Powered By Blogger

Profile

Foto saya
Just the notes to make my mind development as a journal.

Yesus itu Juga Muhammad

| Rabu, 05 Januari 2011 | |
Sobat PAI. Community,
Anda boleh heran dengan judul tulisan ini. Tapi jangan marah kalau saya katakan keheranan anda itu adalah pantulan dari keanehan diri anda sendiri. Kenapa? Bacalah tulisan ini dengan lapang dada dan pikiran terbuka.

Yesus dalam Alquran adalah Nabi Isa. Nabi yang juga diyakini dalam Islam. Nabi yang juga diutus Tuhan untuk menyiarkan Kebenaran. Untuk manusia di zamannya. Dan tentu juga untuk semua manusia dimana dan siapa pun yang bisa menghayati ajarannya.

Lalu di mana masalahnya?

Yesus itu kan bukan Nabi Isa . Yesus ya Yesus. Nabi Isa ya Nabi Isa.
Kalau Yesus itu Anak Tuhan. Gimana nih ?

Okey mari kita berselancar ke dunia yang lebih luas.
Malampaui sekat-sekat fiskal. Melampau dimensi fisik ragawi.

Yesus sebagai Anak Tuhan adalah bahasa umat Kristen menghayati Ketuhanan dalam versi mereka. Istilahnya itu adalah semacam antrophormisme. Yaitu personifikasi Tuhan dalam pemahaman manusia. Tuhan, sebagai Zat yang Maha Tinggi, sebagai Substansi dari segala yang ada sangat abstrak dan sulit dipahami oleh manusia, apalagi untuk dipahami oleh segala level pemahaman manusia. Karena itu manusia butuh jembatan, butuh tangga pemahaman. Sehingga muncullah berbagai kiasan, perumpamaan atau metafor. Bukankah dalam Alquran ada kata tangan, jari, tahta, kerajaan dan singgasana Tuhan? Tapi benarkah Tuhan seperti itu? Tidak ada yang tahu , sebagaimana juga dinyatakan dalam Aquran bahwa Tuhan melampaui segala apa yang bisa dipahami manusia. Tuhan tidak serupa dengan makhluknya. Dan bukankah semua kata itu (tangan, jari, tahta dan seterusnya) adalah objek-objek fisik dari mahkuk Tuhan? Kenapa penggambaran itu digunakan?

Tapi begitulah. Manusia tidak bisa mengelak dari penggambaran fisik dari apa-apa yang lebih dekat secara emosional dalam kesadaran manusia. Personifikasi Tuhan menjadi tidak terelakan. Semua itu digunakan untuk memancing penghayatan manusia agar mudah mengenal Tuhan.

Demikian juga halnya Yesus sebagai Anak Tuhan. Yaitu sebuah pemaknaan agar Tuhan tidak terasa berjarak dengan manusia. Aga Tuhan tidak tidak jauh dan tidak abstrak. Sebagai penghayatan bahwa Tuhan juga turun ke bumi sebagai jejak kehadiranNya. Sebagai lokus Tuhan di bumi. Sebagai gambar Tuhan dalam diri manusia. Dan Yesus, adalah manifestasi (perujudan) roh Tuhan yang sempurna pada diri manusia diantara manusia-manusia lainnya, sebagaimana juga terjadi pada diri Muhammad.

Bagi saya itu adalah fenomena bahasa agama. 
Fenomena bahasa religius.

Yesus, Muhammad, hanya locus. Hanya wadah. Hanya corong. Hanya penubuhan roh Tuhan dalam diri manusia agar kehadiran Tuhan menjadi nyata dalam kehidupan manusia di bumi. Tempat persemaian ajaran-ajaran Tuhan untuk manusia. Sebagai agen yang mengemban misi kebenaran untuk semua mahkluk yang bernama manusia.

Cobalah pahami ajaran Yesus dan Muhammad. Tapi jangan terjebak pada teksnya. Tapi pahami makna tersirat dibalik teks-teks Alkitab dan Alquran. Adakah perbedaan secara substansinya? Jika anda bisa membaca secara maknawiah, prediksi saya anda akan menemukan Kebenaran Universal dalam Alkitab, sebagaimana juga dalam Alquran. Bahkan sebagai mana juga dalam semua Kitab Suci.

