Dalam ilmu kegeologian, penguasaan terhadap ilmu eksplorasi mutlak dimiliki oleh setiap ahli geologi. Ilmu ini biasanya diberikan ketika masih duduk di bangku perkuliahan. Ilmu ini menjadi penting karena eksplorasi merupakan ujung tombak seorang geologist dalam menemukan atau memetakan sebuah cadangan sumber daya alam baru, bisa berupa energi (minyak, batubara, panas bumu), mineral (emas, intan, timah, nikel, dll) ataupun potensi bencana (longsor, gempabumi, tsunami, dll).
Setiap perusahaan ataupun institusi yang bergerak di bidang sumber daya kebumian pastilah membutuhkan tahapan eksplorasi pada awal mulanya. Apabila hasil eksplorasi menunjukkan adanya sumber daya alam yang positif dan ekonomis untuk di ambil maka tahapan selanjutnya adalah eksploitasi. Atau bisa juga eksplorasi digunakan untuk inventarisasi sumber daya alam dan proyek penelitian ilmiah.
Yang menjadi menarik adalah daerah tujuan eksplorasi biasanya merupakan daerah terasing, terpencil dari kehidupan sosial masyarakat. Daerah eksplorasi bisa masih berupa hutan yang lebat dengan akses yang sulit dijangkau baik melalui jalan darat, air ataupun udara. Sebagai contoh adalah daerah eksplorasi dapat dicapai dari kota terdekat masih harus ditempuh melalui sungai yang berkelok-kelok mencapai puluhan kilometer dengan menggunakan kapal motor kecil kemudian masih diteruskan dengan jalan kaki puluhan kilometer. Seorang geologist yang melakukan eksplorasi tak jarang harus menginap di lokasi yang berada di tengah hutan dengan mendirikan pondok sementara atau biasa disebut flying camp. Flying camp ini berpindah-pindah menyesuaikan jalur eksplorasi yang telah direncanakan akan ditempuh. Ransum makanan dipersiapkan sedemikian hingga bisa bertahan sampai dengan keseluruhan rencana waktu eksplorasi. Kegiatan eksplorasi biasanya memakan waktu mingguan – bulanan bahkan hingga tahunan. Apabila jangka waktu eksplorasi berlangsung cukup lama biasanya geologist melakukan system kerja rooster atau shift dengan beberapa hari di lapangan dan beberapa hari pulang ke kota kemudian digantikan oleh geologist yang lain. Saat akses jalan begitu sulit, tak jarang ransum makanan bahkan personel eksplorasi harus diturunkan di lokasi menggunakan chopper atau helikopter.
Bisa dibayangkan bagaimana rasanya berada di tengah hutan belantara tanpa sinyal ponsel, tanpa listrik dan tanpa melihat peradaban apapun selama berminggu-minggu dan tinggal di gubuk sementara dengan atap kain terpal juga setiap hari harus berjalan puluhan kilometer untuk memetakan dan mengeksplorasi sumber daya alam. Apapun kegiatan hidup sehari-hari seperti MCK dilakukan di tengah hutan. Bagi sebagian orang bahkan geologist sekalipun merasakan hal ini adalah sebuah siksaan, tetapi banyak juga geologist yang justru menyenangi pekerjaan semacam ini karena memang disinilah tantangan seorang geologist sebenarnya.
Saat ini pekerjaan eksplorasi modern sudah banyak dilakukan sehingga tidak mengharuskan seorang geologist untuk menginap berminggu-minggu lamanya di tengah hutan. Caranya adalah dengan membuat akses jalan yang memungkinkan kendaraan roda 4 untuk masuk sehingga apabila pekerjaan eksplorasi dalam 1 hari telah selesai maka geologist bisa kembali ke base camp di penduduk sekitar atau di kota. Tetapi hal ini dilakukan hanya oleh perusahaan dengan modal besar yang memiliki dana cukup untuk mendatangkan alat berat terlebih dahulu untuk membikinkan jalan. Atau apabila sudah dilakukan eksplorasi detil dengan menggunakan mesin bor, pendeskripsian contoh batuan bisa dilakukan di kantor yang dibangun tidak jauh dari lokasi eksplorasi.
Pekerjaan ini boleh dibilang merupakan perpaduan antara kemampuan analisis geologi dengan kekuatan fisik. Pengetahuan geologi saja tidaklah cukup apabila tidak dibarengi dengan kekuatan fisik karena resiko yang dihadapi tidaklah sedikit. Seorang geologist yang sedang melakukan eksplorasi di tengah hutan beresiko untuk terkena penyakit (malaria, tipus, demam, infeksi), luka karena kecelakaan fisik, tersesat, binatang buas, dan konflik dengan penduduk sekitar. Sebaliknya apabila hanya mengandalkan kekuatan fisik belaka tanpa dibekali pengetahuan geologi yang cukup maka pekerjaan eksplorasi akan berlangsung lama tanpa hasil yang positif dan hanya lelah yang didapat.
