Banyak orang bilang agama hanyalah jalan keselamatan. Banyak juga yang bilang agama-agama adalah penunjuk jalan ke “surga”. Baiklah, mari kita sepaham. Saya tidak keberatan jika ada yang percaya bahwa surga itu ada. Surga sebagai tempat di mana semua orang yang ‘selamat’ akan hidup kekal bersama dengan Allah, tempat yang keindahannya tidak tertandingi, tempat yang tidak bisa dipenjara dalam kata atau konsep. Saya juga tidak keberatan jika ada yang yakin bahwa tempat seperti itu tidak ada. Sebab, baik yang percaya maupun yang tidak, keduanya belum pernah ke sana. Jadi, klaim masing-masing memiliki bobot yang sama.
Agama-agama adalah penunjuk jalan ke “surga”. Tempat tinggal Allah bersama para malaikatnya dan orang-orang suci yang telah mati dan hidup kembali. Kita tidak pernah tahu orang suci dari agama mana yang paling banyak di surga, jadi klaim agama-agama tertentu sebagai penunjuk jalan yang paling benar sebaiknya disimpan untuk diri sendiri saja, sebab semua umat beragama yang hidup sekarang ini masih ‘buta’ surga atau belum tahu di mana tempat tinggal Allah itu.
Jadi, tidak salah jika validitas agama-agama sebagai penunjuk jalan ke “surga” yang jauh di sana itu diragukan dan tidak salah juga untuk diyakini. Sebab tidak ada yang lahir di sana dan merantau ke bumi lalu setelah beberapa lama ingin pulang kampung dan tahu betul jalan ke sana.
Saya sendiri tidak senang jika agama disebut sebagai penunjuk jalan ke tempat tinggal Allah, saya lebih senang jika agama disebut sebagai pencipta surga. Baiklah, mari sepaham. Surga yang ini, bukan surga yang jauh, tapi surga yang di sini. Surga kita. Agama-agama pada titik sinergisnya bisa mengubah bumi menjadi surga. Wah, pasti sangat indah ! Tapi, sayang sekali karena hal-hal yang masih sangat jauh dan iman yang terlalu ‘surgawi’ maka surga kita di sini terlindas.
Banyak orang beragama hendak menguasai dan mengatur orang yang beragama lain, hanya dengan modal yakin bahwa agamanya adalah penunjuk jalan yang paling benar ke tempat tinggal Allah. Banyak orang menggadaikan surga hari ini hanya untuk sebuah perjalanan penuh balas dendam dan penaklukan. Jalan menuju tempat tinggal Allah meninggalkan jejak-jejak hitam dan merah di bumi, surga kita. Beragama sebagai ziarah menuju surga menjadi perjalanan monopoli kebenaran, penaklukan, peminggiran, dan dominasi. Perjalanan menuju surga meninggalkan neraka di setiap jejak-jejak kaki. Banyak orang berjalan ke surga dengan menempuh neraka sebagai jalan pintas.
Agama-agama bukan penunjuk jalan ke surga, tempat tinggal Allah. Agama-agama punya kekuatan, kekuatan untuk menciptakan surga: kondisi di mana semua orang bisa hidup dalam beda, berdampingan dalam damai, saling berbela rasa, tidak korup, penuh cinta kasih, dan cinta alam sebagaimana yang dicita-citakan bersama. Agama-agama bukan penunjuk jalan ke surga yang jauh, agama-agama adalah pencipta surga di sini dan itu berarti bahwa beragama adalah bagaimana menghadirkan surga di sini, hari ini. Beragama itu seharusnya menjadi perjalanan menuju surga sambil menghadirkan surga supaya menyisakan jejak-jejak kasih dan pengertian di bumi.
1 komentar:
9 Januari 2011 pukul 23.29
g usah ambil pusing... yang penting kita beragama..
kalo urusan masuk neraka atau surga.. itu semua terserah Tuhan
Posting Komentar
Kirim Komentar anda melalui akun google...
Kalau belum punya, silahkan buat dulu...