Detail dari firman Tuhan dalam berbagai Kitab Suci memang berbeda. Tapi intinya tetaplah sama. Tak beranjak dari nilai-nilai Kebenaran Universal. Bahwa manusia diberi tahu ada sesuatu dibalik segala yang ada. Bahwa ada yang menciptkan segala yang ada, yaitu Tuhan. Dan kepada Tuhan itulah manusia menyembah dan menghambakan diri. Bahwa manusia harus berbuat baik, saling tolong menolong, saling menghargai, saling berkasih sayang, saling berlaku adil dan seterusnya. Apakah ada satu ayat saja dari Alkitab yang menyuruh manusia untuk berbuat jahat? Untuk mencuri dan memperkosa anak SMP misalnya? Bacalah dengan penuh hikmah.

Hegel, seorang filsuf idealisme Jerman pernah mengatakan, dimana ada keadilan maka di situ ada suara Tuhan. Dan saya ingin menariknya ke tataran yang universal. Siapapun yang menyuarakan kebenaran, maka pada hakikatnya itu adalah manifestasi dari suara Tuhan. Siapa pun orangnya. Apalagi dari seorang Nabi. Apalagi dari Yesus.

Nah dimana masalahnya menyandingkan Yesus dengan Muhammad?

Salah satu kutipan favorit saya dari ajaran Yesus adalah:

Kerajaan sorga ada dalam dirimu.

Singkat tapi maknanya sangat dalam.
Saya menghayati pernyataan itu bahwa sorga, adalah simbol dari kesadaran manusia. Simbol dari suasana hati manusia. Apakah hidupnya tentram, gelisah, dan sebagainya adalah personifikasi dari sorga dalam arti yang lebih luas. Sorga yang bersemayam dalam diri manusia. Yang bermukim dalam hatinya.

Dalam Alquran juga dinyatakan bahwa hati manusia selalu dibolak balik Tuhan diantara dua jariNya. Apa itu jari Tuhan? Jari Tuhan adalah simbol dari Setan dan Malaikat. Setan dalam banyak tafsiran para mufassir juga simbol dari neraka (api, nafsu) dan sebaliknya malaikat adalah simbol dari surga (alam malakut, kepatuhan, iman). Artinya hati manusia adalah ladang tempur dari keluar masuknya bisikan setan dan malaikat. Sirkulasi dari suasana bathin akan yang baik dan yang buruk. Suasana bathin dari kedamaiaan dan kegelisahan. Dengan kata lain, diantara suasana sorga dan neraka.

Dan tentu masih ada lagi teks-teks antar Alquran dan jnjil yang secara substansinya adalah sama bila dipahami secara maknawiah. Karena toh keduanya, Yesus dan Muhammad adalah utusan Tuhan juga. Meskipun oleh sebagian umat Kristiani Yesus berbeda dengan Muhammad. Yesus justru juga Tuhan dalam bentuk manusia. Tuhan dalam gambar manusia. Tapi itu juga bukan satu-satunya tafsir atas Trinitas. Dan di sisi lain Muhammad pun juga bisa dipahami dengan cara yang sama. Tergantung cara menafsirkannya, seperti pemahaman para sufi Ibnu Arabi, Al Hallaj, Junaid Al Baghdadi dan Rumi misalnya.

Singkat kata, meminjam istilah Plato: Hanya ada satu kursi di atas langit. Tapi di bumi ada banyak kursi. Artinya, ditingkat substansi segalanya bertemu menjadi satu. Satu substansi. Satu Kebenaran. Satu Tuhan . Tapi bila Tuhan mengejawantah di bumi dalam pemahaman manusia, maka terjadi bias dan pancaran pemahaman yang berbeda-beda.

Yesus, Muhammad, pada hakikatnya adalah saudara kandung yang juga sama-sama menyampaikan ajaran Tuhan.

So, bagaimana menurut anda?
Silahkan !


1 komentar:

idoer_stein Says:
9 Januari 2011 pukul 23.26

Jangan ngawur kalau bicara soal Agama, kita tak seharusnya mengkritisi Agama kita sendiri, itu sama saja pencabulan Agama...
Mohon kalau ada posting lagi pembahasannya g terlalu fulgar..
cz,, Q sebenarnya suka dengan gaya tulisan Anda..
trims..

Posting Komentar

Kirim Komentar anda melalui akun google...
Kalau belum punya, silahkan buat dulu...