Powered By Blogger

Profile

Foto saya
Just the notes to make my mind development as a journal.

Islam Bukan Agama Paling Benar

| Rabu, 05 Januari 2011 | |
Sobat PAI. Community,

Apakah anda kesal dengan judul tulisan ini? Jika jawaban anda ya berarti andalah sasaran utama dari tulisan ini. Tapi jika anda tidak kesal berarti andalah pemerhati akan persoalan ini.

Saya setuju bahwa Islam benar bagi pemeluknya, seperti juga sikap saya. Karena apa artinya meyakini sesuatu yang tidak kita yakini kebenarannya. Sikap seperti, ini selain ngawur juga bisa dinilai asal. Asal ikut-ikutan. Tidak mengikuti sesuatu dengan pengetahuan dan pemahaman. Tidak berakar pada kesadaran.

Karena agama adalah soal keyakinan, maka kebenaran agama juga bersifat keyakinan. Kebenaran yang bersifat metafisis. Bukan kebenaran ilmiah seperti meyakini bahwa matahari bersinar misalnya. Karena semua orang (kecuali yang buta, itu kasus) akan setuju bahwa matahari itu bersinar. Tapi berbeda dengan agama yang kebenarannya tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Tidak semua orang akan setuju bahwa Islam adalah agama yang benar. Kebenarannya tergantnug pada keyakinan seseorang, meskipun untuk mendukung keyakinan itu juga bisa dibantu atau didukung oleh banyak hal. Tapi inti dari keyakinan tetaplah berangkat dari sebuah sebuah postulat (mengandaikan ada titik tolak yang dianggap mutlak benar) . Berangkat dari meyakini adanya Tuhan dan utusan yang membawa risalahNya.

Sehubungan dengan Islam, postulatnya adalah meyakini Allah sebagai Tuhan. Dan meyakini Muhammad sebagai Nabi yang menerima wahyu dari Tuhan. Akan tetapi, karena dasarnya adalah postulat, tidak semua orang akan meyakininya. Karena orang lain tidak berangkat dari postulat yang sama. Tidak sama-sama berangkat dari postulat yang digunakan umat Islam. Misalnya bagi umat Kristen, postulat mereka lebih kurang adalah bahwa mereka yakin adanya Tuhan Bapa. Dan meyakini Yesus sebagai Tuhan Anak, yang merupakan manifestasi Tuhan Bapa dalam diri manusia. Begitu juga postulat mereka dengan Roh Kudus.

Belum lagi jika hal ini dihubungkan dengan sikap kaum Atheis. Mereka tidak percaya sama sekali pada segala postulat. Jika kaum beragama berangkat dari postulat, kaum Atheis justru berangkat dari titik nol. Mereka menjelajah sesuatu tanpa dasar. Tanpa dogma. Murni memahami segala sesuatu menggunakan indera dan penalaran. Tidak menggunakan keyakinan.

Nah, berdasarkan dari penalaran seperti inilah saya berpendapat bahwa Islam bukanlah agama yang paling benar. Secara psikologi bahasa (psycho linguistic), secara tersirat pernyataan ini mengklaim hanya Islamlah yang paling benar dan agama lain salah. Dan secara psikologi sosial, pernyataan ini rentan mengundang konflik lintas agama. Karena secara tidak langsung pernyataan ini terkesan mendiskreditkan agama lain.

Saya tidak bermaksud menyudutkan Islam. Tapi ingin memahami persoalan ini dalam relasi antar umat beragama. Dalam etika peragaulan antar umat bergama, khsusnya dalam etika komunikasi antar umat beragama.

Islam benar bagi umatnya sendiri. Tapi di ruang publik, dalam relasi antar pemeluk agama, pernyataan ini menjadi tidak etis. Bagi saya akan lebih etis dan bijak jika digunakan kalimat: Islam benar bagi kami. Islam benar bagi saya. Dan seterusnya.
 

1 komentar:

Anonim Says:
12 Februari 2011 pukul 02.06

RAK... MUTU

Posting Komentar

Kirim Komentar anda melalui akun google...
Kalau belum punya, silahkan buat dulu...