbas pada perpecahan yang disebabkan oleh fundamentalisme. Sehingga upaya yang harus diterapkan adalah pemisahan urusan Negara dan urusan agama. Biarlah agama diatur oleh kelompok agama masing-masing, walaupun seharusnya agama hanya boleh dikonsumsi secara individual. Namun jika dakwah atau pelestarian agama di masyarakat masih dianggap perlu bagi sebagian kelompok, maka biarlah itu diatur oleh kelompok masing-masing, dengan catatan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat dan tidak keluar dari hukum dan norma bernegara.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Sudah saatnya Kurikulum Pendidikan <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region> menerapkan pendidikan kewarganegaraan yang berpedoman kepada sumpah pemuda, di mana sama sekali agama tidak disinggung di <st1:city><st1:place>sana</st1:place></st1:city>, sehingga semangat yang harus ditanamkan sejak dini adalah semangat untuk bersatu dan berkata sama di depan ayat-ayat kontitusi, bukan di depan ayat-ayat suci. Berpegang teguh pada <em>kedaulatan Rakyat</em>, <em>bukan kedaulatan Tuhan</em>.<o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;"><strong style="color: #e69138;">Bagaimana dengan ummat beragama?</strong><o:p></o:p></div><div style="color: #ffd966;">Dengan memisahkan Negara dari agama, bukan berarti negara menjadi anti terhadap agama. Namun justru masyarakat bisa lebih bebas untuk menganut agamanya masing-masing tanpa harus diatur oleh Negara. Dan konflik antar ummat beragama dapat diminimalisir, karena paling tidak Negara akan bertindak tegas terhadap konflik-konflik yang terjadi di masyarakat tanpa mempertimbangkan latar belakang keberagamaan, sehingga diskriminasi terhadap agama minoritas tidak lagi terjadi.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="color: #ffd966;"><br />
</div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-49384810435451075442011-12-23T21:16:00.000-08:002011-12-23T21:19:07.945-08:00Si Juhud dan Si Jihad<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><br />
</span></span><br />
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Dalam suatu legenda diceritakan bahwa dunia memiliki beberapa generasi, ketika satu generasi dunia telah usai, maka generasi yang lain akan menggantikannya, dan begitu seterusnya, tanpa ada akhir. yang disebut dengan reinkarnasi dunia (bukan reinkarnasi manusia)<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.gingerpixel.com/wp-content/uploads/2009/06/twins_13.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><img border="0" height="320" src="http://www.gingerpixel.com/wp-content/uploads/2009/06/twins_13.jpg" width="320" /></span></span></a></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">pada generasi dunia pertama hiduplah anak kembar di negara yang disebut oleh manusia pada generasi itu dengan nama “Gresik”, Si Juhud dan Si Jihad nama mereka.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Meskipun mereka kembar, tapi mereka memiliki karakter yang amat berbeda, dan karakter mereka masing-masing menuntun pada pola pikir dan jalan hidup yang berbeda.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><br />
</span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Si Juhud menghabiskan hidupnya untuk Beribadah dengan tekun tanpa mengeluh sedikitpun pada </span><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif; line-height: 13.4pt;">Kehidupan. Hari-harinya dihabiskan untuk bersemedi dalam kamar untuk mendekatkan diri pada penciptanya yang dia sebut dengan “Tibeh”, dan kadang-kadang dia juga mengikuti doa bersama dalam tempat beribadah yang mereka sebut dengan “Tijitibeh”. Prinsip Hidup bagi Si Juhud, “Hidup di dunia ini Cuma sebentar, sudah seharusnya dihabiskan untuk menyembah Sang pencipta untuk mendapatkan Surga di kehidupan setelah mati kelak.”</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><br />
</span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Sedangkan Si Jihad menjalani hidupnya untuk membantu orang lain, dia juga menyembah pada Tibeh, tapi sangat jarang. Karena Si Jihad disibukkan dengan melakukan hal yang bisa bermanfaat untuk orang lain, bukan untuk Tibeh. Prinsip hidup Si jihad, “Hidup di dunia ini cuma sebentar, sudah seharusnya dihabiskan untuk hal yang bermanfaat untuk orang lain.”, Si Jihad tak memikirkan nasibnya setelah mati, apakah dia akan masuk surga atau neraka. Yang ia pikirkan adalah hidupnya saat ini.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><br />
</span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Setelah keduanya meninggal, dan Generasi dunia pertama sudah tamat, Tibeh Sang pencipta membacakaan putusan nasib saudara kembar ini. Kedua-duanya dicap oleh Tibeh sebagai hamba yang baik, namun mereka dapat memilih diantara dua pilihan, yaitu;<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><br />
</span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><strong><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">1. Masuk sorga dan hidup kekal berdampingan dengan Tibeh Sang Pencipta.</span></strong><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><br />
</span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><strong><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;">2. Dihidupkan kembali di dunia generasi ke-dua sebagai apa yang mereka inginkan.</span></strong><span style="font-family: Tahoma, sans-serif;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><strong><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;"><br />
</span></strong></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Karena karakter mereka yang berbeda, maka pilihannya pun berbeda.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Si Juhud memilih untuk masuk sorga dan hidup kekal berdampingan dengan Tibeh sang pencipta, karena inilah tujuan hidupnya selama ini.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><br />
</span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Si Jihad memilih untuk dihidupkan kembali di dunia generasi ke-dua sebagai orang yang kaya raya dan bermanfaat bagi orang lain. Karena baginya, hidup bermanfaat bagi orang lain lebih indah dari pada kehidupan kekal di sorga bersama Tibeh sang pencipta.<o:p></o:p></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><br />
</span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffe599;"><br />
</span></span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffe599; font-family: Tahoma, sans-serif;">Yang mana tujuan hidupmu?<br />
Yang mana yang lebih bermakna bagimu?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-45421454206367917862011-12-23T21:06:00.000-08:002011-12-24T19:21:47.488-08:00Bertuhan tanpa Agama<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">A: Saya kasihan pada orang-orang yang berada di lingkungan Kristen, Katolik, Yahudi, Hindu, Budha, dan Agama selain Islam. Karena menurut Al-Qur'an, Islam lah agama yang direstui Allah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">B: Salah sendiri, kenapa mereka tidak mempercayai Islam. Padahal di Al-Qur'an sudah dijelaskan kalo hanya Islam lah Agama yang akan membawa kita ke Surga.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">A: Lalu bagaimana jika mereka tidak tahu tentang isi Al-Qur'an itu? Karena sudah tentu yang mereka ketahui adalah dogma-dogma tentang agama mereka sendiri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">B: Mereka bukan tidak tahu, akan tetapi mengingkari kebenaran Al-Qur'an. Bukankah Allah telah mengutus Nabi Muhammad untuk menyempurnakan Agama-Agama sebelumnya, namun mereka masih saja kafir (mengingkarinya).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">A: Lalu bagaimana mereka tahu tentang kebenaran Islam, kalau mereka tidak pernah sedikit pun belajar tentang Agama Islam?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">B: Sesungguhnya di dalam hati setiap manusia terdapat fithroh, dan dalam alam bawah sadarnya manusia memiliki kepercayaan pada Allah. Akan tetapi manusia tidak pernah berpikir dan menggunakan hati nuraninya. Apakah kau ingat dengan kisah seorang ilmuan yang akhirnya memeluk Islam dikarenakan dia mengetahui kebenaran Al-Qur'an mengenai pengetahuan?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">A: Akan tetapi kenyataannya, tidak semua orang bisa sampai pada pemahaman setingkat itu. Apa yang akan terjadi bila seorang kristen hidup di dunia yang hanya mengajarkan tentang kekristenan, namun dia menjadi kristen yang taat beribadah sebagaimana muslim yang taat beribadah?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">B: Kebaikan seorang nonmuslim tidak akan diterima oleh Allah, karena yang diperhitungkan oleh Allah adalah tingkat keimanan seseorang.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">Ingatlah, Nilai suatu perbuatan dilihat dari niatnya. Dan Allah hanya menghitung perbuatan yang didasari oleh niat karena Allah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">A: Kalau Allah maha kuasa, mengapa Allah tidak membuat iman semua manusia sama (beragama Islam semua), dan tinggal menilai perbuatannya saja, apakah dia baik atau tidak. Kalo begitu kan adil.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">B: Allah hanya memberikan hidayahnya pada sebagian orang saja, tidak semua orang mendapat bagian. Apakah kau ingat dengan kisah Abu Thalib? Abu Thalib adalah paman Nabi sendiri, namun tidak mendapatkan hidayah dari Allah. Itu semua tak lain adalah rahasia Allah. Bukan urusan kita. Kamu jangan mempertanyakannya lagi, nanti kamu jadi kufur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">A: Saya hanya berusaha berpikir logis, tapi kalo Agama membatasi saya dalam berpikir tentang Tuhan, lebih baik saya bertuhan tanpa Agama.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black; color: #ffd966; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">Tuhan saya sendiri, yang tidak seorangpun sama dalam memahaminya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">Karena Tuhan menurut saya dan Tuhan menurut Agama sangatlah berbeda.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 15pt;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">Tuhan menurut saya adalah Tuhan yang adil dan tak menilai perbuatan seseorang hanya berdasarkan niat karena-Nya.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 15pt;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">Tuhan menurut saya adalah Tuhan yang menilai seseorang dari seluruh perbuatannya, dan membalas kebaikan seseorang berdasarkan perbuatannya.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 15pt;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">Tuhan menurut saya adalah tuhan yang tidak menjerumuskan manusia dengan menjadikannya kafir, kemudian memasukkannya ke Neraka hanya karena tidak beriman kepadanya.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 15pt;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><b><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">"Selamat tinggal Agama, Sambutlah kedatanganku Tuhan."</span></b><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 13.4pt; margin-bottom: 0in;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><b><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;">"Saya yakin Tuhan tidak melarang saya."</span></b><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSTiyEzSIvphR1lxOL3XVVX5eVD99LWkupMexvF1oXmSYdNgeUBcqVqGhS6" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="background-color: black;"><span style="color: #ffd966;"><img border="0" height="298" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSTiyEzSIvphR1lxOL3XVVX5eVD99LWkupMexvF1oXmSYdNgeUBcqVqGhS6" width="400" /></span></span></a></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-79778868523930513622011-10-16T22:25:00.000-07:002011-12-23T20:51:14.189-08:00Postulasi Agama<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"></span><br />
