Powered By Blogger

Profile

Foto saya
Just the notes to make my mind development as a journal.

Denying the antecedent

| Selasa, 21 Juni 2011 | |

Bacalah terlebih dahulu affirming the consequent.
Kalau yang dinyatakan bukan konsekuen tetapi negasi dari anteseden, dan dari situ disimpulkan pasti konsekuennya salah, itu juga merupakan penalaran yang tidak logis. Namanya denying the antecedent (menyangkal anteseden).
Denying the antecedent
A → B ¬ A ∴ ¬ B
Contoh:
Kalau saya tidur, mata saya tertutup. Saya tidak tidur. Berarti mata saya tidak mungkin tertutup.
Ketika saya mengatakan “kalau saya tidur, mata saya tertutup”, saya tidak sedang mengatakan apa-apa tentang “kalau saya tidak tidur”. Jadi sebenarnya kita tidak tahu apa-apa (berdasarkan premis) mengenai apa yang akan terjadi ketika saya tidak tidur.
Kesesatan ini sering dipakai untuk melucu di antara teman-temanmu:
“Lu bisa nggak ulangan tadi?”
”Ga bisa, soalnya yang gua pelajarin ga ada yang keluar.” (kalau yang saya pelajari tidak keluar, saya tidak bisa)
”Memangnya kalau yang lu pelajarin keluar, lu bisa?” (yang kamu pelajari keluar, berarti kamu bisa)
”Nggak bisa juga. Hehehe.” (ternyata tidak bisa)
Contoh lain yang sering membuat orang tersesat adalah:
“Nak, kalau kamu tidak naik kelas, Papa tidak belikan kamu motor.”
Beberapa bulan kemudian, sang anak datang pada papanya. “Papa, saya naik kelas! Mana motornya!”
Papanya menjawab, “Lho, siapa yang mau ngasih motor?”
“Papa jahat! Papa bohong! Papa pengkhianat bangsa dan negara!”
Silahkan kamu analisa sendiri sebenarnya siapa yang salah.

0 komentar:

Posting Komentar

Kirim Komentar anda melalui akun google...
Kalau belum punya, silahkan buat dulu...