Sebuah perusahaan atau institusi yang baik yang menyelenggarakan kegiatan eksplorasi ini biasanya membekali para geologistnya peralatan eksplorasi dan fasilitas yang lengkap meliputi obat-obatan, ransum makanan, paralatan safety, peralatan geologi dan asuransi bagi tiap geologist. Tetapi ada pula yang menyelenggarakan kegiatan eksplorasi dengan fasilitas dan peralatan yang sangat minim. Hal ini lah yang bisa menjadi bencana bagi kegiatan eksplorasi dan sebaiknya tiap geologist yang akan melakukan kegiatan eksplorasi harus mencermati hal tersebut bukan hanya nominal uang yang akan didapat nantinya. Kejelasan status konsesi penambangan atau daerah eksplorasi juga mutlak diketahui agar kegiatan eksplorasi berlangsung dengan aman dan nyaman.
Dalam sebuah diskusi dengan seorang kolega geologist yang cukup mumpuni dalam kegiatan eksplorasi seperti dituliskan di atas, beliau mengatakan bahwa walaupun dalam kondisi yang serba minimalis dan melelahkan, ketika berhasil memetakan sumber daya alam hingga nantinya dapat di eksploitasi atau berguna bagi kepentingan hajat hidup umat manusia merupakan sebuah kepuasan dan kebanggaan yang tak ternilai harganya dan inilah yang merupakan tujuan hakiki seorang geologist sesungguhnya. Be a real geologist is be a smart in exploration.
*****
Ada sebuah contoh dramatis ketika saya melakukan kegiatan eksplorasi di Kalimantan Timur pada tanggal 5 Mei 2007. Untuk menuju ke lokasi eksplorasi dari jalan raya masih harus masuk ke dalam hutan sejauh ± 30km dan melewati beberapa jembatan kayu yang dibawahnya terdapat sungai yang cukup deras. Lokasi yang akan dieksplorasi sudah terdapat akses jalan untuk roda 4 bekas jalan perusahaan kayu yang sudah tidak beroperasi lagi. Jalan ini sudah lama tidak dilewati dan dirawat lagi sehingga kondisinya sangat buruk. Saat itu tengah terjadi hujan lebat sehingga jalan tersebut menjadi sangat lembek dan berlumpur. Kami (tim eksplorasi) berjumlah 4 orang bersama 2 pengantar menggunakan 2 buah mobil yaitu Toyota Land Cruiser dan Daihatsu Hiline. Untuk masuk ke dalam lokasi eksplorasi sudah sangat susah karena kondisi jalan yang sangat buruk akibat hujan lebat sehingga mobil sempat terperosok beberapa kali ke dalam jalan yang amblas, walaupun akhirnya sampai juga di lokasi. Foto-fotonya dapat dilihat di bawah ini.
Masalah yang lain timbul pada waktu perjalanan pulang. Hujan terus-menerus berlangsung tanpa jeda sekalipun hingga kegiatan eksplorasi berakhir. Bisa dibayangkan ketika berangkat kondisi jalan sudah sangat parah apalagi pada waktu kondisi pulang dengan hujan yang terus-menerus dan jalan itu adalah jalan satu-satunya untuk keluar dari lokasi. Yang terjadi adalah sungai yang tadi kami lewati meluap dan mengamblaskan jembatan hingga mobil tidak mungkin lagi untuk melintas. Tidak ada seorangpun di tengah hutan yang bisa dimintai tolong dan area tersebut tidak tercakup sinyal dari provider manapun. Alhasil kami harus bermalam di hutan tanpa ada ransum makanan dengan kondisi tubuh basah kuyup akibat kehujanan. Inilah salah satu contoh dari kurang matangnya perencanaan kegiatan eksplorasi, hal ini tidak akan terjadi apabila ada alat komunasi lain selain handphone dan ransum makanan yang memadai.
Pagi harinya salah satu anggota tim berusaha untuk meminta bantuan dengan berjalan kaki keluar hutan, sisanya menunggu di dalam mobil sembari berharap dan berdoa. Kira-kira 3 jam dari keberangkatan tersebut, akhirnya bantuan datang juga berupa 1 unit eksavator yang sanggup menarik mobil melewati kubangan lumpur dan sungai yang meluap dan memberikan makan ala kadarnya untuk pengisi tenaga. Foto-fotonya dapat dilihat di bawah ini. Semoga kejadian serupa tidak terjadi oleh geologist lainnya ketika melakukan eksplorasi.
0 komentar:
Posting Komentar
Kirim Komentar anda melalui akun google...
Kalau belum punya, silahkan buat dulu...