<div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><title></title> <style type="text/css">
<!--
@page { margin: 0.79in }
P { margin-bottom: 0.08in }
-->
</style> </div><div align="LEFT" style="font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 0.17in; margin-bottom: 0in; orphans: 2; widows: 2;"><span style="color: #ffe599; font-family: Ubuntu;"> <title></title> <style type="text/css">
<!--
@page { margin: 0.79in }
P { margin-bottom: 0.08in }
-->
</style> </span><br />
<div align="LEFT" style="font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 0.17in; margin-bottom: 0in; orphans: 2; widows: 2;"><br />
<div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Setiap Agama mempunyai dogma (postulat) tersendiri, yang wajib ditaati dan diimani para pemeluknya. Postulat Agama kadang (baca: kebanyakan) bertentangan dengan Akal sehat manusia, namun para pemeluknya yang sudah mempercayainya tak lagi berani mengkritisi hal-hal yang seharusnya dipertanyakan kebenarannya, bahkan memikirkannya pun mereka takut. Hal itu dikarenakan mereka telah dijinakkan oleh aturan-aturan Agama.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br />
Beberapa strategi Agama dalam menjinakkan para penganutnya ialah:</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br />
1. Katahuilah bahwa Nabi yang kita anut adalah orang yang terpercaya (tidak pernah bohong, dan kata-katanya adalah kata-kata Tuhan), maka, apapun yang diucapkannya adalah kebenaran yang harus kita percaya dan taati.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br />
Ketika kita telah percaya pada dogma pertama ini, maka secara psikologis kita akan menuruti apapun yang dikatakan oleh Nabi, dan barang siapa yang mengingkarinya maka dia adalah orang yang salah.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br />
2. Kitab Agama kita adalah kitab yang sempurna, kalimat Tuhan, dan kata-kata di dalamnya akan dijaga keasliannya oleh Tuhan sendiri sampai akhir dunia.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Dalam dogma ke-dua kita dipaksa untuk mempercayai seluruh isi kitab, dan meyakini bahwa tak ada satu kata pun yang diubah oleh kepentingan manusia, karena Tuhan berjanji dalam kitabnya bahwa Dia akan menjaga kitabnya dari kekeliruan dan perubahan.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br />
ketika kita telah mempercayai dogma ke-dua ini, maka kita akan menyalahkan segala hal yang bertentangan dengan Kitab tersebut, meskipun secara Logika kita meyakini kebenarannya, namun karena bertentangan dengan kitab kita terpaksa harus mengingkarinya, karena kalau tidak, maka kita telah menghina Tuhan yang bersabda dalam kitab tersebut.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br />
3. Agama kita adalah satu-satunya agama yang benar, sedangkan Agama yang lain tidak benar. Karena dalam kitab telah dijelaskan oleh Tuhan. Orang yang mengimani Agama kita akan masuk surga, dan yang tidak mengimani Agama kita akan masuk neraka, meskipun mereka berbuat kebaikan di dunia, karena yang dinilai adalah iman mereka bukan perbuatan mereka.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br />
Ketika kita mempercayai dogma ke-tiga, maka sebaik apapun seseorang jika dia tidak seagama dengan kita, maka kita menganggap dia adalah orang yang akan masuk neraka, dan kita harus membuat dia percaya dan masuk Agama kita.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br />
Secara psikologis kita akan membenci orang yang tidak seagama dengan kita, karena mereka akan masuk Neraka.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><br />
Dogma-dogma itu telah menyesatkan pola pikir manusia. Membuat seseorang membenci orang lain hanya karena berbeda iman, Menyangkal kebenaran hanya karena tidak sesuai dengan Kitab Agama.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 13.4pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 13.4pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 13.4pt;"><b><span style="color: orange; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Konsep Lakum diinukum Waliyadiin</span></b><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> (bagimu agamamu, bagiku agamaku) adalah bentuk slogan eksklusif, yang diucapkan ketika dialog Agama telah sampai pada puncaknya, yaitu absurditas (ketidak jelasan) karena ujung-ujungnya pasti saling mempertahankan keyakinan masing-masing.</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 13.4pt;"><span style="font-family: Ubuntu, serif; font-size: 14pt;"><br />
</span><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Namun ketika dialektika berujung pada pemaksaan keimanan, maka yang terjadi adalah ekstrimisme atau aksi, bahkan main ancam.</span><span style="font-family: Ubuntu, serif; font-size: 14pt;"><br />
<br />
</span><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Dalam proses diskusi, yang dibutuhkan adalah nalar dan logika. Namun ketika objek diskusinya Agama, kebanyakan dari kita tak bisa memisahkan logika dan iman, sehingga ujung-ujungnya adalah penyangkalan kebenaran akal, karena alam bawah sadar kita mengatakan bahwa akal kita terbatas untuk mediskusikan tentang rahasia di balik keyakinan kita, dan ada hal-hal yang tidak patut diperdebatkan.</span><span style="font-family: Ubuntu, serif; font-size: 14pt;"><br />
<br />
</span><span style="color: #ffe599; font-family: "Ubuntu","serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: Tahoma; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Ketika dalam diskusi kita masih mengedepankan Iman, maka akhir diskusi adalah sikap eksklusif, penolakan kebenaran rasional. Sehingga kata-kata yang keluar adalah "ya sudahlah, itu keyakinanmu, tapi aku tetap yakin Agamaku benar (meskipun tak bisa dijelaskan secara rasional)"</span><span style="font-size: 15.5pt;"><o:p></o:p></span></div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 13.4pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 5.75pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-line-height-alt: 13.4pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 13.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-44497350548362709382011-10-06T23:27:00.000-07:002011-10-06T23:29:10.465-07:00Fiqih Lintas Budaya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: #ffd966;">Kita sudah sering mendengar istilah Fiqih kontemporer, Fiqih Eksklusif, Fiqih Moderat, Fiqih Sufistik, Fiqih Sosial, dan lain-lain. Banyak macam-macam Fiqih yang kita kenal, kita juga mengenal Fiqih Lintas Agama yang dipopoulerkan oleh aliran Islam Liberal. Namun agaknya Fiqih jenis ini banyak ditentang oleh para Kyai sepuh terutama di Provinsi Jawa Timur, yang kebanyakan dihuni oleh Islam Kanan.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Secara Bahasa, Fiqih Lintas Agama berarti suatu rangkaian hukum Islam yang diambil dari dasar cara pandang atau pola pikir inklusif atau perspektif terbuka pada Agama lain dengan mengenyampingkan postulat masing-masing agama dengan tujuan meminimalisir perbedaan, di samping itu juga mencari pokok-pokok persamaan agar dalam mengimplementasi hukum tetap berlandaskan pada mashlahatul ummat. Namun, dalam aplikasinya, Fiqih lintas Agama justru banyak meninggalkan praktek Islam pribumi yang terbentuk dari akulturasi budaya Indonesia dan Esensi Ajaran Islam, demikian juga Fiqih Lintas Agama juga dipelopori oleh aliran Liberal yang terlanjur mendapat stigma negatif dari kalangan Islam jawa dan kebanyakan Kyai sepuh. Oleh karena itu, Fiqih jenis ini kurang banyak diminati oleh mayoritas Muslim di Indonesia, meskipun secara implisit Gus Dur telah mengaplikasikannya dalam pergerakan Islam Pribuminya beberapa tahun yang lalu.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Agaknya Fiqih Lintas Agama terlanjur dianggap terlalu provokatif oleh mayoritas Muslim, baik dikarenakan redaksinya yang terlalu mencolok, atau kerena dipelopori oleh pihak yang telah mendapat raport merah dari korektor Muslim Indonesia, seperti MUI dan FPI.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Kini masyarakat dikenalkan dengan Fiqih Lintas Budaya yang cenderung lebih bersahabat dalam redaksinya, karena tidak lagi menyinggung Lintas Iman. Fiqih Lintas Budaya mengandung ideologi tentang eksistensialisme, yaitu prinsip di mana muslim diperkenankan untuk lebih Liberal dalam menerapkan hukum yang berkenaan dengan hal muamalah, serta mengkontekstualisasikan hukum Al-Qur'an dengan budaya setempat.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Fiqih Lintas Budaya lebih mengandung unsur kemasyarakatan dan hubungan hablun min an-naas dari pada hal-hal yang bersifat transeden (postulat), oleh karena itu Fiqih ini lebih bersahabat dan dapat diterima oleh kalangan muslim yang tidak telalu berani membincangkan, bahkan mempertanyakan tentang hal-hal transeden, yang mana hal itu adalah makanan shari-hari para penganut Aliran Liberal, dan dari sanalah Fiqih Lintas Budaya terlahir, meskipun banyak hal-hal yang disamarkan demi menarik minat masyarakat untuk mendalaminya.</div><div style="color: #ffd966;"><br />
