Powered By Blogger

Profile

Foto saya
Just the notes to make my mind development as a journal.

Ad Hominem

| Selasa, 21 Juni 2011 | |

“Apakah karena saya Islam, maka Islam itu benar, atau apakah karena Islam itu benar, maka saya menjadi Islam?”
-- Pdt. Stephen Tong
Kesesatan ad hominem didasarkan pada emosi tertentu yang kita miliki terhadap seseorang. Misalnya, karena kita benci terhadap seseorang, maka semua yang ia katakan kita anggap salah. Sedangkan ada orang lain yang kita kagumi, maka semua yang ia katakan kita anggap benar. Padahal mungkin yang benar justru kata-kata orang yang kita benci itu.
Bentuk penalarannya kira-kira seperti ini
Si x mengatakan P Saya punya emosi positif terhadap x ∴ P benar
atau
Si x mengatakan P Saya punya emosi negatif terhadap x ∴ P salah
“Kok kamu yakin pendetamu benar?”
“Habisnya dia orangnya baik banget sih.”
Seorang musuh dalam beberapa hal lebih baik daripada seorang sahabat. Karena dengan maksud membuat kita sakit hati, mereka mengatakan hal-hal yang benar tentang kita. Sementara sahabat, seringkali dengan maksud menyenangkan kita, mereka mengatakan hal-hal yang tidak benar tentang kita.
Versi lain dari ad hominem adalah ad hominem tu quoque, atau ad hominem “kamu juga”. Kadang-kadang disertai dengan sebutan “munafik”.
Bentuknya
Si x mengatakan P Kelakuan x tidak cocok dengan P ∴ P salah
Tobi adalah seorang perokok berat. Ketika melihat anaknya merokok, Tobi menasehati anaknya, “Nak, kamu jangan merokok ya. Merokok tidak baik untuk kesehatan.” Maka anaknya menjawab, “Nggak usah ngomong deh, Pa. Papa sendiri ngerokok!”
Kalau seorang pembunuh mengatakan bahwa membunuh itu tidak baik, apakah berarti ia salah? Kecenderungan kita adalah tidak mau mendengarkan orang yang perbuatannya tidak sesuai dengan yang dikatakan.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. -- Matius 23:2-3 ITB
Bisa juga dalam penalaran ad hominem, x adalah dirimu sendiri. Jadi:
Bentuk
Saya menganut pandangan P ∴ P benar
Atau, kamu mempertanyakan motivasi seseorang dalam suatu hal, karena kondisi orang itu yang diuntungkan/dirugikan. Ini disebut ad hominem circumstantial. Kira-kira seperti ini:
Bentuk
Si x menyatakan P Si y mengatakan bahwa x menyatakan P karena x punya kepentingan tertentu dengan P ∴ P salah
Contoh:
Setiap kali ulangan pelajaran Pak Boni, Enjel, murid tercantik di kelas, mendapat nilai 100. Padahal teman-temannya tidak ada yang mendapat nilai di atas 70. Maka seorang teman Enjel berkomentar, “Jelas saja Pak Boni memberi Enjel 100, Enjel kan cantik.”
“Terang aja dia bilang agama Kristen benar. Dia sendiri Kristen.”
”O, jadi agama Kristen itu tidak benar.”

0 komentar:

Posting Komentar

Kirim Komentar anda melalui akun google...
Kalau belum punya, silahkan buat dulu...