Setiap Agama mempunyai dogma (postulat) tersendiri, yang wajib ditaati dan diimani para pemeluknya. Postulat Agama kadang (baca: kebanyakan) bertentangan dengan Akal sehat manusia, namun para pemeluknya yang sudah mempercayainya tak lagi berani mengkritisi hal-hal yang seharusnya dipertanyakan kebenarannya, bahkan memikirkannya pun mereka takut. Hal itu dikarenakan mereka telah dijinakkan oleh aturan-aturan Agama.
Beberapa strategi Agama dalam menjinakkan para penganutnya ialah:
1. Katahuilah bahwa Nabi yang kita anut adalah orang yang terpercaya (tidak pernah bohong, dan kata-katanya adalah kata-kata Tuhan), maka, apapun yang diucapkannya adalah kebenaran yang harus kita percaya dan taati.
Ketika kita telah percaya pada dogma pertama ini, maka secara psikologis kita akan menuruti apapun yang dikatakan oleh Nabi, dan barang siapa yang mengingkarinya maka dia adalah orang yang salah.
2. Kitab Agama kita adalah kitab yang sempurna, kalimat Tuhan, dan kata-kata di dalamnya akan dijaga keasliannya oleh Tuhan sendiri sampai akhir dunia.
Dalam dogma ke-dua kita dipaksa untuk mempercayai seluruh isi kitab, dan meyakini bahwa tak ada satu kata pun yang diubah oleh kepentingan manusia, karena Tuhan berjanji dalam kitabnya bahwa Dia akan menjaga kitabnya dari kekeliruan dan perubahan.
ketika kita telah mempercayai dogma ke-dua ini, maka kita akan menyalahkan segala hal yang bertentangan dengan Kitab tersebut, meskipun secara Logika kita meyakini kebenarannya, namun karena bertentangan dengan kitab kita terpaksa harus mengingkarinya, karena kalau tidak, maka kita telah menghina Tuhan yang bersabda dalam kitab tersebut.
3. Agama kita adalah satu-satunya agama yang benar, sedangkan Agama yang lain tidak benar. Karena dalam kitab telah dijelaskan oleh Tuhan. Orang yang mengimani Agama kita akan masuk surga, dan yang tidak mengimani Agama kita akan masuk neraka, meskipun mereka berbuat kebaikan di dunia, karena yang dinilai adalah iman mereka bukan perbuatan mereka.
Ketika kita mempercayai dogma ke-tiga, maka sebaik apapun seseorang jika dia tidak seagama dengan kita, maka kita menganggap dia adalah orang yang akan masuk neraka, dan kita harus membuat dia percaya dan masuk Agama kita.
Secara psikologis kita akan membenci orang yang tidak seagama dengan kita, karena mereka akan masuk Neraka.
Dogma-dogma itu telah menyesatkan pola pikir manusia. Membuat seseorang membenci orang lain hanya karena berbeda iman, Menyangkal kebenaran hanya karena tidak sesuai dengan Kitab Agama.
Konsep Lakum diinukum Waliyadiin (bagimu agamamu, bagiku agamaku) adalah bentuk slogan eksklusif, yang diucapkan ketika dialog Agama telah sampai pada puncaknya, yaitu absurditas (ketidak jelasan) karena ujung-ujungnya pasti saling mempertahankan keyakinan masing-masing.
Namun ketika dialektika berujung pada pemaksaan keimanan, maka yang terjadi adalah ekstrimisme atau aksi, bahkan main ancam.
Dalam proses diskusi, yang dibutuhkan adalah nalar dan logika. Namun ketika objek diskusinya Agama, kebanyakan dari kita tak bisa memisahkan logika dan iman, sehingga ujung-ujungnya adalah penyangkalan kebenaran akal, karena alam bawah sadar kita mengatakan bahwa akal kita terbatas untuk mediskusikan tentang rahasia di balik keyakinan kita, dan ada hal-hal yang tidak patut diperdebatkan.
Ketika dalam diskusi kita masih mengedepankan Iman, maka akhir diskusi adalah sikap eksklusif, penolakan kebenaran rasional. Sehingga kata-kata yang keluar adalah "ya sudahlah, itu keyakinanmu, tapi aku tetap yakin Agamaku benar (meskipun tak bisa dijelaskan secara rasional)"
0 komentar:
Posting Komentar
Kirim Komentar anda melalui akun google...
Kalau belum punya, silahkan buat dulu...