</div><div style="color: #ffd966;">Bersambung...!</div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-63916139225974173032011-10-06T23:00:00.000-07:002011-10-06T23:00:30.795-07:00Strategi Berpikir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="color: red;"><strong>Model Konvergen dan Divergen</strong></div><div style="color: #ffe599;">Saya yakin kedua istilah tersebut telah dimengerti dengan baik, konvergen dan divergen. Bahasan ini bertujuan menyegarkan ingatan kita supaya kita bisa menyadari saat menggunakannya. Hal ini dianggap perlu lantaran kita biasanya cenderung memiliki kecondongan kepada satu pola berpikir saja. Padahal pola berpikir tersebut hanya cocok untuk situasi tertentu dan tidak produktif untuk situasi lainnya. Akibatnya, kecenderungan kepada salah satu pola berpikir akan membatasi diri kita sendiri.</div><div style="color: #ffe599;">Seperti dikemukakan di atas, pada saat kuliah kita sering mendengar cara berpikir konvergen dan divergen. Tapi sayang sekali kita tidak pernah dilatih untuk menggunakannya. Kelemahan sekolah-sekolah kita adalah mereka tidak pernah mengajarkan kepada kita cara berpikir. Mereka hanya mencekoki kita apa yang harus kita pikirkan ( apa yang harus dipelajari ) dan dinilai melalui ujian. Sedangkan bagaimana kita berpikir diserahkan kepada masing-masing individu. Akibatnya, secara tak sadar kita terjebak pada satu pola yang kita sukai saja sepanjang hidup kita. Dan pengambilan satu pola ini yang menyebabkan kita seringkali berbenturan dengan banyak orang dan menyulitkan kita mengikuti berbagai perubahan yang cepat.</div><div style="color: #ffe599;">Mengutip S.p.Reid dalam bukunya Berpikir Strategis, pemikiran konvergen dikaitkan dengan fokus dan mengarah pada jawaban tertentu. Terpusat pada sasaran akhir merupakan keinginan dasar dari jenis berpikir ini. Di sisi lain, pemikiran divergen dikaitkan dengan eksplorasi dan kreativitas, terbuka dan bergerak menjauh.</div><div style="color: #ffe599;">Masing-masing model berpikir tersebut memiliki aturan-aturan masing-masing yang saling berseberangan satu sama lain. Yang perlu dipahami, ke duanya tidak bisa dicampuradukkan. Masing-masing model cocok untuk situasi tertentu, dan seringkali tidak cocok untuk situasi lainnya.</div><div style="color: #ffe599;">Bayangkan, di sebuah UGD ada seorang pasien yang gawat. Dalam situasi seperti itu sangat dibutuhkan jawaban spesifik yang jelas , langkah-langkah yang pasti dan cepat untuk menangani pasien tersebut. Pemikiran-pemikiran kreatif dan imaginatif, dalam kondisi demikian, akan dipandang sebagai perilaku tidak bertanggung-jawab dan kurang ajar. Dalam situasi kritis yang membutuhkan langkah segera yang pasti, model berpikir konvergen sangatlah tepat.</div><div style="color: #ffe599;">Sebaliknya, ketika kita diminta membuat visi, di mana setiap person diminta pemikiran prediktifnya sangatlah tidak mungkin menggunakan pola berpikir konvergen ini. Andai saat akan menyusun visi yang akan dicapai bersama, kemudian pimpinan mengatakan,</div><div style="color: #ffe599;">“Silakan Anda mengembangkan ide-ide kreatif dan pikiran imaginatif sehingga akan diperoleh gambaran visioner yang kaya. Tapi mohon diingat, jangan sekali-sekali membuat gambaran yang tidak cocok dengan keadaan kita saat ini. Itu akan membuang-buang waktu dan pikiran saja.”</div><div style="color: #ffe599;">Atau “Silakan membuat visi yang kreatif, tapi mohon tidak melampaui visi yang telah saya buat.”</div><div style="color: #ffe599;">Atau ketika ada sebuah program baru yang hendak dijalankan. Lalu pimpinan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk melaksanakan program tersebut. Dalam pelatihan itu, peserta hanya diberikan contoh-contoh pelaksanaan program tersebut. Pimpinan tidak pernah memberi kesempatan peserta untuk menyampaikan pemahamannya terhadap program tersebut.</div><div style="color: #ffe599;">Dalam situasi seperti itu, tidak akan mungkin lahir ide-ide kreatif. Semuanya hanya diarahkan kepada satu kemungkinan jawaban yang dianggap benar oleh pimpinan.</div><div style="color: #ffe599;">Seperti dikemukakan di atas, pola berpikir konvergen tidaklah mesti buruk, tapi menjadi kontraproduktif jika kita hanya cenderung menggunakan satu pola saja ( konvergen ) untuk segala situasi. Budaya yang berlaku di negara kita sangat kuat berkecenderungan pada satu pola ini. Sejak sekolah, oleh para guru kita hanya diperbolehkan kita menjawab satu jawaban yang dianggap benar saja, misalnya sesuai dengan pendapat guru atau texbook. Jawaban yang tidak cocok dengan pendapat guru atau texbook pasti dianggap salah. Dan kita dinilai goblog karena memberi jawaban yang tidak sesuai. Akibatnya lebih jauh, murid-murid tidak akan membaca buku atau mencari pengetahuan lain di luar yang disarankan guru, meski pun dari disiplin ilmu yang sama. Kalau membaca buku dari disipilin yang sama saja sudah enggan, apalagi membaca wacana dari disiplin ilmu yang lain, tentu mustahil.</div><div style="color: #ffe599;">Di dunia kerja juga berlaku hal yang demikian. Selama bertahun-tahun dunia kerja kita dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang memberlakukan pola pikir konvergen ini. Siapapun yang dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan protap dan juknis yang telah digunakan selama bertahun-tahun akan dianggap sebagai pekerja yang baik. Dan siapapun yang mempunyai pikiran-pikiran yang keluar dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku akan dicap pembangkang. Semuanya berkewajiban untuk tunduk patuh kepada aturan-aturan dan program-program yang telah ditetapkan oleh pimpinan. Menyampaikan program alternatif dipandang sebagai perlawanan terhadap pimpinan.</div><div style="color: #ffe599;">Sebagai akibat dari pembudayaan pola berpikir konvergen dalam waktu lama, maka tercipta budaya bisu. Di mana pun kita akan mudah mendapati orang-orang yang tidak berani berbeda pendapat dengan pimpinan, orang-orang yang tidak mampu menelurkan ide-ide baru, orang-orang yang suka ‘nggrundel’ ketika tidak menyetujui kebijakan pimpinan tapi tidak berani mengutarakan kepada pimpinannya, orang-orang yang tidak siap dengan perubahan, orang-orang yang selalu menolak hal-hal ( informasi ) baru dan masih berderet lagi sikap-sikap yang dihasilkan dari pembudayaan berpikir konvergen ini.</div><div style="color: #ffe599;">Padahal, jika dilihat dari kecenderungan-kecenderungan yang berlaku di masyarakat saat ini sangat dibutuhkan person-person yang selalu mampu untuk melihat kemungkinan-kemungkinan lain untuk menjawab tantangan-tantangan baru yang ada, yang tidak lagi bisa dihadapi dengan cara-cara lama.</div><div style="color: #ffe599;">Dengan kenyataan tersebut, mau tidak mau kita juga harus mulai mengembangkan alternatif model berpikir yang lain, yakni model berpikir divergen. Namun perlu sekali lagi dipahami bahwa keharusan ini bukanlah disebabkan oleh jeleknya model konvergen. Seperti dicontohkan di atas, konvergen cocok diterapkan untuk situasi tertentu. Misalnya untuk situasi yang kritis dan mendesak, diperlukan langkah-langkah cepat untuk menanganinya.</div><div style="color: #ffe599;">Model berpikir divergen frekuensinya sangat terbuka lebar, berbeda dengan konvergen yang terfokus. Pola berpikir divergen selalu bergerak, mengarah keluar, mencari sesuatu yang menarik di sepanjang perjalanan. Keuntungan menggunakan pola pikir divergen yang baik adalah mereka seringkali piawai dalam menghasilkan ide dan alternatif. Tapi sayangnya, mereka tidak suka mengakhiri sesuatu dan mereka tidak suka bekerja dalam suatu sistem yang teratur. Lebih parah lagi, seringkali kelompok ini tidak bisa konsisten mengikuti sebuah program kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu lagi kelemahan kelompok ini adalah tidak begitu memiliki ketrampilan menggunakan logika-logika formal. Padahal, dalam sebuah kerja tim seringkali ditemui masalah-masalah yang membutuhkan penyelesaian yang terfokus.</div><div style="color: #ffe599;">Di tangan pemikir divergen jarang sekali diperoleh hasil yang tuntas. Adalah berbahaya menyerahkan tanggung-jawab pelaksanaan program kerja yang membutuhkan hasil yang jelas. Perlu dipahami bahwa pemikir divergen murni hampir tidak pernah memikirkan pencapaian hasil, mereka hanya menikmati proses yang terbuka. Dalam arti, dalam perjalanan pelaksanaan program, bisa jadi rencana yang telah disepakati akan diabaikan. Mereka membuat perencanaan baru yang tidak jelas arahnya.</div><div style="color: #ffe599;">Dari uraian di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa masing-masing pola berpikir memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Orang yang berpikir konvergen menyukai pendekatan logika, sementara orang divergen menyukai pikiran-pikiran yang terbuka dan kreatif. Masing-masing akan cocok untuk situasi tertentu dan tidak cocok untuk situasi lainnya. Ada situasi tertentu yang membutuhkan logika terstruktur, dan ada juga situasi lain yang membutuhkan pemikiran yang elastis dan terbuka.</div><div style="color: #ffe599;">Atas dasar kenyataan di atas, maka tidaklah mungkin kita hanya mengembangkan salah satu pola berpikir saja. Keduanya harus kita kembangkan secara seimbang. Yang dimaksud mengembangkan adalah seringkali menggunakan kedua pola berpikir tersebut dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kita hadapi. Menggunakan kedua pendekatan berpikir ini tidak sama dengan mencampuradukkan keduanya. Pencampuradukkan akan menghasilkan kekacauan berpikir.</div><div style="color: #ffe599;">Menurut S.P. Reid, ada orang yang terlahir “cemerlang” dan ada pula orang-orang hebat yang cukup beruntung dapat belajar sejak dini dari kehidupan bagaimana menguasai kiat memanfaatkan ketrampilan konvergen dan divergen tersebut. Mereka sering tampil di hadapan kita sebagai wirausahawan intuitif, pemimpin inovator dengan visi besar, atau sebagai genius. Selain itu, mereka dapat menjadi manajer luar biasa yang mampu menyelesaikan masalah-masalah paling kompleks dan multi aspek secara lebih cepat daripada kebanyakan orang. Kabar baiknya, pola tersebut dapat dipelajari dan ditingkatkan pada usia berapa pun juga.</div><div style="color: #ffe599;">Selanjutnya, menurut S.P. Reid, apakah dengan memiliki peta sederhana tentang proses intelektual berarti kita bisa belajar menjadi genius di sebuah lokakarya atau kursus ? Jawaban singkatnya : tidak, banyak bukti menunjukkan bahwa meskipun ketrampilan berpikir itu dapat dipeoleh, masih diperlukan waktu setidaknya 10 tahun kerja keras untuk mewujudkan karya inspiratif dan mencerahkan yang dapat digolongkan “cemerlang” dalam bidang seni dan ilmu. Jadi, mengembangkan pola berpikir yang secara intuitif digunakan seorang genius takkan mengubah Anda menjadi seorang cemerlang dalam waktu semalam. Kabar baiknya adalah, begitu Anda mengetahui adanya dua pola berpikir yang sangat berbeda, keduanya dapat dikembangkan terus menerus di dalam diri Anda dan rekan Anda.</div><div style="color: red;"><br />
</div><div style="color: #ffe599;"><strong style="color: red;">Berpikir Holistik</strong>Yang dimaksud dengan berpikir holistik adalah model berpikir yang menggunakan model berpikir divergen dan konvergen secara bertahap. Kemampuan menggunakan kedua model berpikir tersebut, ditambah kemampuan “melihat” hubungan antara ide-ide atau informasi-informasi yang sebelumnya tidak terhubung merupakan dasar bagi berpikir cerdas.</div><div style="color: #ffe599;">Untuk bisa menguasai cara berpikir seperti itu, kita harus membiasakan pikiran kita menggunakan kedua model berpikir. Dunia kita saat ini hampir selalu mementingkan fokus dan kepastian sehingga berakibat kemampuan otak kita untuk berpikir kreatif ( divergen ) menjadi lemah. Oleh karena itu, untuk menguasai cara berpikir holistik seperti diuraikan di atas, kita harus sering melatih ke dua-duanya.</div><div style="color: #ffe599;">Pimpinan-pimpinan yang dianggap memiliki kinerja otak yang tinggi tampaknya mampu menggunakan sumber daya intelektual yang beragam. Kemampuan mereka dalam menganalisis situasi yang mereka hadapi dengan tajam dan memberikan solusi-solusi yang tepat menunjukkan kepiawaian mereka menggunakan berpikir divergen dan dilanjutkan dengan menggunakan cara berpikir konvergen. Jika seseorang terbiasa menggunkan pola berpikir dua tingkat seperti itu, maka otaknya akan secara konsisten bekerja seperti itu.</div><div style="color: #ffe599;">Yang perlu kita mengerti adalah begitu kita memahami arah dan penggunaan dari kedua cara berpikir tersebut, maka kita dapat memperoleh manfaat yang besar dari penggunaan cara berpikir holistik tersebut. Semakin sering kita mempraktekkannya, maka secara otomatis kualitas berpikir kita akan meningkat.</div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-65308751136253082292011-09-14T20:32:00.000-07:002011-09-14T20:33:05.433-07:00Lakum Diinukum Waliyadiin<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="mbl notesBlogText clearfix" style="color: #ffe599;"><div>"Katakan kepada saya," kata seorang atheis, "apakah Allah itu<br />
sungguh-sungguh ada?"<br />
<br />
Jawab Sang Guru, "Jika kamu menginginkan saya<br />
sungguh-sungguh jujur, saya tidak akan menjawab."<br />
<br />
Para murid penasaran mengapa ia tidak menjawab.<br />
<br />
"Karena pertanyaannya tidak dapat dijawab," kata Sang Guru.<br />
<br />
"Jadi, Guru juga atheis?"<br />
<br />
"Tentu saja tidak. Orang atheis membuat kesalahan karena<br />
menyangkal kenyataan yang tidak mungkin dijelaskan."<br />
<br />
Setelah diam sejenak, ia menambahkan, "Dan orang theis<br />
membuat kesalahan karena mencoba menjelaskannya."<br />
<br />
Anthony De Mello </div></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-52596434827567958722011-09-06T17:44:00.000-07:002011-09-06T17:50:08.164-07:00Atheis Ala Theis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">Pengkerdilan Manusia akan Agama dimulai dari pencitraan Agama sebagai Penjelasan bukan sebagai petunjuk,</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">"Kepercayaan agama," kata Sang Guru, "bukanlah pernyataan</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">akan Realitas, tetapi sebuah petunjuk, yang mengarahkan pada</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">sesuatu yang tetap merupakan suatu misteri. Misteri itu</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">melampaui pemahaman akal budi manusia. Pendeknya,</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">kepercayaan agama hanyalah sebuah jari yang menunjuk pada </span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;">bulan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-DgLDDeINRck/Tma-ObAWIzI/AAAAAAAAAQQ/Y5Eu7kSTLA0/s1600/ini+dia+yang+terakhir.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-DgLDDeINRck/Tma-ObAWIzI/AAAAAAAAAQQ/Y5Eu7kSTLA0/s320/ini+dia+yang+terakhir.jpg" width="266" /></a></div><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"><br />
</span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">Beberapa orang beragama tidak pernah beranjak lebih jauh</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">dari mengamati jari belaka.</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">Yang lain malah asyik mengisapnya. </span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">Yang lain lagi menggunakan jari untuk mengucek mata. Inilah</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">orang-orang fanatik yang telah dibutakan oleh agama.</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">Sangat jarang penganut agama yang cukup mengambil jarak dari</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">jari mereka untuk dapat melihat apa yang ditunjuk. Mereka</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">inilah yang, karena melampaui kepercayaan mereka, justru</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">dianggap sebagai penghujat.</span></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-size: 11px; line-height: 16px;">---Anthony de Mello---</span></span></div><br />
</div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-10749362832437946792011-08-14T23:46:00.001-07:002011-08-20T11:06:29.131-07:00Petani dan Pendeta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #ffd966;"><strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">Alkisah, seorang petani Hindu buta huruf tengah bermeditasi sambil memusatkan perhatiannya pada sebuah Kitab bergambar Dewa2.<br />
<br />
seorang pendeta Kristen mendekatinya sambil bertanya, "Siapa yang berkalung ular?" Petani itu menjawab, "Ini adalah Tuhanku, Lord Shiva."</span></strong><strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"><br />
Pendeta pun bertanya lagi, "Kalau yang bermuka gajah itu siapa?" jawab petani itu, "Tuhanku, Lord Genesha." "kalau yang bermuka monyet itu siapa?" "Tuhanku, Lord Hanuman."<br />
Pendeta geleng2 kepala sambil mencibir, "wah, tuhanmu banyak amat, jelek2 pula. Tuhan kok kayak isi kebun binatang semua." petani itu terdiam.</span></strong></span><br />
<strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #ffd966; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"><br />
</span></strong><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #ffd966;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 15px; line-height: 17px;"><b>Mulailah si Pendeta Berkhotbah, "Punya banyak Tuhan rugi, Bro! Coba bayangin, seandainya kamu mau dibunuh orang, trus kamu teriak panggil2 Tuhanmu, 'Lord Shiva, help me!' Waktu Shiva mau datang nolongin kamu, kamu kok ketakutab, trus kamu teriak lagi, 'Lor wisnu, help me..!', Shiva korek2 kupingnya sambil mikir, 'kuping gue udah congek kali ya? Yang dipanggil Vishnu, tuh. Bukan gue. Shiva pun pulang. 'Begitu pula dengan Vishnu, ia pun pulang ketika dengar nama Tuhan lain dipanggil.<br />
<br />
Nah, beda dengan Tuhanku yang ganten dan cuma satu2nya ini. Kalau saya mau dibunuh, saya tinggal teriak, 'Lord Jesus, help me!' Jesus pun akan nolongin saya.<br />
<br />
Nah lu pindah aja, ikut Agama gue. Gimana? enak to? manteb to?"</b></span><strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"> </span></strong></span><br />
<div class="MsoNormal"><strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #ffd966; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"> Petani itu mikir sambil garuk2 kepala, trus dia tanya, "pak Pendeta, kalau punya Tuhan cuma satu apa ndak repot, Pak?<br />
<br />
Kalau istri Bapak yang lagi shoping di London tiba2 mau diperkosa orang di sana, sementara anak Bapak yang lagi sekolah di New York juga mau diperkosa orang, trus dua2nya teriak, 'Lord Jesus, help me..!' Lha Jesusnya kan bingung, mau ke London apa ke New York. Bisa2 malah anak dan istri Bapak dua2nya diperkosa."<br />
<br />
Sekarang giliran si Pendeta yang garuk2 kepala.</span></strong><br />
<strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #ffd966; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;"><br />
</span></strong><br />
<strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: black; background-image: initial; background-origin: initial; color: #ffd966; font-size: 11.5pt; line-height: 115%;">By Krishna Chang </span></strong><a href="http://www.facebook.com/krishna.chang">http://www.facebook.com/krishna.chang</a><br />
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-73305047411752698772011-08-14T23:26:00.000-07:002011-08-14T23:26:11.955-07:00Bahaya Agama Tanpa logika<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">Logika berasal dari kata Yunani Kuno Logos yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran. Logika adalah pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir, menyimpulkan dan mempertimbangkan. Logika mutlak diperlukan dalam ilmu filsafat, matematika, dan sains.<o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">Di jaman yang semakin berkembang dan semakin maju ini, tak bisa dielakkan, logika bukanlah milik filsafat, matematika dan sains lagi. Tanpa kemampuan akal pikiran untuk bisa mengetahui apa yang benar, apa yang palsu, kita akan diombang ambingkan dan disesatkan dalam kehidupan oleh orang orang yang mencoba menarik keuntungan untuk dirinya sendiri.<o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">Logika mutlak diperlukan supaya bisa menjalani kehidupan secara “sehat” dan “normal”. Tidak terkunci dan menutup diri kita dengan sebuah paham, kepercayaan dan pandangan. Salah satu paham, kepercayaan dan pandangan yang berbahaya adalah apa yang diajarkan dan ditanamkan oleh Agama. Bila kita hanya mengandalkan “iman” “hati” “perasaan” dan intuisi subyektif belaka, maka agama bisa menjadi paham, kepercayaan, dan pandangan yang sangat keliru.<o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">Agama memerlukan logika, bukan hanya kotbah dan nyanyian dari orang orang SAKTI MANDRAGUNA bertitel Pdt, KH, Pandita, Biksu, Bikhuni, etc. Sudah saatnya meninggalkan segala dongeng, takhayul dan cerita cerita isapan jempol belaka dan berpaling kepada akal budi dalam menghadapi fenomena kehidupan.<o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">Segala macam sumbangan, perpuluhan, bayar karma, bayar dosa, iuran pengampunan, THR sorga dan akherat, sebaiknya disikapi dengan lebih bijak dan tidak membabi buta. Berikanlah serela dan seiklasnya dari kita dengan menyadari bahwa Agama memang membutuhkan “dana” dan “uang” untuk mengembangkan ajarannya, membangun lebih banyak lagi gedung dan tempat ibadah, dan biaya perawatan untuk mempertahankan eksistensinya. Jangan memberi karena TAMAK dan BERHARAP pada imbalan yang dijanjikan berpuluh kali lipat bahkan berjuta kali lipat dari pemberian kita. Mengorbankan sebagian uang tabungan, menarik uang arisan, dan memaksakan diri pada saat kondisi kita sedang sulit, hanya supaya bisa mendapatkan pahala 1.000.000 kali.<o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">Dengan logika, kita bisa menyaring, menyimpulkan dan mempertimbangkan DATA DATA yang diberikan oleh agama. Mempelajari dan membedah semua data yang ada, mengambil hal hal yang baik dari pesan, ajaran, cerita yang disampaikan. Agama banyak menyajikan kisah kepahlawan dan kisah kesaktian pahlawannya berdasarkan pandangan dari komunitasnya sendiri saja. Kisah kepahlawanan dan kisah kesaktian itu diusung, dibukukan dan dijadikan kisah baku yang harus dipercayai dan DIIMANI begitu saja oleh para pengikutnya. Tanpa pertanyaan, penolakan dan keraguan.<o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">Logika akan sangat membantu kita memberi makna pada kehidupan kita. Memberikan pengertian bahwa untuk mendapatkan kehidupan yang baik, diperlukan juga perbuatan dan tindakan penuh kebaikan. Kesuksesan didapatkan dari perencanaan yang matang, ikhtiar, kesabaran, ketekunan, kerja keras dan ITIKAD BAIK. Mulailah dengan satu ONS berbuat, bukan dari berjuta juta TON DOA.<o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">Untuk memiliki keluarga yang bahagia, sahabat baik, jodoh/pasangan yang setia, mulailah dengan membuang ke-AKU-an dan ke-EGOIS-an dalam diri kita.<o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;"><strong><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Apapun yang kita lakukan dan perbuat dalam kehidupan ini, semua hasil dan imbalannya didapatkan oleh kita, hari ini, di sini, di bumi tercinta ini. Bukan di akherat, nirwana, taman firdaus, surga atau neraka. Akherat, nirwana, taman firdaus, surga atau neraka hanyalah label label dagang yang dijual dengan harga mahal oleh para pedagang Agama.</span></strong><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;"><span style="background: white; font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Dan semua perbuatan dan tindakan kita itu harus dilandasi dengan ilmu pengetahuan akal pikiran yang kita sebut dengan LOGIKA. Dengan semakin sering menggunakannya, kecerdasan kitapun akan semakin terasah.</span><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.25pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;"><span style="background: white; font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">Sugiarto Djie </span><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 12.0pt;"><span style="font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"><a href="http://www.facebook.com/sugiarto.djie"><span><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">http://www.facebook.com/sugiarto.djie</span></span></a><o:p></o:p></span></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-37778636243933465752011-08-14T22:59:00.000-07:002011-08-14T23:22:55.065-07:00Golden Rule<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"></span><br />
<div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 14px;"></span></div><div class="mbl notesBlogText clearfix" style="font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 20px; word-wrap: break-word; zoom: 1;"><div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
<div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 10.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">BUDHA:<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 10.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">"...suatu keadaan yang tidak menyenangkan bagiku, bagaimana aku dapat melakukan hal yang sama terhadap orang lain ?" Samyutta Nikaya v. 353<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 10.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">Jangan sakiti orang sebagaimana itu akan menyakiti dirimu." Udana Varga 5:18<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 10.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">HINDU:<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 10.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">"Inilah kesimpulan Dharma: Jangan perlakukan orang lain sehingga menyakitkanmu jika itu dilakukan padamu." Mahabharata 5:1517<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 10.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">KRISTEN:<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 10.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Mateus 7:12.<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 10.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">KONG HU CU:<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 10.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;">"Ze-Gong bertanya, 'Apakah ada satu kata yang bisa merangkum prinsip kelakuan manusia?' Konfucius menjawab, 'Kata 'XU' -- resiprositas. Jangan berlakukan terhadap orang lain apa yang kau sendiri tidak suka.'" Doctrine of the Mean 13.3<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="color: orange;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 11.5pt;">Surjanto Kwe <a href="http://www.facebook.com/surjanto.kwe">http://www.facebook.com/surjanto.kwe</a></span><span style="font-size: 11.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div></div></div></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-52437033428525480672011-08-14T22:51:00.000-07:002011-08-14T23:27:23.838-07:00five-dollar sin<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"></span><br />
<div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
<div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599;">The head priest at a certain church was out for the day, so he asked the deacon to do confession for him. The deacon agrees, and the first person that comes says, "Forgive me, for I just gave a guy a blow job." He says, "You have sinned."<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599;">Then he looks at the sheet on the wall that had punishments for certain sins on it, but blow job was not on there, so he went out to ask one of the altar boys what he usually gives for a blow job. The altar boy answered, "Oh, about five dollars."<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-40799427217587793732011-08-14T22:49:00.000-07:002011-08-14T23:37:12.974-07:00Is God Real?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 17px; line-height: 24px;">An atheist professor was teaching a college class at Alahama and he told the class that he was going to prove that there is no God. He said, "God, if you are real, then I want you to knock me off this platform. I'll give you 15 minutes!" Ten minutes went by.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 17px; line-height: 16px;"></span></span></span><br />
<div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"></div><div style="margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in;"></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;">He kept taunting God, saying, "Here I am, God. I'm still waiting." He got down to the last couple of minutes and a big 240 pound football player in the class walked up to the professor, hit him full force in the face, and sent him flying from his platform. The professor struggled up, obviously shaken and yelled, "What's the matter with you? Why did you do that?"<o:p></o:p></span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"> </span><br />
<div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><br />
</span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;">The football player replied, "GOD WAS BUSY; HE SENT ME!"<br />
<br />
Compare with our country and FPI<br />
<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffe599; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><br />
</span></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-81360499892942005582011-08-14T22:47:00.000-07:002011-08-14T23:40:51.720-07:00Visit indonesian Year<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"></span><br />
<div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
<div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Get to know this beautiful country where you can KILL people of a different religion, and GET FREE PASS out of JAIL when you get caught. <o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">And dont FORGET, in this country, the more you kill others by behalf a God of Majorities, the less punishment will be imposed to you <o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">CONTACT your nearest FPI offices for brochures on HOW to kill Christians.<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">To kill Moslems check out your nearest HKBP offices.<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">IT'S A BLOOD CURLING SENSATION LIKE NO OTHER!<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">INDONESIA<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">is also GREAT country for corruptors!! <o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">so, DONT miss the chance to CHEAT the people's money and LIVE to tell about it, for this HOLIDAY SEASON ONLY! ALSO you will get a FREE ticket to BALI & watch TENNIS MATCHES!<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">To get tips on HOW to CHEAT MONEY in Indonesia contact---> Mr. Jayus Tamblungan<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">To get tips on HOW to be FUGITIVE and Media Provocateur , contact -----> Mr. Nazarrudin <o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Not to forget... GREAT football matches where you can have the first hand experience of RIOT and EXCELLENT LOOTING all outside your FRONT DOOR when you step out of your HOTELS!<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Don't miss the BUS RIDE as well. CRAZY BUS DRIVERS are a great experience that you should not MISS!<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">And for YOUTHS and KIDS:<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Dont miss your chance to attend RIOTS, TIRE BURNING, FLAG BURNING, MOUTH SEWING all ORGANIZED by our Indonesian STUDENTS outside governments buildings! It's just GREAT!<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">and don't ever miss the will to learn how to make A BOMB CIRCUIT in BOOKShell, it will be an interesting one for a new curriculum of TERROR-MATIC ( beyond mathematic ) too...<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">GET an unforgetable EXPERIENCE with the MEDIA too while you visit this BEAUTIFUL COUNTRY! STEAL some COCOA in our own COCOA plantation, and then WATCH the COCOA company go NUTS. While the media and the Indonesian people (YES! THE FRIENDLY INDONESIAN CITIZENS) all behind you and supporting your actions!!<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">THIS COUNTRY IS terribly GREAT!<o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">So what are you waiting for? <o:p></o:p></span></span></div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><br />
</div><div style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span style="font-size: 11.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">GRAB THIS CHANCE OF A LIFETIME and VISIT INDONESIA!<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-50972216049120841822011-08-14T22:29:00.000-07:002011-08-15T00:06:17.295-07:00Rencana Indah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Sering kali kita mendengar kata "rencana Tuhan indah pada waktunya", dan banyak yang mengangguk-angguk setuju akan hal ini. Tetapi pernahkah kita pikirkan lagi mengenai kata "Rencana Indah" ini ?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Contoh nyata :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">- Ada seorang pria yang kehilangan istri dan kedua anaknya, rumah dan seluruh hartanya sewaktu jebolnya tanggul Situ Gintung, dan orang yang menghiburnya mengatakan "Sabar ya pak, Tuhan punya rencana indah untuk mereka (dan bapak)".</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">- Kelaparan yang melanda negara-negara di afrika (Somalia, Ethiopia, dll) yang tidak berkesudahan. Rencana indah apa dari Tuhan untuk mereka?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Berikut adalah diskusi dari theist dan atheist yang saya singkat dengan (T)heist dan (A)theist.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">T : Manusia tidak berhak mengatakan Tuhan kejam, analoginya adalah sebagai berikut: Apakah setiap pengemis yang datang meminta uang kepadamu, pasti kamu kasih? Saya yakin pasti tidak, ada yang tidak kamu kasih dan sebagian yang kamu kasih. Apakah kamu dipersalahkan jika kamu tidak memberikan mereka uang? Tentu tidak kan? Kamu bebas memberi, kamu bebas tidak memberi dan kamu tidak bisa dipersalahkan."</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">A : Premis di atas akan terasa tidak logis, apabila kita padankan dengan atribut maha kuasa dan maha kasih yang disematkan pada Tuhan karena jika saya maha kuasa dan maha kasih, there wouldn't even be a beggar at the first place. Let's talk bigger. Konon, suatu hari Yesus menyembuhkan mata orang buta. Karena KASIH? Mengapa tidak sekalian menghilangkan KEBUTAAN pada manusia?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">T: Tuhan tidak mempunyai kewajiban untuk itu. Seperti halnya Bill Gates, andai pun Anda sekaya diapun, Anda tidak dapat dipersalahkan jika tidak memberi. Tuhan TIDAK wajib menghilangkan kebutaan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">A : Tepat sekali! Saya punya 1000 kursi roda. Tidak terpakai. Ditaruh begitu saja di halaman. Lantas datang seorang suami yang memanggul istrinya karena istrinya lumpuh ke rumah saya. Ia memohon saya memberikan satu saja dari kursi roda itu. Saya TIDAK MAU memberikan! Apakah saya bisa dipersalahkan? TIDAK! Hak saya mau kasih atau tidak!</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Itu juga kursi roda milik saya! Apakah saya wajib memberikan? TIDAK!</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Kenal aja nggak. Ngapain saya sampai ada kewajiban?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Sampai di sini pembelaan saya pada diri saya sendiri sama persis dengan pembelaan kamu pada Tuhan kamu itu. Nah sekarang:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Saya wajib memberikan kursi roda itu? TIDAK.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Bersalahkah saya karena tidak melakukannya? TIDAK</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Apakah keengganan, penolakan saya memberikan 1 saja dari 1000 kursi saya itu kepada wanita lumpuh itu membuat saya terlihat brengsek dan membuat saya menjadi seorang asshole? Sudah pasti.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Saya TIDAK menyalahkan Tuhan Anda karena ia lebih suka mengabulkan doa orang dapat jodoh, dapat pekerjaan, membuat Anda lulus ujian daripada memberi makan jutaan anak berbalut tulang di Somalia. Saya juga TIDAK</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">bilang Tuhan kamu WAJIB melakukan ini dan itu. Tapi keengganannya, ketidakmauannya dan penolakannya itulah yang membuat ia terlihat brengsek dan kejam di mata saya. Paham sekarang?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Nah sekarang, bagaimana bila tiba-tiba ada fans berat saya datang, menghadang di depan pintu, lalu berkata pada sepasang suami istri malang itu bahwa saya punya rencana indah dengan tidak mau memberikan 1 dari 1000 kursi roda itu? Kedengaran menggelikan sekali, bukan?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">----- END OF DISCUSSION -----</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Memang, terkadang tampak seperti ada berkah di balik musibah. Blessing in disguise. Seorang pemuda patah kaki ketika berburu sehingga harusdi rawat berminggu-minggu di rumah dan menjadi tidak produktif. Kemudian, tiba-tiba saja ada pengumuman raja sedang mewajibkan para pemuda menjadi serdadu. Pemuda ini selamat dari menjadi serdadu paksaan karena para serdadu yang menjemput ke desanya melihat kakinya yang patah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Hanya saja "Rencana Indah" ini penggunaannya semakin di-abuse. Tidak pandang bulu lagi, kata ini dihambur-hamburkan tanpa memandang perasaan orang lagi. Pokoknya, musibah = rencana indah dibaliknya. Mau ngap karena tsunami kek, mau gepeng ketimpa beton gempa bumi kek, mau kehilangan suami/istri/anak kek, semuanya rencana indah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Pada contoh korban Situ Gintung di atas, maukah Anda mendapatkan rencana indah dengan syarat harus kehilangan suami/istri + seluruh anak + rumah + harta? Makhluk macam apa yang memberikan sesuatu yang lebih "indah" lagi dengan cara menenggelamkan istri dan anak-anaknya?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">So, setiap kali saya mendengar "rencana Tuhan akan indah pada waktunya", saya tidak bisa tahan untuk tidak berpikir: Mengapa suatu sosok yang serba tahu perlu punya rencana?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #ffd966;">Surjanto Kwe <a href="http://www.facebook.com/surjanto.kwe">http://www.facebook.com/surjanto.kwe</a></span></div>Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1977129020341449734.post-53627912341509378802011-07-13T21:37:00.001-07:002011-07-13T21:37:37.346-07:00Menalar Kembali Atheisme Richard Dawkins; Suatu Pemahasan dalam Nalar Filsafat KetuhananDiawali dengan pengenalan Plato sekitar abad ke 3 sebelum masehi pada konsepsi dunia idealnya yang selama ini dapatlah kita pahami sebagai salah satu konsepsi paling dasar dari upaya eksplanasi sebuah unsur transenden adi kodrati yang kelak peradaban selanjutnya definisikan dalam terminologi Tuhan[1]. Pada rangkaian tradisi filsafat barat selanjutnya pun menaruh perhatian yang begitu besar dalam kaitannya dengan terminologi dalam filsafat ketuhanan, yang mana menemukan kejayaannya pada abad pertengahan. Bahkan akibat terpusatnya pada konsepsi ketuhanan yang terlampau marak dan juga karena otoritas gereja yang begitu kuat saat itu filsafat bukan saja “hanya” terlampau fokus dalam terminologi Tuhan bahkan filsaat seakan-akan telah menjadi hamba bagi teologi, “ancila theologia”[2]. Sampai pada era itu terminologi Tuhan masih mengalun dalam harmonisasi pemikiran yang dalam tendensi mengafirmasi keberadannya.<br />
Akan tetapi, rasa ingin tahu manusia yang begitu besar telah membawa perubahan yang begitu signifikan dalam ranah filsafat ketuhanan. Filsafat ketuhanan yang sampai awal abad pertengahan menjalankan fungsi sebagai uapaya rasional logis yang mencoba menjelaskan Tuhan kemudian mengalami transformasi seiring dengan gerak roda peradaban, hentakan tersebut diawali dengan menyeruaknya konsep heliosentris yang diperkenalkan di sekitar abad 16 oleh Copernicus yang menyatakan bahwa pusat dari tata surya bukanlah bumi sebagaimana dikatakan dalam alkitab[3] melainkan matahari. Hal tersebut telah memberikan suatu gebrakan besar yang tak terelakan dalam tradisi teologis theistik saat itu, tafsir ketat tekstual akan kitab studi terkhusus kitab perjanjian lama yang menyatakan bumi sebagai pusat semessta seakan menemui ajalnya.<br />
Kejayaan kerangka pikir positivistis logis yang menjadi sebuah narasi besar di sekitar penghujung era modern pun terus memberi tantangan bagi kaum teistik untuk kembali merekonstruksi posisinya, dalam artian filsafat ketuhanan pada akhirnya bukan hanya menjadi sebuah benteng pertahanan bagi teisme namun juga sekaligus senjata ampuh bagi atheisme untuk menyerang tradisi besar teologis ataupun theisme secara umum. Sebut saja Karl Marx yang sekalipun baru berbicara dalam tatanan anti agama yang dianggapnya sebagai candu masyarakat, Freud yang dengan pendekatan psikoanalisanya menyatakan Tuhan sebagai ilusi hasil represi alam bawah sadar ataupun Daniel C. Dennet yang cukup dikenal sebagai tokoh atheisme kontemporer. Akan tetapi dalam pembahasan ini penulis tidak akan memberikan uraian terhdap ketiga tokoh atheisme tersebut, dalam pembahasan ini akan kita batasi dengan manjadikan Richard Dawkins sebagai bahasan utama karena penulis menganggap Dawkins selain berangkat dari pendekatan yang lebih pop juga penulis anggap dapat mencerminkan runutan atheisme yang hendak diperkenalkan dalam pembahasan ini.<br />
Sehingga pada akhirnya apa yang menjadi pembahasan kali ini akan dibatasi dalam ranah memahami apa yang dijadikan konsepsi ateisme dari seorang kelahiran Nairobi, Kenya yang bernama Richard Darwkins dimana kritik sebagai tujuan akhirnya sehingga terlebih dahulu pembahasan akan menerangkan apa pandangan Dawkins terkait filsafat ketuhanan, apa yang menjadi pendasaran bagi pandangannya tersebut dan terakhir pembahasan akan diakhiri dengan kritik akan konstruksi akan pemikirannya.<br />
Kerangka dasar<br />
Menyelaraskan Atheisme dan seorang Richard Dawkins bukanlah suatu hal yang aneh, Dawkins sendiri melalui karya-karyanya memang dengan secara gamblang memperkenalkan konsepsi atheisme. Pada rangkaian awalnya atheisme diperkenalkan Dawkins merupakan respon dari serangkaian kejadian yang membuktikan bahwa agama kerap kali malah menjelma sebagai fundamen absolutnya bagi kejadian yang merusak ataupun melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Ditambah lagi menurutnya agama terkhusus agama-agama besar semisal agama semitis telah memberikan perlakuan yang tidak adil dalam kehidupan bermasyarakat. Uraian pada bab ini merupakan suatu pembahasan yang mencoba memperkenalkan sekaligus menarik pembedaan antara atheisme yang selama ini kenal dan atheisme yang sesungguhnya dijunjung Dawkins.<br />
Lebih jauh, Richard Dawkins melalui buku-buku karangannya yakni; The Selfish Gene (1976), The Extended Phenotype (1982), River Out of Eden (1995) , Climbing Mount Improbable(1996), Unweaving the Rainbow (1998), A Devil’s Chaplain (2003), The Ancestor’s Tale(2004) , The God Delusion (2006) , The Greatest Show on Earth (2009) sekalipun berbicara tentang berbagai varian berbeda namun secara umum keseluruhannya memperkenalkan atheisme sebagai sebuah kepercayaan, bukan lagi sebuah ketidak percayaan. Bahwa memang atheisme beranjak dengan pada awalnya menegasikan eksistensi Tuhan menurut Richard Dawkins cukup menjadi batu pijakan awal, tidak lebih. Dalam artian bahwa atheisme menurutnya juga merupakan perjuangan emansipatoris dimana atheisme tidaklah hanya bergerak dalam ranah religiusitas namun juga masuk ke dalam ranah sosio politik yang praktis tidak lagi hanya sekedar wacana dalam ranah perdebatan konseptual.<br />
Ilustrasi 1<br />
Ilustrasi di atas merupakan salah satu contoh yang menunjukan bagaimana atheisme dalam opini umum yang kurang lebih menjadi keluhan yang dilontarkan Dawkins dimana atheis sebagai terminologi telah dilekatakan oleh anekdot keseharian, antara lain kaum atheis yang dianggap memiliki kebebasan yang terlalu berlebih sehingga pada akhirnya melupakan tuhan; kaum atheis yang selama ini dianggap jatuh pada dekadensi moral, dll. Menanggapi anekdot yang beredar dalam masyarakat tersebut dawkins menjawabnya dengan menyatakan bahwa tidak ada bukti akan hal tersebut malah sebagaimana dijabarkan dalam data yang didapat Dawkins[4].<br />
Sekalikpun Dawkins menolak beberapa aspek pada ilustrasi 1 di atas untuk dilekatkan pada atheisme , namun tidak berarti ilustrasi tersebut salah secara keseluruhan. Ada beberapa hal yang penulis pikir sesuai dengan pandangan yang diperkenalkan Richad Dawkins yakni bahwa penekanan atheisme yang dijunjung Dawkins memang sejatinya berasal dari konsekuensi logis dalam ilmu alam, dan terkhusus teori evolusi yang diperkenalkan Darwin di sekitar abad 19. Sehingga ungkapan yang menyatakan individu pada ilustrasi di atas merupakan keturunan dari monyet dengan segala cirinya (dalam ilustrasi di atas hanya disebutkan salah satu cirinya) sekalipun mungkin memang ditujukan sebagai ejekan namun bagi Dawkins hal tersebut merupakan tata keniscayaan yang tidak terelakan.<br />
Tentu saja kepercayaan tersebut bukanlah aksi intuitif yang sifatnya spekulasi belaka, mengingat pendasaran Dawkins berangkat dari pribadinya yang seorang akademisi zoologi yang tentu saja akrab dengan biologi secara umum. Tentang bagaimana derivasi dari runut pemikiran Darwin terkait hal tersebut dan tentunya atheisme akan dibahas pada uraian di bab-bab selanjutnya.<br />
Dalil Pengingkaran Eksistensi Tuhan<br />
Sebelum berangkat lebih jauh untuk dapat menalar atheisme Dawkins secara utuh, bab ini akan mencoba memperkenalkan dalil-dalil dari seorang Richard Dawkins dalam bukunya yang berjudul “God Delusion” dimana ia mencoba mengungkapkan argumennya dalam dua jalan yang berbeda sekalipun memang pararel. Jalan pertama argumen Dawknis berangkat dengan menegasikan terlebih dahulu segala rangkaian argumen yang menuju pengafirmasian keberadaan eksistensi Tuhan , sedangkan jalan yang kedua langsung menyerang sebagai argumen yang menjelaskan mengapa hampir pasti eksistemsi Tuhan tidak ada.[5]<br />
Bahwa memang terminologi naturalistik, evolusi, seleksi alam dan lain-lain akan banyak disebutkan, akan tetapi memang belum akan dibahas secara mendalam di bab ini dengan alasan bab ini memang merupakan pengenalan dan pembahasan serta analisi baru akan kita bahas dalam bab”merunut derivasi nalar Dawkins.”<br />
Adapun argumen yang berangkat dengan menegasikan terlebih dahulu segala rangkaian argumen yang menuju pengafirmasian keberadaan eksistensi Tuhan, yang saya sebut sebagai jalan pertama adalah sebgai berikut[6] :<br />
Argumen “The Ultimate Boeing 747”<br />
Argumen ini sesungguhnya berangkat dari rangkaian teminologi yang diperkenalkan oleh seorang astronom berkebangsaan Inggris bernama Fred Hoyle. Dimana Daekins melengkapai pernyataan Hoyle yang sering dipinjam kaum kresionisme yakni bahwa probabilitas kehidupan di bumi lebih kecil daripada kemungkinan badai menyapu potongan-potongan besi dan merangkai sebuah boeing 747 yang ditanggapi Dawkins dengan menyatakan bahwa hal tersebut (argumen Hoyle) justru haruslah dipandang sebagai argume yang menegaskan ketiadaan eksistensi Tuhan. Hal tersebut disebabkan oleh karena menerima keberadaan Tuhansama sulitnya dengan menerima keberadaan badai yang mampu merangkai Boeing 747.<br />
§ Natural Selection as a Consciousness-Raiser<br />
Dalam argumen ini Dawkins mencoba menjelaskan mengapa eksistensi Tuhan tidak dimungkinkan dengan berangkat dari keberadaan alam semesta beserta isinya yang sebenarnya dapat dijelaskan dengan sangat baik oleh teori evolusi yang diperkenalkan oleh Charles Darwin yang menekankan kosepsi seleksi alam. Menurut Dawkins Seleksi alam juga merupakan variabel kompleks namun tunggal juga mengangkat/membangkitkan kesadaran individu manusia.<br />
§ irreducible complexity atau “kompleksitas takterkurangi”<br />
Seperti halnya argumen “boeing 747”, argumen ini juga dipinjam Dawkins dari pemikir lain, kali ini Dawkins meminjamnya dari pengarang “Darwin’s Black Box” yang terbit di tahun 1996 yaitu Michael Behe. Dimana argumen ini menyatakan bahwa ada beberapa bagian dari sistem organisme biologis yang terlalu sederhana untuk dapat berevolusi namun juga terlalu kompleks untuk dapat bermutasi. Akan tetapi dengan mudah Dawkins menyanggahnya dengan mengatakan bahwa tidak ada hal yang lolos dari konsepsi evolusi, sehingga pengegrtian yang ditawarkan oleh Michael Behe juga tidak valid menurut Dawkins. Sebagai contoh adalag permasalahan organ mata pada manusia.<br />
§ The Worship of Gaps<br />
Atau dalam terjemahan bebas berarti penyembahan akan kekosongan. Sesuai namnya argumen ini amenyatakan bahwa apabila ada sebuauh kekosongan yang dianggap belum mampu dijelaskan oleh a\ilmu pengetahuan terkhusus ilmu alam. Sebenarnya argumen ini lebih ditujukan kepada kaum creationism yang dituding Dawkins terlalu berspekulasi dan menyembah kekosongan perihal proses penciptaan alam dengan menyatakan Tuhan sebagai penciptanya. Kekosongan ini, menurut Dawkins telah dibuktikan sifatnya hanya sementara dan penyembahan akan kekosongan ini malah akan semakin membuktikan bahwa penyembahan yang dilakukan mengada-ada.<br />
§ The Anthropic Principle : Planetary Version dan Cosmological Version<br />
Dalam Argumen ini Dawkins menekankan bahwa sejatinya prinsip antropi (Anthropic Principle) yang menyatakan bahwa awal kehidupan dari semesta terjadi dengan dukungan konstanta fisika serta kimia dalam kaloborasi bukan karena diciptakan Tuhan namun karena mekanisme alam. Jadi sebenarya argumen ini juga tidak jauh berbeda dengan argumen sebelumnya (The Worship of Gaps) yang menyerang ranah yang sama yakni perihal hal-hal yang belum dapat dijelaskan science namun dijadikan wilayah dalam rangka menyembah Tuhan.<br />
Adapun argumen yang masuk dalam kategorisasi jalan kedua adalah serangkaian penolakan akan konsepsi : 5 jalan pembuktian Tuhan menurut Thomas Aquinas . kedua, argumen dari keindahan (The argument from beauty ) ; argumen dari pengalaman spiritual pribadi (Theargument from personal’experience’); Argumen dari kitab suci (The argument from scripture) ; argumen Pascal’s Wager; argumen Bayesian. Yang menurut Dawkins terlalu spekulatif dan pada akhirnya mengada-ada[7]. Namun yang jelas bahwa pada akhirnya uraian ini menunjukan bahwa Dawkins dalam upayanya membuktikan ketiadaan eksistensi Tuhan juga merunut dari konsepsi panjang yang membangunnya baru kemudian merubuhkannya.<br />
Merunut Derivasi Nalar Dawkins<br />
Melihat uraian dalam pembahasan pada bab sebelumnya soal rangkaian argumen Dawkins, ia mempunyai kerangka penalaran tersendiri yang menjadikan segenap argumen-argumen tersebut terkesan mempunyai satu runut. Menjadi pembahasan dalam bab ini adalah bagaimana dan darimana derivasi nalar Dawkins dalam mengeluarkan serangkaian argumen yang ada sehingga kaitan dengan perunutan yang mengacu pada pertanyaan validitas dalam penalaran pemikiran Dawkins juga tidak dapat dihindarkan.<br />
Seperti yang sudah terlihat dan bahkan sudah di singgung dalam uraian awal, Dawkins memang mendasari segala rangkaian penalarannya dalam basis terminologi naturalistik mengingat Dawkins dalam nalarnya cukup menjunjung teori evolusi dari Darwin.Sekalipuin dalam banyak kesempatan banyak kita temui Dawkins memakai teori evolusi dalam penekanannya, namun hal tersebut belumlah mampu menerangkan apa itu sesungguhnya naturalisme dan darimana derivasi validitasnya? Naturalisme sebenarnya merupakan sebuah kerangka pikir yang hanya percaya bahwa apapu itu “bersifat nyata dan merupakan sesuatu yang terdapat dalam ruang dan waktu tertentu[8]” . Jadi jelaslah pula soal permasalahan validitas dari nalar Darwin yang hadir dalam nuansa deterministik khas naturalisme, dalam artian bahwa derministik atau kausalitas yang ditekankan Dawkins membatasi pada mekanisme ke-alam-an yang tentunya terikat konsepsi spasiotemporal.<br />
Merunut lebih jauh ke belakang sesungguhnya naturalisme tidak lain merupakan hasil dari derivasi epistemogis materialisme dalam penekanan empiria juga keketatan berpikir khas positivisme logis. Sehingga realitas yang sebenarnya dalam kerangka nalar Darwin selalu berkutat dalam kerangka penangkapan indrawi juga haruslah dapat diuji kembali dalam pengulangan verivikasi dalam kemeruangan dan kewaktuan yang lain.<br />
Berangkat dari pemahaman derivasi akan nalar Dawkins dapat dimengerti bahwa naturalisme yang dijunjungnya selama ini merupakan pengetahuan dalam upaya memahami kejadian-kejadian dalam relasional kausalitas. Realitas lain yang di luar prinsip-prinsip yang telah dijelaskan bagi Dawkins merupakan oposisi dari realitas sebenarnya, begitupun konsepsi perihal tentang Tuhan dimana Richard Dawkins menyebutnya sebagai delusi. Disebut sebagai delusi tidak lain karena menurutnya peradaban dalam nuansa keagamaan terkshusus afirmasi terhadap Tuhan telah membawa manusia pada kepercayaan yang irasional dalam artian tanpa pendasaran ilmiah[9] sehingga Tuhan tidaklah lebih dari delusi belaka yang sebenarnya malah menjauhkan peradaban manusia dari kenyataan/ realitas sebenarnya.<br />
Menentang kreasionisme dengan konsepsi evolusionisme<br />
Terkait dengan konsepsi awal semeta, sebagai konsekuensi logis dari derivasi penalarannya mencoba menjelaskan kemengadaan semesta melalui kerangka pikir evolusionisme. Mungkin secara singkat pembahasan tentang evolusionisme telah diperkenalkan sebelumnya dalam bab dalil pengingkaran eksistensi Tuhan, namun dalam bab ini penulis akan mencoba lebih mendalami problematika yang terkait di dalamnya yang tentu saja masih menggunakan perspektif Dawkins sebagai sudut pandang utamanya.<br />
Pada dasarnya argumen evolusionisme berpendirian bahwa alam semesra terjadi akibat mekanisme kausalitas yang melibatkan variabel unsur kimia juga fisika dalam mekanismenya. Alam bukan diciptakan melainkan terciptakan, tidak ada “grand design” sebagaimana yang dipercaya kaum kreasionisme sehingga tidak diperlukan Tuhan dalam terciptanya alam semesta karena semesta tidak lain adalah ketidaksengajaan yang mengaktualisasi posibilitas yang ada. Artinya alam dengan segala keteraturannya merupakan mekanisme yang ‘tidak disengaja’ yang mana hal tersebut dapat dijelaskan melalui science.<br />
Dalam bukunya The God Delusion (2006) Dawkins dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang yang percaya pada kerangka kreasionisme tidak lebih dari sekumpulan orang yang tidak berani, malas dan juga tidak rasional karena tidak berusaha menjelaskan alam sebagaimana fenomena kausalitas yang dapat dijelaskan oleh science namun malah mempostulatkan kehadiran Tuhan sebagai pencipta yang dinilainya tanpa pendasaran yang cukup kuat. Dawkins menganggap bahwa hal tersebut adalah upaya mencari jalan keluar yang singkat dari hal-hal yang belum dapat dijelaskan oleh alam, lebih jauh menurutnya data-data serta pengetahuan yang ada sekarang sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk menyimpulkan bahwa evolusionisme adalah benar dan telah berjalan dalam semesta.<br />
Meme dan gen<br />
Bahwa memang kerangka atheisme Dawkins telah dengan susah payah menjabarkan bagaimana semesta terbentuk dalam upaya penolakan keberadaan Tuhan sebagai sang pencipta, namun hal tersebut belum sama sekali belum dapat sama sekali menegasikan keberadaan Tuhan sebagai sebuah konsepsi yang senantiasa beredar dalam peradaban manusia. Singkatnya Dawkins sekalipun mencerca Tuhan sebagai delusi belum dapat menjawab argumen yang menyatakan bahwa ‘apabila memang Tuhan tidak ada, lalu kenapa konsepsinya bisa mengada di tengah-tengah manusia’.<br />
Konsepsi evolusi yang selama ini memang menyediakan berbagai perangkat dalam kaitannya dengan hal ini, tidak dapat dipergunakannya apaila hanya dijawab dengan menggunakan konsepsi gen. Dimana dalam bukunya the selfish gene, gen dalam eksplanasi Dawkins menyatahan The genes too control the behaviour of their survival machines, not directly with their fingers on puppet strings, but indirectly like thecomputer programmer. All they can do is to set it up beforehand; thenthe survival machine is on its own, and the genes can only sit passively inside[10]. sebagai unsur terkecil dalam mekanisme evolusi makhluk hidup. Gen menjalankan keegoisannya dengan mempertahankan dirinya, mempertahankan diri gen dalam bentuk mereplika dirinya konsekuensinya menarik bahwa replika tersebut juga menurunkan sifat-sifat bawaan yang hereditoris. Sehingga apabila menggunakan konsepsi gen untuk menjawab maka Dawkins akan terjebak pada kesimpulan bahwa Tuhan adalah memang ada dan diturunkan oleh gen sebagai bukti ilmiahnya.<br />
Akan tetapi Dawkins tetap bersikukuh menolak eksistensi keberadaan Tuhan sehingga satu-satunya jalan untuk menolak hal tersebut dan tetap konsisten dengan teori evolusi yang selama ini dijunjungnya adalah dengan merumuskan konsepsi tentang meme. Dimana meme berbeda dengan gen, meme memang masih dalam fungsi replikator dalam runut evolusi akan tetapi meme terikat dalam fungsi kultural bukan lagi hanya biologis seperti halnya gen.<br />
Apa yang hendak disampaikan oleh Dawkins dengan memunculkan konsepsi meme memang masih dalam kaitannya denga menjawab problematika konsepsi Tuhan yang bisa ada dalam peradaban dan tidak mampu dijawab dengan konsepsi gen. Dengan keberadaan meme Dawkins mencoba menjawabnya, yakni konsepsi Tuhan memang mengada dalam peradaban akan tetapi hal tersebut bukanlah suatau kemungkinan mutlak realitas namun tidak lebih dari penyimpangan kultural yang bisa bertahan karena dijembatani oleh meme.<br />
Kesimpulan<br />
Merunut pambahasan ini dari awal jelas dapat kita simpulkan bahwa Dawkins memang memberikan sumbangsih yang besar dalam tradisi pemikiran filsafat Islam dimana ia dengan gigih mempertahankan nalar atheismenya sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Jelas pula bahwa nalarnya akan memunculkan konsekuensi-implikasi yang berlaku dalam ranah teoritis juga praksis. Namun dalam pembahasan ini akan difokuskan pada implikasi konseptual belaka karena penulis menganggap belum punya sukup data yang dapat menyokong analisis implikasi prakstis.<br />
Adapaun implikasi dalam nalar Atheisme Dawkins yang paling signifikan adalah Richard Dawkins dengan segala penekanan dalam upaya eksplanasinya memang banyak menggunakan science sebagai fondasi dasarnya, dan hal itu tidak lain kembali menempatkan science sebagai oposisi agama. Science versi Dawkins menganggap bahwa agama merupakan musuh uatamanya karena memiliki kebernaran yang saling bertentangan.<br />
Agama dan science pun kembali masuk dalam tahapan konflik dalam konsepsi relasional akannya sebagaimana dijelaskan Ian Barbou dalam bukunya juru bicara Tuhan yang menyatakan bahawa teori evolusi bertentangan dengan keyakinan beragama[11] padahal tidak selamanya agama dan science selalu bertentangan dan berada dalam konflik. Melihat dalam perkembangannya sebagaimana diterangkan Ian Barbour agama dan science sebenarnya dapat berintegrasi demi kebaikan peradaban manusia.<br />
Kritik<br />
Nalar atheisme Dawkins sekalipun terlihat cukup menyakinkan namun jelas juga mempunyai berbagai kekurangan . Salah satu kekurangan yang paling menonjol adalah saat ia menyatakan bahwa percaya kepada Tuhan sebagai sesuatu yang spekulatif, padahal dalam pengingkaran akan Tuhan pun Dawkins masih terjebak dalam tuduhannya sendiri itu.Dalam artian bahwa pada akhirnya banyak hal yang belum mampu dijelaskan ilmu pengetahuan secara mutlak. Sehingga memilih tidak percaya sebagai atheisme pada akhirnya malah mereduksi posibilitas lain yang sebenarnya masih beredar.<br />
Kritisi lain yang dapat kita lakukan terhadap pemikiran nalar atheisme Dawkins adalah soal derivasi epistemologisnya yang masih begitu terpaku pada positivisme yang tidak mampu menampakan dan menjembatani realitas-realitas yang tidak terukur. Kesadaran manusia pun direduksi dengan pendasaran yang seperti itu, dimana kesadaran manusia hanya dilihan paradigma evolusionistik sebagai sebuah jaringan kedirian yang dibuat dari gerak-gerak tidak sadar molekul juga semprotan elektrokimiawi dalam otak.<br />
Daftar Pustaka<br />
Dawkins, Richard. 2006. The God Delusion.New South Walws: Bantam Press.<br />
Dawkins, Richard. 2002. The Selfish Genes. Oxford University Press<br />
Honderich, Ted (ed.).1990. The Oxford Companion to Philosophy.New York:oxford University press.<br />
[1] Dalam acuannya pada filsafat barat yang tanpa bermaksud mereduksi tradisi pemikiran filsafat timur namun dalam kaitannya dalam pembahasan ini memang lebih relevan dalam tendensi fildafat barat.<br />
[2] Cambridge companion hlm 21<br />
[3] Kitab suci kaum nasrani, karena pada saat itu agama kristen merupakan agama yang paling dominan.<br />
[4] Lihat Richard Dawkins, God Delusion hlm 22<br />
[5] Kedua jalan ini diuraikan Dawkins sebagai dua bab terpisah dalam bukunya The God Delusion. Dimana jalan pertama adalah ekstrak dari bab kedua yang berjudul “Arguments for God’s existence” dan jalan kedua tidak lain adalah bab ketiga yang berjudul”Why there almost certainly is no God”<br />
[6]Lihat Richard Dawkins, God Delusion(Bantam Press:2006) hlm<br />
[7] Akibat keterbatasan ruang pembahasan, maka proposisi “spekulatif dan pada akhirnya mengada-ada” dianggap penulis sebagai kesimpulan umum akan semua rangkaian argumen dalam kategorisasi jalan kedua. Untuk lebih jelas lihat Richard Dawkin, God Delusion (Bantam Press:2006) hlm 75-105<br />
[8] Lois Katsoff,pengantar filsafat hlm 208<br />
[9] Harus diingat terminologi ilmiah dalam pemahaman Dawkins dibatasi dalam kerangka positistik dalam penekanan empiris,verivikasi juga reliable dan sudah pasti mereduksi kemungkinan lain di luar itu.<br />
[10] Richard Dawkins,Selfish gene.s hlm 52Syafi'i Adnanhttp://www.blogger.com/profile/05299160471151672938noreply@blogger.com0